• Thursday, 30 January 2020
  • Surahman Ana
  • 0

Tujuh samanera duduk rapi di kursi mengelilingi meja yang telah tersedia hidangan makan siang persembahan dari umat. Menunggu tiba saatnya makan siang, para samanera membacakan paritta pelimpahan jasa, sementara sambil merenungkan alunan paritta dari para samanera dua umat pemilik rumah melakukan ritual penuangan air di depan altar Buddha sebagai simbol pengiriman doa, pelimpahan jasa kepada salah satu anggota keluarga yang sudah meninggal.

Seorang perempuan paruh baya yang sedari pagi sudah nampak sibuk keluar masuk rumah rupanya pemilik rumah yang mengundang para samanera untuk membacakan paritta pelimpahan jasa. Waktu itu Senin (13/1) adalah hari dimana suami perempuan itu, Ibu Lestari (umat Buddha Dusun Gumok, Sampetan, Boyolali), meninggalkannya 100 hari yang lalu. Ibu Lestari bukan satu-satunya orang yang melakukan tradisi peringatan kematian/pengiriman doa, pemandangan seperti ini memang sudah menjadi tradisi umum terutama  masyarakat Jawa. Yang membedakan hanyalah ritual pengiriman doa, namun intinya untuk pelimpahan jasa (ngirim).

Di Dukuh Gumok, Sampetan, sendiri sudah menjadi tradisi setiap peringatan kematian sejak 3, 7, 40, 100, hingga 1000 hari diadakan ritual pengiriman doa. Begitu juga dengan umat Buddha di Sampetan. Peringatan kematian di rumah Bu Lestari adalah salah satu contoh dan gambaran bagaimana umat Buddha di Sampetan masih kokoh melestarikan tradisinya. Kecuali mengundang Bhante atau Samanera  yang memang pada hari itu sedang menetap di Sampetan, rangkaian acara peringatan sudah menjadi adat bagi warga Sampetan. Upacaranya berlangsung sehari semalam yang terbagi dalam beberapa ritual dan ini menjadi khas ritual ngirim doa di Sampetan.

“Ya ini kan memang kebetulan sedang ada samanera di sini mas, jadi saya undang untuk pembacaan paritta untuk ngirim doa. Jadi gak setiap ngirim doa harus selalu mengundang Bhante atau samanera, tapi ada juga beberapa warga yang melakukan Fang Shen tapi itu juga tidak semua, hanya beberapa saja. Kalau untuk acara yang lain semua warga di sini pasti melakukan itu, karena memang sudah adat,” jelas Lestari.

Dimulai siang hari, para anggota keluarga mendiang melakukan ziarah dan sembahyang/pembacaan paritta di makam mendiang. Sepulang dari makam para anggota keluarga menyiapkan santapan dan perlengkapan untuk acara kondangan. Kondangan sendiri merupakan acara mengundang seluruh warga dusun untuk hadir dan turut memberikan doa kepada mendiang. Setelah melakukan doa bersama para warga yang hadir akan melakukan kendurian/makan bersama dengan hidangan yang disediakan oleh keluarga mendiang.

Kesibukan keluarga mendiang belum selesai meskipun acara kondangan siang harinya telah usai, mereka masih harus mempersiapkan segala keperluan untuk acara puncak peringatan di malam harinya. Mulai dari menata ruangan dalam rumah, mengosongkan ruangan untuk kemudian dipasang tikar, menata altar Buddha, mempersiapkan keperluan puja bakti. Sementara ibu-ibu yang membantu di dapur hilir mudik mempersiapkan masakan yang akan menjadi hidangan malam harinya. Setelah semua perlengkapan dirasa cukup, ada waktu jeda sesaat untuk menghela nafas dan santai sejenak menunggu hingga waktu kedatangan para umat Buddha satu dukuh datang.

Acara malam hari adalah acara pujabhakti bersama yang mengundang seluruh umat Buddha. Sanak saudara dan tetangga terdekat yang dari umat lain pun turut diundang meski tak ikut pujabakti.

“Untuk malam harinya nanti kita mengundang umat untuk pujabhakti pelimpahan jasa kepada mendiang (Pujalaya) jam tujuh kita mengundangnya. Mungkin sekitar 100an umat yang hadir nanti baik laki-laki maupun perempuan dan ada saudara-saudara, tetangga yang umat lain juga kita undang untuk ikut hadir. Ini juga sudah menjadi tradisi umat sini,” imbuh Sulastri.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *