Umat Buddha Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya Dusun Lamuk, Desa Kalimanggis, Kecamatan Kaloran, Temanggung, Minggu (22/5), melaksanakan perayaan waisak Lintas Sekte. Acara dihadiri oleh Acarya Lian Yang dari Jakarta sebagai pembabar Dhamma. Turut hadir pula Camat Kaloran beserta Muspika, Gara Bimmas Buddha Kabupaten Temanggung, Kepala Desa beserta staff Desa Kalimanggis, dan Ketua WALUBI Jawa Tengah.
Rumadi, ketua panitia perayaan Waisak menyampaikan dalam sambutannya bahwa Perayaan Waisak dihadiri oleh kurang lebih 500 umat. “Kurang lebih 500 umat Buddha dari berbagai sekte dan dari beberapa vihara di sekitar Desa Kalimanggis yang hadir dalam Perayaan Tri Suci Waisak kali ini. Perayaan ini selain untuk memperingati tiga peristiwa penting dalam kehidupan Sang Buddha juga menjadi sarana bagi Umat Buddha untuk mengamalkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari pada khususnya dan kemajuan Buddha Dhamma pada umumnya,” paparnya.
Perayaan Waisak Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya tahun ini selain acara ritual dan seremonial juga dimeriahkan dengan pentas seni SMB berupa sendra tari, karawitan, dan lion barongsai. Sementara pementasan seni lapang diselenggarakan sehari setelah perayaan berupa seni rakyat kuda kepang, soreng dan lainnya.
Pesan Dhamma Acarya Lian Yang
Acarya Lian Yang merasa haru mendengarkan lantunan lagu pendupaan dalam Bahasa Jawa. “Untuk pertama kalinya sewaktu pembukaan tadi Acarya mendengarkan lagu pendupaan dinyanyikan dalam Bahasa Jawa. Acarya merasakan begitu terharunya dan begitu sakralnya upacara hari ini,” ungkapnya.
Menurut Acarya, makna kelahiran Buddha adalah pengajaran dan pencapaian. Penjelasan ini merupakan kutipan dari hasil tanya jawab antara Maha Guru dengan Maha Dewi Yao Chi yang dibukukan.
Maha Guru yang dimaksud adalah Master Lu Sheng Yen yang juga dikenal dengan Maha Guru Lian Seng. Beliau adalah pendiri aliran Tantrayana Satya Buddha yang telah belajar Buddhisme dari aliran Mahayana dan empat aliran Tantrayana Tibet, serta telah mencapai ke-Buddha-an pada tubuh yang sekarang. Sementara Maha Dewi Yao Chi merupakan salah satu dewi dalam ajaran Taoisme dengan tingkat pencerahan setara dengan Buddha.
“Pengajaran adalah pembabaran Dhamma yang benar. Kalau kita belajar Dhamma yang benar, otomatis kita pun akan mencapai kebenaran, mendapatkan kebenaran. Tapi kalau kita tidak tahu, kita salah belajar kemudian menyimpang dari ajaran Sang Buddha, kita tidak akan mencapai pencerahan dalam kehidupan saat ini. Kita semua terutama umat Vihara Vajra Bumi Satya Dharma Virya, kita semua sudah bersarana kepada Maha Guru,” jelasnya.
Menurut Acarya, Maha Guru adalah seorang Buddha hidup yang mencapai pencerahan dalam kehidupan yang sekarang. Artinya secara otomatis umat Buddha yang bersarana kepada Maha Guru juga belajar dari kebenaran yang telah dicapainya. Maha Guru telah memberikan Dhamma yang benar, dengan begitu banyak kontak batin sebagai buktinya.
“Buktinya di sini ada Romo Suyanto, bahwa beliau sudah bercerita kepada saya mengenai keyogaan atau kontak batin beliau setelah bersarana kepada Maha Guru. Itu membuktikan bahwa Dharma yang diajarkan oleh Maha Guru kita adalah Dharma yang benar. Termasuk saya sendiri yang sejak 13 tahun bersarana kepada Maha Guru sampai hari ini sudah hampir 27 tahun. Saya merasakan semua Dharma yang diajarkan Maha Guru sangat bermanfaat dan akan membantu dalam pelatihan diri kita. Jadi penting belajar Dharma yang benar, mendapatkan Guru yang benar. Ini yang harus kita perhatikan,” lanjut Acarya.
Mengenai makna kedua yaitu pencapaian, acarya menjelaskan bahwa pencerahan Buddha Sakyamuni di bawah pohon Bodhi itulah yang dimaksud dengan pencapaian. Pencerahan ini pula yang harus dicapai oleh umat Buddha, dengan cara melatih diri dalam kehidupan saat ini.
Setelah mengerti makna pengajaran dan pencapaian, Acarya menjelaskan hal utama yang harus dipelajari dalam belajar Buddha Dhamma berdasarkan jawaban Maha Dewi You Chi kepada Maha Guru. Yaitu dengan mempelajari Sutra, Vinaya, dan Abhidhamma yang diajarkan oleh Buddha dan terangkum dalam Tri Pitaka.
“Kita tahu di dalam Tri Pitaka itu mengandung Sutra, Vinaya, dan Abhidhamma. Sutra adalah sabda Buddha Sakyamuni kepada para insan, kemudian Vinaya yaitu sila yang harus kita pegang dan harus kita jadikan sandaran, sedangkan Abhidhamma yaitu kumpulan filsafat ataupun doktrin metafisika dari para arya yang dikumpulkan, supaya bisa menjadi bahan referensi di dalam latihan diri kita. Kemudian hal utama apa yang harus kita pegang di dalam latihan diri kita?”
Acarya melanjutkan bahwa sebagai umat Buddha harus berpegang pada Sila, Samadhi, dan Prajna. Menurutnya, dengan menjaga sila seseorang akan dengan mudah memasuki samadhi karena terbebas dari rasa penyesalan, ketakutan ,dan kekhawatiran yang timbul dari pelanggaran sila. Dengan terus menekuni samadhi atau meditasi, akan muncul prajna.
“Prajna adalah kebijaksanaan yang kita butuhkan di dalam hidup kita untuk memahami kebenaran alam semesta. Jadi kita harus menyadari bahwa untuk mencapai kebenaran itu tidak ada cara lain selain menekuni meditasi,” imbuhnya.
Lebih jauh, Acarya memaparkan bahwa dengan menekuni meditasi seseorang bisa mencapai pencerahan bahkan ke-Buddha-an. Acarya pun melanjutkan penjelasan tentang jalan mencapai ke-Buddha-an melalui Tantrayana. Sebelum masuk belajar lebih dalam, hal yang harus dipelajari dan dipahami terlebih dahulu adalah tentang empat kebenaran mulia. Selanjutnya mempelajari tentang Boddhicitta dan 37 moral yang merupakan praktik Boddhisatwa.
“Yang terakhir setelah kita memahami empat kebenaran mulia, lalu kita mempelajari dan menjalankan Bodhicitta baru kita masuk ke dalam tahapan Tantrayana. Dan di dalam Tantrayana sendiri ada empat tahapan, pertama Kriya Tantra, Carya Tantra, Yoga Tantra, dan Anutarayoga Tantra,” jelasnya.
Berdasarkan penjelasan acarya, Kriya Tantra merupakan tahapan awal saat umat belajar tentang visualisasi, mudra, mantra dan tentang tata ritual. Kemudian tahap Carya Tantra, yang secara eksternal merupakan tahap belajar tentang sadhana dan tentang bhavana, tetapi secara internalnya adalah belajar bagaimana memasuki meditasi dan menekuni samadhi. Tahap ketiga adalah Yoga Tantra, yaitu belajar mempraktikkan bagaimana mencapai keyogaan dengan adhinata. Terakhir adalah Anutarayoga Tantra, yaitu belajar bagaimana seseorang bisa mencapai ke-Buddha-an dalam tubuh yang sekarang.
Mengakhiri pesan Dhammanya, acarya berpesan kepada segenap umat untuk senantiasa belajar Dhamma secara seimbang antara teori dan praktik. “Jika hanya fokus pada teori kita tidak akan pernah mencapai yang namanya pencerahan. Sebaliknya jika hanya fokus pada praktik tanpa teori, suatu hari ada kesalahan di dalam latihan diri kita, kita akan salah jalan dan menyimpang. Maka teori dan praktik harus dipelajari dan dijalankan secara seimbang,” pungkas Acarya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara