Liburan nasional Maulid Nabi pada Senin (12/12) dimanfaatkan oleh umat Buddha di Wihara Dharmakirti Palembang, Sumatera Selatan untuk berlatih meditasi hidup berkesadaran dalam kegiatan “Day of Mindfulness” (DOM). Pada umumnya hari libur selalu dimanfaatkan untuk pergi jalan-jalan, menonton, berkumpul bersama keluarga, atau ada juga mereka yang merasa lelah bekerja atau bersekolah setiap hari sehingga memanfaatkan liburan untuk sekadar istirahat.
Kegiatan meditasi ini bukan pertama kalinya diadakan di wihara yang beralamat di Jalan Kapten Marzuki No. 498 Palembang ini. Sebelumnya juga ada kegiatan serupa, namun untuk skala lebih kecil. Pendekatan meditasi seperti ini pernah juga diadakan khusus untuk muda-mudi. Kegiatan meditasi ini dimulai dari pukul 08.30 pagi dan terbuka untuk semua rentang usia. Ada sekitar 128 umat yang turut serta dalam kegiatan ini, dengan rentang usia berkisar dari 7 hingga 60 tahun.
Meditasi yang dirancang khusus agar bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari ini dimulai dengan menyanyikan beberapa lagu seperti Breathing In Breathing Out dan Happiness is Here and Now. Lagu-lagu ini merupakan cara praktik membangkitkan kesadaran yang sudah lama menjadi pintu Dharma di Pusat Meditasi Plum Village di Perancis. Selain lagu-lagu berbahasa Inggris, ada juga lagu-lagu nasional yang juga mengandung nuansa spiritual juga dinyanyikan bersama seperti Indonesia Pusaka, Kulihat Ibu Pertiwi, dan Syukur.
Setelah itu, kegiatan dilanjutkan dengan puja bakti dan meditasi. Puja bakti sedikit berbeda karena sebagian didaraskan dalam bahasa Indonesia, kecuali pembukaan Vandana. Puja bakti dimulai dengan persembahan dupa, kemudian bernamaskara kepada Buddha Sakyamuni, Bodhisattwa Manjushri, Samantabhadra, Ksitigarbha, Awalokiteshwara, Maitreya, Bodhisattwa Gaia, Mahawairocana Tatagatha, dan guru-guru leluhur spiritual. Pendarasan Sutra Hati dalam bahasa Indonesia dengan mengkombinasikan lantunan pendarasan dari tradisi Mahayana Tiongkok.
Banyak peserta yang menyampaikan kesan positif, apalagi ini merupakan pengalaman pertama. Pada umumnya mereka hanya mendaraskan puja bakti Pali, Mandarin, dan bahasa Tibet. Dengan mendaraskan puja bakti dalam bahasa Indonesia membantu mereka lebih memahami makna dari puja bakti yang dibacakan.
Meditasi duduk dipandu dengan menggunakan tetrad pertama dari sutra tentang napas berkesadaran (ānāpānasati), kemudian dilanjutkan dengan meditasi jalan satu napas satu langkah. Para peserta berbaris rapi dan berjalan mengikuti alur yang telah ditunjukkan oleh pembimbing meditasi. Melalui bimbingan Bhante Nyanabhadra, Bhante Bhadramurti dan Bhante Bhadrasuryaphalo, umat mengikuti kegiatan dengan hening, tertib, dan teratur.
Meditasi terapan yang dipelajari tidak hanya meditasi duduk dan jalan saja, juga ada kegiatan berbagi Dharma dengan topik “Mendamaikan Badan Jasmani, Perasaan, dan Hati” oleh Bhante Nyanabhadra.
Dalam berbagi Dharmanya, Bhante Nyanabhadra menyampaikan, “Penting bagi Saudara-saudari se-Dharma untuk menjaga kesehatan fisik sebagaimana dinasihatkan oleh Buddha, bahwa badan jasmani merupakan kendaraan untuk mencapai pembebasan. Kesehatan fisik dijaga dengan mengatur pola makan, berlatih welas asih lewat vegetarian. Para umat boleh mencoba latihan vegetarian pada penanggalan 1 dan 15 lunar, kemudian berolah raga rutin, serta mengurangi begadang, mulailah tidur lebih awal.”
“Janganlah engkau terus mengejar masa lalu atau berharap akan masa depan. Apa pun yang sudah lewat, telah pergi. Masa depan belum juga tiba. Curahkanlah perhatian pada masa kini. Engkau melihat dengan jelas apa yang ada di sini, tidak melekat, tidak tergoyahkan, demikianlah cara engkau mengokohkan hati,” kata Bhante.
“Berupayalah dengan gigih, kerjakanlah apa yang harus dikerjakan hari ini. Mengapa? Ketahuilah bahwa, siapa tahu kematian akan menjemput esok hari. Engkau tidak bisa tawar-menawar lagi,” ujar Bhante mengutip Bhaddekaratta Sutta, Majjhima Nikāya III:187.
Rupanya ada banyak cara untuk bermeditasi. Setelah berlatih meditasi duduk dan meditasi berjalan, para peserta diajak untuk bermeditasi makan siang. Jadi, saat makan pun kita bisa melakukannya dengan penuh kesadaran. Di bagian meditasi makan ini, para peserta diminta berbaris rapi saat akan mengambil makanan. Makanan yang diambil secukupnya.
Bhante Bhadramurti mengatakan, “Lebih baik mengambil sedikit makanan, jika kurang bisa menambah, daripada mengambil banyak makanan tetapi tidak habis dan makanan itu akan terbuang percuma.”
Semua peserta makan dengan tertib dan diwajibkan mengunyah makanan sekitar 32 kali. Suasana begitu hening dan damai. Melihat sekitar 128 orang makan dengan hening, sungguh luar biasa menakjubkan. Beberapa anak kecil yang menjadi peserta juga dapat mengikuti acara dengan tertib dan hening.
Praktik meditasi berikutnya adalah meditasi berbaring. Peserta berbaring lurus dengan tangan di samping badan. Setelah itu tangan diletakkan di atas perut. Saat peserta bermeditasi berbaring, Bhante Nyanabhadra, membacakan perenungan tentang tubuh jasmani mulai dari kaki, tangan, mata, telinga, mulut, dan dilanjutkan dengan pikiran. Inti dari perenungan itu adalah agar peserta bisa bersyukur karena memiliki anggota tubuh yang lengkap. Selain itu diharapkan agar mereka dapat menjaga jasmani dan rohani dengan baik dan untuk tujuan baik.
Di akhir kegiatan diadakan tanya jawab dan kesan-pesan dari peserta. Salah satu peserta, Chelsia (7 tahun) mengatakan, bahwa pada awalnya ia bosan, tetapi setelah meditasi relaksasi ia merasa senang. Beberapa peserta lainnya juga mengatakan bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat dan berharap agar kegiatan ini bisa diadakan secara rutin di hari-hari libur nasional lainnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara