Sesi ini merupakan tanya jawab antara Bhante Santacitto dengan umat saat acara online dengan dua narasumber yakni Bhante Santacitto dan Dagri Rinpoche yang ditayangkan melalui channel Youtube BUDDHA DHAMMA INDONESIA secara langsung pada tanggal 21 Agustus 2021.
Tanya: Saat kesadaraan kita belum cukup kuat, bagaimana caranya supaya siap saat menghadapi rasa takut?
Jawab: Terima kasih untuk pertanyaannya.
Pertama, kita harus jelas tentang adanya kebenaran bahwa kesadaran penuh bisa berkembang. “Latihan Membuatnya Sempurna”
Artinya pada saat kita selalu berlatih, kesadaran penuh ini akan terus berkembang. Jadi, kita harus berlatih secara terus menerus.
Pada saat kesadaran penuh kita belum begitu kuat untuk menghadapi rasa takut yang sangat menguasai kita, haruslah kita sadari bahwa hal ini bukanlah tentang kesadaran penuh saja, tetapi juga tentang perlunya untuk mengembangkan kebijaksanaan kita.
Didalam agama Buddha, Sang Buddha mengatakan bahwa dimana ada kesadaran penuh; yang disebut dg kata “sati” disana juga ada kebijaksanaan. Hal ini berarti sebelum kesadaran penuh kita cukup kuat; saat rasa takut muncul, kita juga harus mengembangkan kebijaksanaan. Contohnya, tiba-tiba kita menyadari ada rasa takut muncul dalam batin kita; dengan kesadaran yang kita latih maka kita sadar “ O, rasa takut ini datang dalam batinku, sekarang rasa takut ini menguasai batinku.”
Maka lalu dengan kebijaksanaan kita akanlah muncul kontemplasi tentang rasa takut; “Rasa takut ini sifatnya adalah sementara. Rasa takut ini akan segera berubah. rasa takut ini tidak akan bertahan selamanya tapi akan hilang cepat atau lambat.”
Menyadari bahwa rasa takut ini tidak permanen akan menguatkan batin kita dan menjadikan kita mampu untuk melepaskan rasa takut ini.
Kita bisa juga merenungkan hal ini dari sisi agama Buddha; seperti yang disampaikan oleh Yang Terhormat Kyabje Dagri Rinpoche bahwa semua ini asalnya adalah saling ketergantunga; ada sebab maka ada akibat.
Kenapa saya takut? Kenapa saya cemas? Kenapa saya gelisah? Kita harus melihat penyebab dari dari rasa takut ini.
Setelah melihat penyebabnya kita lalu menemukan cara untujk menangani rasa takut ini; yaitu denagn menghilangkan sumber rasa takut itu. Ini adalah salah satu bentuk dari kebijaksanaan.
Jadi kesadaran dan kebijaksanaan haruslah tumbuh bersamaan untuk memutuskan pikiran pikiran negative yang muncul dalam batin kita.
Terima kasih.
Tanya: Melanjutkan penjelasan Bhikkhu tentang latihan kesadaran sehari-hari; menggunakan tema Covid 19, bagaimana kita berlatih kesadaran sehari-hari sehubungan dengan topik ini?
Jawab: Terima kasih atas pertanyaannya.
Tentu saja , kita harus berlatih kesadaran setiap saat. Perlunya berlatih setiap saat karena pikiran-pikiran negative bermunculan terus menerus.
Saat kita berdiri, duduk, berbaring, dll. Setiap saat kita menggunakan indera kita, pikiran-pikiran negative akan bermunculan.
Hubungan antara Covid 19 dengan meditasi kesadaran adalah; bukan hanya karena Covid 19 kita menjadi sadar untuk selalu siaga dalam melindungi dan mendeteksi status mental kita, tapi juga untuk hal- hal lainnya.
Artinya kesadaran ini harus digunakan untuk selalu melihat mental status kita didalam segala hal dan situasi. Baik pada saat mental kita dikuasai oleh pikiran negative maupun pikiran yang menyenangkan.
Hal ini berarti bahwa kita harus berusaha untuk memutuskan pikiran-pikiran negative seperti ketamakan, kebencian dan delusi
Dan pada saat pikiran kita dipenuhi oleh cinta kasih dan kasih sayang, kebijaksanaan dll, maka kita perlu berusaha untuk mengembangkan mental status kita ini.
Inilah sebenarnya alasan utamanya untuk mengembangkan kesadaran penuh kita
Bukan hanya semen-mena karena adanaya Covid 19; tetapi perlunya melatih keadaan batin kita, dalam setiap situasi, keadaan baik dan buruk; menggunakan kesadaran untuk mempertahankan atau melindungi batin kita untuk tidak dikuasai sepenuhnya oleh kekotoran batin.
Covid 19 hanyalah salah satu alasan, tapi banyak sekali alasan-alasan lain yang membuat batin kita tertipu oleh kekotoran batin.
Terima kasih.
Tanya: Tolong jelaskan dengan lebih luas tentang bagaimana mengembangkan kesadaran penuh dan menciptakan kebijaksanaan yang lebih baik.
Jawab: Terima kasih atas pertanyaannya.
Pertama-tama kita harus menyadari dulu arti dari kesadaran penuh. Biasanya saya menggunakan semacam kiasan untuk menjelaskan bahwa sebenarnya setiap manusia telah memiliki kesadaran penuh didalam dirinya.
Contohnya agar tidak terluka pada saat kita harus melewati jalan yang penuh dengan duri duri tajam atau batu batu yang runcing kita harus berjalan dengan sangat hati-hati.
Sebetulnya kehati-hatian itu, yaitu disaat kita seutuhnya bersama dengan batin kita, itu adalah kesadaran penuh.
Artinya didalam kesadaran penuh batin kita harus hadir sepenuhnya. Batin kita harus sangat berhati-hati tentang status mental yang sedang terjadi disaat itu. Pada saat kita sadar bahwa kita sadar penuh, kita berada di momen kekinian, saat kita berhati-hati dengan apa yang kita lakukan inilah kesadaran penuh.
Beberapa orang hidup dalam kesadaran penuh hanyalah disaat mereka menghadapi kondisi buruk atau saat menghadapi kesulitan di zona nyamannya.
Pada saat hidup dalam kenyamanan terkadang kita membiarkan batin berkelana, menikmati kenikmatan duniawi. Hal ini membuat kekotoran batin meningkat; karena tidak adanya kesadaran penuh.
Menurut Sang Buddha, seperti yang dikatakanNya dalam bahasa Pali “satinca khvaham, bhikkhave, sabbatthikam vadami”. Kesadaran penuh harus hadir setiap saat dalam keadaan baik atau buruk karena kekotoran batin sebagai penyebab dari segala penderitaan bisa muncul kapan saja.
Pada saat kita berlatih kesadaran penuh, kita harus sadar diri. Kita harus berhati-hati terhadap diri kita . Selalu berada dikekinian bersama dengan tubuh dan batin kita. Dengan cara ini kesadaran penuh akan berkembang dan “panna” atau kebijaksanaan akan tumbuh mengikuti perkembangan kesadaran penuh.
Dalam kesadran penuh kita tahu diri kita sepenuhnya, kita tahu apa yang kita lakukan baik disaat kita berjalan-duduk-berbaring – disaat kita memperhatikan atau mendengarkan atau mencium, atau menyentuh atau makan; kita bersadar penuh didalam segala tindakan yang kita lakukan.
Yaitu adanya pemahaman tentang apa yang sedang terjadi dissat itu, dan dengan cara inilah kebijasanaan tumbuh.
Khususnya dalam memahami “anicca”, bahwa semuanya berubah; tidak permanen. Menyadari hal ini kita sadar bahwa kemelakatan terhadap apapun dan pengakuan tentang “aku” akan menyebabkan penderitaan. Dengan menjalani kesadaran penuh pengakuan tentang “aku” akan sirna.
Jadi pengertiannya adalah “panna” akan tumbuh mengikuti kesadaran penuh. Jadi, “sati” dan “panna’ akan tumbuh bersamaan. Tetapi kita perlu mengembangkan “sati” terlebih dahulu dan “panna” akan mengikuti. Semakin kita hidup dalam kesadan penuh maka kebijaksaan akan semakin berkembang juga.
Terima kasih.
(Diterjemahkan oleh Agustina Susanti Djaja, Agustus 2021)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara