Gandawyuha merupakan Sutra Mahayana bagian terakhir dari Sutra Avatamsaka bab 34 yang menjelaskan pencarian spiritual pemuda Sudhana dan terpahat abadi di relief Mandala Agung Borobudur.
Bagaimana Tradisi Theravada yang berpedoman pada Tripitaka memandang Sutra ini? Bhikkhu Santacitto, dalam Borobudur Writers and Cultural Festival (BWFC) Jumat, (24/11). Mendedah Gandawyuha dari sudut pandang Theravada.
Menurutnya, walaupun Gandawyuha tidak terdapat dalam Tripitaka yang menjadi kitab pedoman tradisi Theravada, namun nilai ajaran yang terkandung dalam Gandawyuha tidak bertentangan dengan Theravada.
“Sutra ini mengajak kita untuk mempraktikkan tiga hal yang sama dalam semua tradisi Buddhis, yaitu; Pertama, janganlah berbuat jahat. Kedua, melakukan apa pun perbuatan baik. Ketiga, membersihkan batin. Pesan Dharma (Dhamma; Pali) ini harus dipraktikkan demi merealisasikan kebenaran tertinggi atau pencerahan tertinggi.”
Untuk merealisasikan kebenaran tertinggi, seperti yang dilakukan Sudhana tidak mudah. Oleh karena itu diperlukan sahabat yang baik untuk membantu, mendorong, dan mengarahkan ke jalan yang benar.
Dalam tradisi Theravada, menurut bhikkhu lulusan S3 Pali and Buddhist Studies, Universitas Kelaniya, Sri Lanka ini pun sama. “Dalam Sutta Kalyanamitta, Samyuttanikaya disebutkan ketika Bhikkhu Ananda mengatakan kepada Buddha bahwa separuh kehidupan suci disebabkan karena adanya sahabat yang baik, Buddha menegaskan bahwa seluruh kehidupan suci disebabkan karena adanya teman yang baik. Dasarnya, menurut Buddha karena sahabat yang baik akan mendorong seseorang mempraktikkan Jalan Mulia Berunsur Delapan yaitu jalan mencapai pencerahan tertinggi.”
Dalam Gandawyuha, lima puluh tiga orang yang ditemui oleh Sudhana disebut sebagai kalyanamitra. “Inilah yang menarik, kelima puluh tiga orang yang ditemui Sudhana dan memberikan berbagai nasihat disebut sebagai kalyanamitra dalam Sanskerta, kalyanamitta dalam istilah Theravada.”
Dalam tradisi Theravada, pentingnya sahabat yang baik untuk mencapai spiritual tertinggi menurut bhante sering disebut dalam beberapa Sutta. “Dalam Gandawyuha disebutkan bahwa sahabat yang baik bisa berasal dari mana saja. Begitu juga dalam tradisi Theravada, tidak sebatas bhikkhu dan bhikkhuni, para perumah tangga, pria maupun wanita, apa pun profesinya bisa dijadikan kalyanamitra.”
Pencarian spiritual
Menurut bhante, dalam melakukan pencarian spiritual seseorang harus belajar dari siapa saja, menerima ajaran dari siapa saja asalkan yang disampaikan adalah sebuah kebenaran. “Seorang yang sudah mencapai kebijaksanaan pun ketika mendengar kebenaran dari orang lain, tidak peduli itu dari kaum sudra, anak kecil atau siapa saja akan menerima itu. Begitu pun Buddha dalam teks-teks Pali disebutkan akan mengatakan sadhu (setuju) bila ada yang berkata benar kepada beliau.”
“Dalam kitab ulasan (atthakatta) yang menjadi acuan Theravada, terdapat kisah seorang bhikkhu senior bernama Pothia yang memiliki 500 murid, pada akhirnya belajar kepada seorang samanera kecil agar ia mencapai pencerahan. Berkat kerendahan hati beliau pun berhasil mencapai pencerahan,” tutur bhante.
Selain itu, menurut Bhante Santacitto yang menarik dari perjalanan Sudhana adalah orang-orang yang ditemui hanya menjelaskan apa yang mereka ketahui kemudian menunjukkan sahabat lain untuk mencari ajaran baru. “Ini penting sekali, karena biasanya orang akan mengatakan ini yang paling benar, enggak usah pergi ke sana. Tetapi masing-masing orang yang ditemui Sudhana ini mengatakan apa yang diketahui dan memberi kebebasan, kesempatan bagi Sudhana untuk mencari teman lain untuk mencari kebenaran lain.
“Ini juga sama dalam teks-teks Theravada, dalam Tipitaka Buddha sering mengajarkan jangan sekali-kali mempunyai pendapat, bahwa ini saja yang benar, yang lain salah, karena ketika berbicara ini saja yang benar, yang lain salah di situ sudah ada cengkeraman, di situ ada kemelekatan dan menggenggam, melekat adalah rintangan batin di dalam pencarian kebenaran itu sendiri. Maka pikiran kita harus terbuka, melihat kebenaran sebagai kebenaran dari siapa pun.”
Menyimpulkan uraiannya bhante mengajak untuk belajar dan meneladani pesan Gandawyuha “Dalam Gandawyuha maupun Theravada atau dalam agama apa pun mempunyai kesamaan bahwa kita melihat siapa pun bukan dari fisiknya, bukan dari profesinya terutama dalam pencarian spiritual tetapi melihat dari kebenarannya. Kalau yang diucapkan benar, siapa pun orangnya, apa pun agamanya, suku, dan bangsanya kalau itu benar harus dikatakan sebagai benar,” pungkasnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara