Persamuan pertama Perkumpulan Dharmapala Forum Aktivis Buddhis Bersatu (FABB) pada 20 Juli lalu selain menetapkan AD/ART organisasi juga memilih dan menetapkan Ketua Umum beserta pengurus organisasi untuk periode 2020-2025. Di tahun ini tepatnya pada Jum’at (19/03) Perkumpulan Dharmapala FABB menyelenggarakan pelantikan pengurus yang diselenggarakan secara offline dengan pembatasan peserta maupun secara online via zoom bagi sebagian tamu undangan.
Acara dibuka dengan doa oleh Bhikkhu Sangha dan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Sebelum memasuki acara pelantikan Isyanto selaku Ketua Sidang memberikan sambutan pertama.
“Dengan adanya Dharmapala Nusantara FABB bisa saling mengisi kekosongan dan saling melengkapi di antara organisasi-organisasi Buddhis lainnya. Bukan menjadi pesaing bagi organisasi Buddhis yang sudah ada,” jelas Isyanto.
Proses pelantikan diawali dengan penandatanganan berita acara penerimaan tugas oleh Dewan Pengurus yang diwakili ketua terpilih Kevin Wu serta penandatanganan oleh Dewan Pengawas diwakili Isyanto. Dilanjutkan dengan serah terima pataka Perkumpulan Dharmapala Nusantara FABB yang diberikan kepada ketua umum perkumpulan.
Selanjutnya ketua umum terpilih Kevin Wu dipersilahkan membacakan SK Pengurus serta memimpin pengambilan tekad pengurus;Setia kepada Pancasila, Bhineka Tunggal Ika , NKRI, dan UUD 1945; Setia di dalam Buddha Dhamma dan Sangha; Menjaga nama baik dan kesetiaan kepada organisasi; Membangun dan mengembangkan kalyanamita sesama anggota dan pengurus serta lintas organisasi; Bertekad menjaga pikiran, ucapan dan perbuatan dengan benar; Bertekad melindungi, menghargai dan merawat semua bentuk kehidupan; Bertekad menyingkirkan ego pribadi demi kepentingan Dhamma dan Bangsa; Bertekad mengembangkan nilai-nilai luhur.
Pemberkatan sesuai pelantikan oleh Bikkhu Sangha Cittaguto Mahathera dan dilanjutkan dengan pidato pelantikan oleh Ketua Umum Kevin Wu. Dalam pidatonya, Kevin menyampaikan sejarah terbentuknya serta sepak terjang FABB sehingga berkembang sampai saat ini, dengan mengambil tema pidato “Kebangkitan Karifan Lokal, Pondasi Indonesia Maju”.
Kilas Sejarah FABB
Sejarah awal FABB terbentuk karena reaksi munculnya bar yang bernama Buddha Bar di Menteng Jakarta Pusat tanggal 26 November 2008.
“Gerakan ini menjadi monumental dikarenakan selama ini masyarakat Buddha dikenal sebagai masyarakat yang cinta damai, harmonis, & bijaksana, namun di sisi lain juga dipandang sebagai “kelompok kecil”, “lemah” dan “apatis”. Bahkan sebelum memulai perjuangan menolak “Bar” ini, forum ini sudah mendapat banyak cemoohan dari dalam dan luar, seperti, “Mereka itu sangat besar, sebesar Gunung Himalaya, sia-sia melawan mereka”, “Bagaimana bisa menang, jika mereka adalah tembok sedangkan kita adalah telur?”, dan lain sebagainya,” ungkap Kevin.
Kevin menegaskan bahwa teman-teman yang bergabung di forum FABB sangat paham, bahwa pergerakan FABB bukan sekedar masalah menang atau kalah, bukan masalah gagah-gagahan, tapi sebuah perjuangan tentang kisah bagaimana seseorang berpikir jernih, mendengar suara nurani, berani memperjuangkan nilai-nilai kebenaran, dan berani berkorban untuk sesuatu yang lebih besar untuk masa-masa yang akan datang.
“Dan sejarah membuktikan, berkat cetana / motivasi yang positif, persatuan semua unsur, dan upaya yang tidak kenal lelah selama hampir 2 tahun maka perjuangan ini membuahkan hasil maksimal; 1.Merek “Buddha-Bar” di Indonesia dicabut oleh Dirjen HAKI; 2.PTUN dimenangkan; 3.PN Jakarta Pusat mengabulkan seluruh permohon FABB, (malah masih ada Denda Rp1M yang belum diserahkan ke kami)” lanjutnya.
Menurut Kevin permasalahan seperti ini tidak hanya terhenti di kasus Buddha Bar saja, masih banyak permasalahan lokal maupun bangsa yang bisa diselesaikan jika nilai-nilai perjuangan FABB, (yakni: keberanian, semangat, bijaksana, kesetiaan, solidaritas, universalitas, dan rela berkorban untuk sesuatu yang lebih besar) bisa tersebar luas ke semua aktivis dan umat Buddha di seluruh Nusantara.
“Tentu masih ingat kasus Ibu Meliana yang rumahnya dibakar hanya karena minta suara speaker dikecilkan lalu diprovokasi oleh oknum tetangganya sendiri, lalu Rupang Buddha di Tanjung Balai Karimun yang dipaksa diturunkan, lalu Tugu Masyarakat Adat Sunda Wiwitan yang disegel, acara sedekah laut yang dirusak oleh segelintir orang, dan masih banyak kasus lainnya. Ke mana mereka harus mengadu? Siapa yang harus membela?”
Hal-hal tersebut menurut Kevin yang mendorong FABB (yang dulunya singkatan dari Forum Anti Buddha-Bar) bertransformasi menjadi Dharmapala Nusantara – FABB (Forum Aktifis Buddhis Bersatu), dengan semangat yang sama dan mengajak seluruh komponen Buddhis untuk bersama-sama bukan hanya membela kepentingan Buddhis di tanah air namun juga kepentingan bangsa dan negara kesatuan RI.
Kevin juga menyampaikan pesan kepada organisasi Buddhis yang lain agar tidak menganggap Dharmapala FABB sebagai pesaing. Tetapi sebaliknnya untuk dijadikan teman bersanding, karena FABB hanyalah platform yang akan menjadi “hub” atau tempat bertemunya berbagai elemen untuk tujuan bersama yang lebih besar untuk dicapai.
“Karena kami sadar bahwa kami juga bagian dari bangsa ini, yang mana sebelumnya kami lebih banyak memilih peran sebagai “penonton” maka kali ini kami pun ingin proaktif memberikan sumbangsih penting bagi kemajuan Indonesia.”
“Dan semua perjuangan ini digali kembali ke akar budaya bangsa ini. Karena kita pernah menjadi bangsa yang besar di masa Kekaisaran Majapahit yang luas pengaruhnya hingga ke sebagian besar Asia Tenggara. Dan kini pun Indonesia juga sedang bergeliat untuk kembali menjadi pemain penting di kawasan bahkan dunia, Menurut laporan World Economic League Table (WELT) yang dirilis CEBR Sabtu (26/12/2020), pada 2035 ekonomi RI akan berada pada peringkat ke-8 terbesar, mengalahkan Brasil, Rusia, Korea Selatan, Kanada, Spanyol, Italia, dan Australia.”
“Jadi, sudah selayaknya kita, aktifis dan umat Buddha Indonesia berperan aktif membangkitkan kembali kearifan lokal budaya bangsa ini, guna menyongsong Indonesia Emas, Indonesia Maju,” pungkas Kevin.
Seusai pelantikan dan pidato pelantikan acara dilanjutkan sesi sambutan serta ucapan selamat para tamu undangan. Sambutan pertama oleh Dirjen Bimas Buddha dan penyerahan Tanda Daftar Perkumpulan Dharmapala FABB oleh Bapak Cariyadi kepada ketua umum. Sambutan dilanjutkan oleh Bhiksu Samanta Kusala Mahastavira.
Selanjutnya adalah sambutan Ketua Dewan Kehormatan, Sudamek AWS yang mengapresiasi atas transformasi FABB saat ini.
“Dengan FABB ini kita berjuang untuk menghadapi segala upaya yang mengakibatkan perpecahan, yang menjadikan kita terkotak-kotak, karena itulah musuh kita bersama. Namun demikian yang saya baca dari AD/ART FABB ada salah satu pasal yang menyebutkan bahwa FABB bisa menjadi advokasi, edukasi, mediasi dan kaderisasi. Di mana advokasi dan mediasi ini adalah perjuangan ke luar diri kita yang biasanya akan berkaitan dengan pihak di luar Buddhis. Tentu ini harus ada pergesekan dengan organisasi atau kelompok di luar Buddhis, dari sini saya berpikir perlu adanya kolaborasi dalam forum ini. Kolaborasi dengan pihak luar dan berbagai pihak yang lain,” jelas Sudamek.
Sambutan-sambutan selanjutnya diisi oleh Dewan Penasehat Perkumpulan Dharmapala Nusantara FABB, Daniel Njohan; sambutan Ketua Dewan Pengawas FABB , Romo Sugiyanto Sulaiman; sambutan Perwakilan Permabuddhi, Prof. Philip K. Wijaya dan sambutan-sambutan lain.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara