• Friday, 22 October 2021
  • Yulia
  • 0

Korea Selatan merayakan Hari Hangul, yaitu nama aksara Korea, pada 9 Oktober dengan perayaan Nasional sekaligus memamerkan Manuskrip Buddhis. Pusat dari pameran ini memajang Seokbosangjeol Volume 20 dan 21 dan dipamerkan seterusnya di Museum Nasional Korea dari tanggal 30 September kemarin. Manuskrip yang dipamerkan tersebut adalah donasi dari mendiang Pemimpin Grup Samsung, Lee Kun Hee (1942-2020).

Seokbosangjeol adalah teks Buddhis pertama yang ditulis dalam bahasa Hangul yang baru di kembangkan pada 1447. Perintah ini diberikan oleh Pangeran Suyang (1417-68), yang kemudian menjadi Raja Sejo, Raja ketujuh dari Joseon, untuk menghormati ibunya, Ratu Soheon, yang baru saja meninggal. Ratu Soheon (1395 – 1446) adalah seorang penganut Buddha yang taat di kala Dinasti Joseon (1392 – 1910) didominasi dengan Ajaran Konfusius. 

Aksara Hangul dibuat di masa hidup Ratu Soheon oleh Suaminya, Raja Sejong (1392-1450). Alfabet dan penulisan di awal merupakan sebuah harta Nasional bagi Korea sejak saat itu. 

Jang Jin-Won, seorang profesor peneliti  pada Institut Universitas Dongguk untuk ilmu Kajian Ajaran Buddha, menyampaikan Seokbosangjeol adalah penting “Ini adalah buku pertama setelah terciptanya aksara Hangul, juga sekaligus mengecek jika ada kekurangan atau kesalahan.” Kemudian beliau juga menambahkan “ Sabda Buddha juga dimasukkan, yang juga berbeda dari literasi yang sudah ada. Juga hal ini membuktikan jika Dinasti ini bergantung dengan komunitas Buddhis.” (Korea JoongAng Daily)

Total dari 24 Volume dari Seokbosangjeol sudah dicetak, namun ada beberapa yang hilang. Volume 6,9,13 dan 19 yang ada di koleksi Perpustakaan Nasional Korea. Volume 23 dan 24 ada di Perpustakaan Pusat Universitas Dongguk. Volume 20 dan 21 sekarang ada dipajang di Museum Nasional Korea, yang belum pernah dilihat oleh umum. 

Selain dari Seokbosangjeol, ada 152 blok besi yang diyakini berasal dari abad ke 15 juga sedang dipajang bersamaan dan sudah disimpan pada pusat penyimpanan Museum Nasional Korea sejak 1931. 

Menurut petugas Museum, cukup sulit untuk mempelajari plakat tersebut dikarenakan kurang adanya contoh perbandingan blok serupa lainnya. Namun terdapat temuan baru sebanyak 1,600 blok besi pada bulan Juni peneliti baru bisa bekerja. Saat ini, mereka belum bisa menyimpulkan apapun akan asal muasal dari blok besi tersebut.  

“Kami bisa membandingkan komponen dari blok besi yang ditemukan baru-baru ini dengan yang kami miliki dan keduanya dari masa yang sama,” ucap Kim Dong-woo seorang peneliti dari Museum Nasional Korea. “Kami juga mengecek Huruf dan ukuran dengan buku yang diterbitkan menggunakan jenis Gapinja, yang juga didonasikan dari Bapak Lee Kun-hee. Kebanyakkan karakternya sama.” (Korea JoongAng Daily)

Kim juga mencatat dengan dokumen dan sejarah yang ada di masa itu membantu mereka mendapati kerumitan sejarah Ajaran Buddha di Semenanjung Korea, yang sudah ada dari 372 SM dan sudah diakui sebagai Agama di Negara oleh kerajaan Silla pada 552. Kemudian, pada masa Dinasti Joseon, Neo-Confucian melampaui Ajaran Buddha, yang menjadikan pemusnahan Ajaran Buddha. 

“Selain  Hangul dihormati  Seokbosangjeol, juga sangat dihargai akan pelajaran kultur Buddhism,” ujar Kim dari Museum. “Walaupun Dinasti Joseon dikenal sebagai Negara Konfusius, Tradisi akan Goryeo tetap ada di dalam keluarga kerajaan dan budaya Buddhis terus berlanjut, dan Seokbosangjeol, menjadi bukti hal ini. Ada banyak orang yang menganut Ajaran Buddha di keluarga kerajaan di awal Dinasti Joseon.” 

“Ini adalah sebuah relik penting yang menampilkan pengembangan blok besi yang di kembangkan sejak masa Jikji Simche Yojeol (1377), sejarawan buku meyakini jika beliau adalah pelopor pembuat blok besi pertama,” ujar Lee Seung-cheol, seorang periset pada UNESCO. 

Menurut Sensus pada 2015, kebanyakkan orang pada Korea Selatan sebanyak 56,1 persen tidak meyakini Agama apapun. Namun agama Kristen pada urutan teratas untuk agama yang dianut sebesar 27,6 persen, sedang agama Buddha 15,5 persen.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *