• Tuesday, 19 July 2022
  • Surahman
  • 0

Ratusan umat Buddha Lasem berjalan menyusuri dusun dan area pertanian sejauh empat kilometer memperingati Asalha Puja 2556 BE/2022, Minggu (17/7). Meskipun medan naik turun bukit, namun semangat mereka tidak surut. Lantunan paritta-paritta suci dari pengeras suara yang dibawa dalam mobil bak terbuka seperti memberi energi mereka untuk terus berjalan menuju Vihara Ratanavana Arama, Dusun Tluweng, Desa Sendangcoyo, Kec. Lasem, Kab. Rembang. 

Rombongan arak-arakan umat Buddha ini adalah prosesi peringatan Asalha Puja 2566 BE/2022 yang diselenggarakan oleh Vihara Ratanavana Arama, Lasem. Acara ini diikuti oleh umat Buddha dari pelbagai daerah di Indonesia, antara lain; Lasem, Pandangan, Jepara, Solo, Jogja, dan Semarang. Dalam acara ini juga dihadiri oleh 3 anggota sangha; Bhante, Bhante Piyadhiro, Bhante Jayamedho, Bhante Saccapiyo, serta, satu samanera. 

Sekitar pukul 16.00 WIB barisan umat mulai berjalan dari Cetiya Dusun Kebon menuju Vihara Ratanavana Arama. Barisan mobil pembawa rupang, relik, serta beragam gunungan hasil bumi turut meramaikan prosesi. Kurang lebih satu jam perjalanan melewati tiga dusun yang dilakukan umat. Selama prosesi, tak henti-hentinya sound system yang dibawa oleh salah satu mobil memperdengarkan lantunan paritta dan lagu-lagu Buddhis. 

Setibanya di area vihara, umat langsung menuju Candi Bhante Sudhammo yang terletak di bagian puncak kompleks vihara. Setelah peletakan rupang dan segala uborampe di altar utama candi, umat melakukan pradaksina mengelilingi candi sebanyak tiga kali. Cuaca sore yang nampak mendung tanpa hujan menjadikan suasana area candi terasa teduh dan nyaman. Mengkondisikan umat lebih khidmat dalam melakukan ber pradaksina. Acara dilanjutkan dengan puja bakti Asadha dan Dhammadesana. 

Pesan Dhamma Bhante Jayamedho

Membuka pesan Dhammanya, Bhante Jayamedho menjelaskan bahwa adanya Candi Bhante Sudhammo yang terbangun indah dan megah tidak lain merupakan bentuk penghormatan kepada Guru Agung Buddha Gautama. Buddha hadir di dunia membawa ajaran-ajaran yang berlandaskan cinta kasih dan kasih sayang, sebuah ajaran yang akan mendukung terwujudnya kebahagiaan hidup. Sehubungan dengan faktor kebahagiaan di dunia, Bhante Jayamedho mengulas kembali sabda Sang Buddha tentang hal yang memunculkan kebahagiaan.

“Kelahiran seorang Buddha sungguh membahagiakan dunia ini, baik manusia maupun dewa. Dengan landasan kasih sayang, seorang Buddha tidak akan melakukan dan tidak menyetujui tindak kekerasan dalam menjalani kehidupan.Bahkan murid-murid Buddha tidak diijinkan melakukan tindak kekerasan dalam bentuk apapun dan kepada siapapun. Oleh karena itu ketika menjadi umat perumah tangga hendaknya bisa membina rumah tangga tanpa adanya KDRT,” pesan bhante mengawali ceramah.

Bukan hanya sebatas tidak melakukan kekerasan, namun pengejawantahan cinta kasih dan kasih sayang ajaran Buddha juga meliputi penghindaran terhadap perilaku yang membuat orang lain bahkan makhluk lain menderita baik secara fisik maupun batin. Buddha berpesan kepada para siswanya untuk jangan menyakiti orang lain, jangan menghina orang lain, jangan merendahkan orang lain. Bhante menambahkan, jangan pula mudah mengatakan sesat kepada orang lain, karena sebagai umat awam masih dalam perjalanan menuju kesempurnaan hidup. 

Demi menemukan ajaran yang mengarah kepada kedamaian dan kebahagiaan hidup, Buddha bahkan sampai harus bertapa menyiksa diri selama enam tahun di hutan. Maka dari itu sebagai umat Buddha sudah sepatutnya memberikan penghormatan setinggi-tingginya kepada Guru Agung Buddha Gautama.

“Kedua, kita berbahagia adanya pembabaran ajaran yang benar. Titik pangkal ajaran Beliau adalah Dhammacakka Pavattana Sutta. Kita diingatkan bahwa segala sesuatu tidak ada yang kekal, semua itu owah gingsir. Hidup kita selalu berputar, sehat, sakit, senang, susah, gembira, sedih, mencintai, membenci. Kita hidup dalam dualisme, dan inilah yang membuat kita menderita. Keinginan kita untuk tetap mempertahankan kesenangan, dan menolak yang tidak menyenangkan, inilah sumber penderitaan kita. Bahagia bisa dicari kalau kita bisa mengatasi ombak ketidakkekalan ini,” lanjut Bhante.

Untuk menghadapi ketidakkekalan hidup, umat Buddha hendaknya berpegang teguh kepada Dhamma ajaran kebenaran. Mengutip pesan Buddha yang termuat dalam Mahaparinibbana Sutta, Bhante memaparkan bahwa umat Buddha hendaknya menjalin kehidupan bermasyarakat dengan melakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain. Kedua, melakukan segala sesuatu untuk kesejahteraan orang lain, tidak melakukan hal yang merugikan orang lain. Ketiga, melakukan segala sesuatu untuk membahagiakan orang lain. 

“Ini kunci orang hidup agar memperoleh kebahagiaan,” tegas bhante.

Selain itu, kesadaran untuk menerima dan menghargai perbedaan yang tak mungkin dihindari adalah hal penting untuk ditumbuhkan dalam setiap individu. Adanya sikap toleransi yang terbentuk dalam masyarakat akan mendukung terwujudnya kerukunan. Kerukunan menjadi awal terciptanya hidup damai dan bahagia.

“Ketiga, Sukho Sanghassa Samaggi. Samaggi artinya kerukunan. Dalam suatu komunitas pasti penuh dengan perbedaan. Tapi perbedaan ini hendaknya bukan menjadi permasalahan, namun hendaknya kita atur agar bisa selaras, harmonis, dan seimbang. Hingga akhirnya menciptakan kehidupan yang rukun di dalam komunitas ataupun masyarakat. Perbedaan yang ada secara bijaksana kita selaraskan, apa pun yang laras akan membuat keindahan. Inilah cara hidup yang diajarkan Sang Buddha yaitu yang selaras dan damai.”

Hal terakhir yang disampaikan bhante adalah bersatunya orang yang bisa mengendalikan diri. Jika semua orang bisa mengendalikan diri, tidak ada kerusuhan antar kelompok, apalagi kerusuhan atas nama agama. Tidak ada. Karena agama adalah untuk mewujudkan kerukunan dalam hidup bermasyarakat.

“Di samping itu, kita juga harus menjaga pikiran. Mengarahkan pikiran ke hal-hal yang positif dengan pengembangan cinta kasih. Dengan pikiran yang positif kita akan selalu bisa merasa bersyukur dengan segala yang kita miliki, termasuk bersyukur masih hidup hingga saat ini,” tutup bhante.[MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *