55 anak muda sekaligus pemimpin organisasi buddhis Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mendapatkan pelatihan dan peningkatan kapasitas dalam kepemimpinan di Sekolah Kepemimpinan Buddhis Indonesia, Jumat-Minggu (21-23/10). Kegiatan yang diinisiasi oleh Institut Nagarjuna ini menghadirkan narasumber ahli dari berbagai organisasi dan profesi untuk meningkatkan wawasan kebangsaan, pemahaman moderasi beragama, manajemen konflik, dan menguatkan sikap kepemimpinan.
Salah satu peserta, Irma Dwi Susanti (24) mengaku mendapat pemahaman baru terkait pengelolaan organisasi setelah mengikuti Sekolah Kepemimpinan Buddhis Indonesia. Perempuan asal Pati, Jawa Tengah yang menjadi penyuluh agama Buddha non PNS ini, generasi muda buddhis harus memahami ruang gerak organisasi, baik itu di masyarakat maupun jejaring dengan pemerintah daerah.
“Saya merasa lebih memahami ruang gerak organisasi. Hal itu benar-benar difasilitasi oleh narasumber selama pelatihan berlangsung,” tutur Irma. Karena itu, saat forum memberi kesempatan tanya jawab, Irma tidak melewatkan kesempatan untuk lebih mendalami materi.
“Dengan memanfaatkan relasi dan jaringan yang ada, saat ada masalah dalam tubuh organisasi, kita dapat menyelesaikan dengan mudah. Kolaborasi antar jaringan, baik itu organisasi keagamaan Buddha, pemerintah, dan jejaring lintas agama juga sangat penting. Pengetahuan semacam ini sangat penting bagi kami, terutama aktivis pemuda buddhis di akar rumput,” lanjut Irma.
Steven Caesar, peserta lain dari Yogyakarta merasa Pelatihan Kepemimpinan Buddhis sangat penting bagi aktivis vihara. “Generasi muda buddhis adalah penerus dharma. Sebab itu, jiwa kepemimpinan berbasiskan ajaran Buddha harus diasah dan dikembangkan melalui kegiatan-kegiatan seperti ini,” kata pengurus Vihara Karangdjati, Yogyakarta ini.
Menurut Steven, Seorang pemimpin disebut hebat bukan karena mempunyai kekuatan ataupun pengetahuan, tetapi seseorang yang bisa melindungi dan mewujudkan impian/tujuan dan mensejahterakan anggotanya. “Itulah pemimpin yang hebat, keterampilan memimpin seperti ini yang kami pelajari selama pelatihan,” lanjut Steven.
Sementara itu, peserta dari Temanggung, Yulianti (32) berharap ia dapat lebih banyak mengikuti kegiatan seperti ini. Menurutnya, pelatihan kepemimpinan buddhis sangat penting bagi generasi muda, terutama anak muda di pedesaan.
“Setelah mengikuti pelatihan, saya merasa lebih percaya diri. Belajar bagaimana menyelesaikan permasalahan, mengasah kemampuan dalam berorganisasi, dan memupuk sifat kepemimpinan,” tutur Yulianti.
Selama 3 hari penuh, mereka belajar berbagai materi kepemimpinan dari para narasumber yang dihadirkan oleh Institut Nagarjuna, seperti (1). Kesadaran hukum, (2) Wawasan Kebangsaan bersama Kesbangpol Jawa Tengah, (3). Moderasi beragama, (4). Mitigasi dan resolusi konflik bersama LBH Semarang, (5). Membangun jejaring lintas sektoral, (6). Kepemimpinan buddhis, (7). Visi pembangunan Buddhis Indonesia bersama Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi. Pada hari terakhir pelatihan, para peserta juga mengikuti kunjungan ke kantor Muhammadiyah, Semarang. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara