• Thursday, 21 April 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Ik ben een Boeddha-kindje, weet u, en dat is al een reden om geen dierlijk voedsel te gebruiken….” 

“Saya adalah anak Buddha, Anda tahu, itu cukup untuk menjadi alasan saya tidak memakan makanan hewani…” 

Itulah kata-kata R.A. Kartini, dicuplik dari buku Door Duisternis tot Licht (Habis Gelap Terbitlah Terang) halaman 277.

Buku tersebut merupakan bunga rampai korespondensinya dengan teman – teman Belanda-nya. Isinya kumpulan surat – surat Kartini yang mengungkapkan bahwa ia adalah wanita yang memiliki pola pikir maju dan terbuka, termasuk dalam hal beragama. 

Raden Ajeng (RA) Kartini, atau Raden Ayu Kartini, lahir di Jepara, Hindia Belanda, 21 April 1879. Ia merupakan tokoh Jawa yang kemudian diangkat menjadi Pahlawan Nasional karena perjuangannya sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi-Nusantara di Tanah Jawa.

Hal yang menarik ditelisik dari sosok Kartini adalah perihal agama yang ia anut. Di dalam salah satu tulisannya, Kartini yang lahir dalam kultur Islam Jawa mengaku dirinya adalah anak atau pengikut Buddha, dan menerapkan pola diet vegetarian. Ini tentunya sesuai dengan ajaran Buddhis Mahayana. 

Lebih lanjut dalam surat tertanggal 27 Oktober 1902 itu Kartini menjelaskan sikap vegetarian ini dimulai bermula saat ia berumur 14-15 tahun. Namun Kartini tak memiliki keberanian mengumumkan sikap ini hingga beberapa lama sebelum menulis surat ia memberitahu ibunya dan ditanggapi dengan gembira.

Pengakuan Kartini yang menyebut dirinya sebagai anak Buddha diawali saat Kartini kecil sakit keras, dengan gejala demam. Tinggi dan badan yang menggigil. Dokter yang didatangkan ayahnya, Bupati Jepara Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, tak sanggup mengobati anak tujuh tahun itu. Lantas datanglah seorang Tionghoa yang sedang dihukum pemerintah Hindia Belanda bertamu ke rumahnya.

Laki-laki itu sudah dikenal oleh tiga anak Sosroningrat. Dia menawarkan bantuan dengan meminta Kartini meminum air yang dicampur abu lidi shio dari sebuah kelenteng di Welahan, kecamatan di Jepara, Jawa Tengah, tempat terdapat banyak rumah ibadah Tridharma. Alhasil, demam Kartini turun dan ia sembuh.

Pengalaman itu kemudian ia tulis dalam surat untuk Nyonya Rosa Abendanon-Mandri, istri Direktur Pendidikan, Agama, dan Industri Hindia Belanda. Dalam surat bertarikh 27 Oktober 1902, Kartini berapi-api menceritakan pengalaman itu. “Apa yang tak berhasil dengan obat-obatan kaum terpelajar ternyata berhasil dengan obat tukang jamu,” tuturnya.

Kartini tidak membatasi dirinya sebagai seorang keluarga Islam ningrat tetapi menerima kepercayaan yang ada di sekitarnya. Memang Kartini mengaku sebagai anak Buddha, namun belum ditemukan pengakuan bahwa secara resmi ia menyatakan berlindung pada Tri Ratna. 

Jadi boleh dikatakan, kepercayaan Kartini bersifat kompleks. Ia lahir dari lingkungan Islam Jawa, sangat terkesan dengan ajaran Buddha, berinteraksi dengan tradisi spiritual Tionghoa, dan juga bergaul dengan orang-orang Belanda Kristen, yang tentunya membentuk pola pikirnya hingga akhir hayatnya. 

Makam Kartini

Kartini mengembuskan napas terakhirnya di Rembang pada usia 25 tahun, tanggal 17 September 1904, empat hari pascamelahirkan putra tunggalnya, Raden Mas Soesalit. Ia dimakamkan di Desa Bulu  Kecamatan Bulu, yang terletak 17,5 Km ke arah selatan Kota Rembang. 

Banyak wisatawan yang berziarah di sana, terlebih pada tanggal kelahirannya yakni setiap tanggal 21 April. Di lokasi tersebut terdapat pula makam suami dan putra satu-satunya Kartini. Ada juga makam keluarga Bupati Rembang pada masa Kepemimpinan R.M.A.A. Djoyodiningrat. 

Tahun 2017, Kompleks Makam Raden Ajeng Kartini akhirnya diresmikan sebagai salah satu destinasi wisata ziarah nasional. Seremoni peresmian dilakukan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Rembang Abdul Hafidz, tepat di hari peringatan Kartini ke-138, Jumat 21 April 2017.

Makam Kartini terletak di sebuah bukit tepat di belakang kantor Kecamatan Bulu. Kompleks makam sendiri berada di jalur utama Kabupaten Rembang dan Kabupaten Blora, sehingga mudah dicapai dengan kendaraan darat. 

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *