• Monday, 12 November 2018
  • Junarsih
  • 0

Vihara Dhammaphala, Deplongan, Kab. Semarang merayakan Kathina Puja pada Senin (5/11), dengan dihadiri oleh Bhikkhu Cattamano, Bhikkhu Sujano, Bhikkhu Piyadhiro, Bhikkhu Kemadhiro, Samanera Kusaladasso, Samanera Saccasilo, dan Atthasilani Metta.

Kurang lebih 500 umat Buddhis Dusun Deplongan, umat dari sekitar Dusun Deplongan, dan umat dari Temanggung juga turut memeriahkan perayaan Kathina Puja ini. Bhikkhu Cattamano berkesempatan menyampaikan pesan Dhamma kepada umat yang hadir.

“Umat yang punya pengertian terhadap Dhamma tidak akan melewatkan kegiatan untuk menanam kebajikan,” tuturnya mengawali ceramah.

“Memang tidak semua umat Buddha memiliki pengertian terhadap Dhamma. Di Anguttara Nikaya, Buddha mengumpakan kita semua umat manusia seperti empat jenis kuda unggulan.”

“Pertama, ketika kusir mengambil cemeti dan bayangannya terlihat oleh sang kuda, kuda langsung berlari. Seperti manusia yang punya pengertian Dhamma. Di jalan sekitar Vihara dipasang bendera, seorang umat Buddha langsung tahu bahwa ada upacara Kathina di Vihara. Hanya dengan melihat simbolnya saja.”

Baca juga: Dhamma Asadha di Vihara Dhammapala Deplongan Semarang

“Kedua, kuda yang harus dicemeti baru mau berjalan. Seperti umat yang sudah tahu di Vihara dipasang bendera Buddhis, dikirim sms, dikirim chat whatsapp kalau ada Kathina, tapi belum tergerak hatinya.”

“Ketiga, kuda yang dicemeti dan dipukul dengan tangkai cemeti baru mau berjalan. Seperti umat yang sudah tahu ada bendera di Vihara, dikirim sms, dan ditelepon, baru datang ke Vihara untuk Kathina.”

“Keempat, kuda yang dicemeti, dipukul, dan ditarik rambut ekornya baru mau berjalan. Seperti umat yang sudah tahu ada bendera di Vihara, dikirim sms, ditelepon, bahkan dikunjungi ke rumahnya baru mau datang Kathina ke vihara.”

Keempat jenis kuda unggulan ini sudah lebih baik. Meski harus diberi perlakuan khusus, ia tetap mau bergerak. Seperti umatnya masih mau datang ke Vihara juga harus diberi perlakuan khusus. Tapi, lebih baik kalau umatnya punya kesadaran untuk datang ke Vihara tanpa perlakuan khusus. Selain empat jenis manusia yang diibaratkan sebagai kuda, manusia juga punya tujuan yang sama.

“Semua manusia, baik perempuan, laki-laki, dari suku mana saja pasti punya tujuan yang sama. Pertama, punya umur panjang. Dengan umur panjang kita bisa menikmati apa yang sudah direncanakan, diinginkan, bisa meningkatkan kualitas untuk berbuat baik.”

“Kedua, menjadi kaya. Siapa yang tidak ingin menjadi kaya? Orang kaya itu enak. Apa saja yang diinginkan bisa diwujudkan. Tetapi, menurut Dhamma, orang yang kaya itu bukan ukuran kaya duniawi, tapi orang yang suka berdana, punya kepedulian, suka bederma, rame ing gawe (banyak bekerja), sepi ing pamrih (sedikit bicara).

“Ketiga, menjadi orang yang terkenal. Kalau Bapak Ibu tidak suka dikenal, orang itu orang yang tidak beres. Setidanya bisa dikenal keluarga dan lingkungan. Lebih mulia lagi kalau mengenal diri sendiri. “

“Keempat, setelah meninggal terlahir di alam surga, di alam bahagia. Setidaknya empat hal itu yang dicita-citakan umat manusia melalui berdana. Lebih baik lagi bila berdana disertai saddha (keyakinan), penuh rasa hormat kepada Bhikkhu Sangha.”

“Selain itu, kita juga harus mengembangkan cinta kasih tidak saat vihara saja, tetapi setelah baca paritta Anda semua bermeditasi supaya berkah semakin banyak. Berkah bukan hanya menunggu diberi, tapi diwujudkan dengan kebajikan. Semoga Kahtina kali ini menjadi berkah, paramitta, dan mengayomi Anda semua,” Pungkas Bhikkhu Cattamano mengakhiri pesan Dhammanya.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *