Balai Pelestarian Benda Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah bersama masyarakat Dusun Liyangan, Temanggung, Jawa Tengah menggelar pameran benda cagar budaya, Kamis (12/8). Pameran bertempat di Balai Desa Liyangan ini bertujuan untuk pengambilan film dokumenter temuan Liyangan tahun 2014 lalu.
Ragam benda purbakala dipamerkan, mulai dari puluhan ragam guci dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda, artefak batu reruntuhan candi, arca, hingga alat pertukangan yang dipakai masyarakat tempo dulu. Seperti tang, kapak, pedang, anak panah, dan juga alat pahat batu.
“Banyak orang bertanya teknologi apa yang digunakan oleh masyarakat zaman dulu membuat candi. Salah satunya ya pahat batu seperti ini,” jelas Ancah Yosi Cahyono, juru pugar Situs Liyangan kepada BuddhaZine.
Menurut Yosi, Liyangan merupakan situs yang kompleks. Banyak temuan unik, menarik yang jarang ditemukan di situs-situs candi lainnya. “Seperti ini, lingga dan yoni yang menyatu. Ini hanya ditemukan di sini (Situs Liyangan),” kata Mahasiswa Sejarah Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Yang paling menarik perhatian pengunjung dalam pameran itu adalah arca singa. Arca berbahan perunggu dengan panjang 41 cm dan tinggi 27cm itu sengaja diletakkan di posisi tengah. Sejauh ini, arca singa menjadi temuan paling istimewa yang tersisa dari situs Liyangan.
“Arca ini pernah hilang,” kata Yosi. Yosi bercerita arca itu sempat ditawar orang dengan harga fantastis, 250 juta. Namun sebelum transaksi jual beli terlaksana, seorang penjaga situs Liyangan mengetahui dan melacak arca itu.
“Mulanya orangnya tidak mengaku. Tapi setelah ditunjukkan foto singa yang terletak di atas meja, dan sendal yang tertangkap kamera itu ia tidak bisa mengelak. Selamatlah arca ini,” imbuh Yosi.
Pada bagian punggung arca singa terdapat dua lubang. Menurut Yosi, lubang itu dulunya digunakan sebagai tempat mengalirkan air dalam ritual keagamaan. Selain dua lubang itu juga terdapat 7 lubang. “Ini lubang permata. Permatanya memang sudah tidak ada sejak awal.”
Temuan singa semakin menegaskan Liyangan bukan situs percandian biasa. Mengutip tulisan Prof. Timbul Haryono, Yosi mengatakan bahwa tanpa arca singa, kedudukan sebuah candi masih dianggap rendah.
“Singa ini kan simbolnya banyak, kalau dari Buddha sebagai simbol kewibawaan,” pungkas Yosi. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara