Meskipun sudah lewat bulan Kathina, rupanya tidak menyurutkan umat Buddha, terutama di desa-desa untuk tetap menyelenggarakan Sangha Dana. Umat Buddha Vihara Kondanna, Desa Kebonagung, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang misalnya, dengan semangat gotong royong 18 vihara di bawah binaan Lembaga Manggala Bina Sejahtera secara bersama-sama menyelenggarakan Sangha Dana sekaligus peresmian vihara baru.
Acara yang digelar hari Sabtu (26/11) ini dihadiri oleh ribuan umat Buddha Semarang, Temanggung, dan Jakarta. Acara ini juga dihadiri oleh umat agama lain. Hadir juga Bhikkhu Subhapanno, Ketua Sangha Theravada Indonesia dan bhikkhu senior dari Thailand, Bhikkhu Sombat, yang juga sempat berbagi Dhamma.
Acara dimulai dengan pengambilan air berkah dari Tuk Sewu (Sumber Air Seribu) yang merupakan salah satu sumber mata air penghidupan masyarakat sekitar Kebunagung. Dengan berbaris rapi, ribuan umat Buddha melakukan prosesi dari vihara di Dusun Ngasinan yang letaknya lebih dari satu kilometer dari tempat acara. Tak pelak, prosesi ini pun menjadi tontonan tersendiri bagi warga sekitar yang dengan antusias menyaksikan iring-iringan, bendera merah putih, panji-panji Buddhis, air suci, sarana puja hasil pertanian, patung Buddha, para bhikkhu dan ribuan umat Buddha yang berbaris di bawah kain kuning membentang panjang.
Bhante Sombat merasa kagum dan bahagia dapat mengikuti acara ini. “Ini hari yang baik, kita bisa datang di acara peresmian vihara baru dan bisa berdana kepada Sangha,” ujarnya.
Dalam pesan Dhammanya, Bhante Sombat menyampaikan, bahwa manusia hidup penuh dengan keinginan, “Sebagai manusia, kita semua ingin hidup dengan umur panjang dan sehat; ingin mendapat kedudukan yang baik, sebagai kepala daerah, presiden yang membuat orang bahagia; ingin segera kaya, sehingga dapat membeli segala sesuatu yang diinginkan; dapat hidup di tempat yang baik yang membuat kita bisa hidup bahagia.”
Empat keinginan manusia ini tidak berbeda, tetapi bagaimana cara kita mencapainya? “Sebagai umat Buddha, kita diajarkan oleh Buddha Gotama bahwa semua itu dapat kita capai dengan usaha yang keras, rajin bekerja, tidak malas. Sebagai anak sekolah rajin belajar; sebagai perumah tangga rajin bekerja dan bisa menggunakan hasil kerjanya untuk mencukupi kebutuhannya dengan baik, tidak foya-foya dan dapat hidup sesuai dengan penghasilannya, mempunyai sahabat yang baik.”
Mampu mengatur penghasilan dan mempunyai sahabat yang baik, menurut Bhante Sombat, adalah penting, “Punya sahabat yang baik, supaya bisa menuntun kita. Sebab kalau punya sahabat tidak baik, dia bisa mempengaruhi kehidupan kita sehingga menghamburkan apa yang kita dapat. Dan kita harus bisa hidup sesuai dengan penghasilan kita. Kalau kita dapat sekian, kita pakai tidak terlalu banyak. Bukan kalau kita dapat sekian, pengeluaran kita banyak sehingga harus hutang-hutang orang lain, sehingga hutang kita banyak. Kalau seperti itu, pikiran kita tidak akan tenang dan tidak akan membuat bahagia.
“Ini adalah salah satu ajaran Buddha yang harus dijalankan supaya kita bisa hidup bahagia, dalam kehidupan sekarang dan kalau bisa dalam kehidupan yang akan datang. Ini tentu harus disertai dengan keyakinan kepada Tiratana.”
Kalau mau mendapatkan akibat yang paling top –bisa mendapat pembebasan, menurut Bhante, caranya adalah mau menjalankan sila dengan sungguh-sungguh dan mengembangkan meditasi.
“Sebagai umat Buddha, menjalankan Pancasila, tidak membunuh, tidak mencuri, tidak berbohong, tidak asusila dan tidak mabuk-mabukan; melaksanakan meditasi, konsentrasi pikiran dan mengembangkan kebijaksanaan sedalam-dalamnya sampai mengerti yang benar dan tidak benar. Yang benar, tidak lain adalah mengetahui bahwa semua tidak kekal. Dalam bahasa Pali disebut anicca dan dukkha, dan sesungguhnya tanpa aku. Kita sebut-sebut sebagai aku dan aku, semuanya milikku. Ini hanyalah kebenaran semu, kalau kebenaran mutlak bukan. Ini agak sulit untuk dimengerti. Lalu mengembangkan kebijaksanaan yang sedalam-dalamnya. Kalau dapat melakukan demikian, hidup kita akan bebas dari penderitaan dan mencapai kebahagiaan mutlak. Inilah tujuan sebagai manusia,” kata Bhante.
“Memang, kita sebagai manusia biasa, dalam kehidupan sehari-hari, apa yang bisa kita lakukan kita usaha sebisa-bisanya. Serta berdana, selalu memberi pertolongan kepada orang lain yang sedang kesusahan. Kita lakukan apa saja untuk menolong.
“Bukan hanya kepada manusia saja, binatang-binatang seperti anjing kita kasih makan, itu juga berdana. Semasih kita punya niat yang baik membagi kebahagiaan kepada semua mahkluk, akibatnya kita akan disayang semua mahkluk. Oleh karena itu, umat Buddha diajak melaksanakan dana dalam kehidupan sehari-hari. Seperti pada saat Kathina seperti ini, umat Buddha beramai-ramai berdana jubah kepada bhikkhu Sangha, apalagi ini hari ada yang berdana membuat vihara. Membuat vihara adalah salah satu berdana menyediakan fasilitas umum sebagai tempat puja bakti, meditasi, melatih pikiran supaya tenang. Kalau kita dapat melatih pikiran, kita akan tenang, damai.
“Dunia ini perlu kedamaian, perlu tenang, dari mana? Dari dalam batin kita dulu. Kalau pikiran kita tenang dulu, orang lain juga bisa mengikuti tenang. Tetapi kalau pikiran kita selalu serakah, selalu marah-marah, dan keakuannya gede, itu tidak akan membuat pikiran tenang. Jadi kita harus selalu berusaha memaknai dana sebagai pikiran yang tenang. Meditasi dan mengurangi keakuan, supaya kita tenang. Kalau pikiran kita tenang, maka keluarga, lingkungan, negara dan dunia juga akan tenang, dan semua akan mencapai kebahagiaan. Dan saya pada hari ini, juga mendapat berkah kebaikan yang Saudara-saudara lakukan pada ini hari,” pungkas Bhante.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara