• Sunday, 7 July 2024
  • Ngasiran
  • 0

Foto: Ngasiran

Sabtu (6/7) setelah tengah hari, umat Buddha mulai berdatangan di Indonesia Convention Exhibition (ICE) BSD City, Pagedangan. Dari anak-anak hingga orang tua, pemuda dan orang dewasa, laki-laki maupun perempuan, semua hadir untuk mengikuti Sanntipata Nusantara Waisak 2024. Mereka mengenakan batik, dan sebagian mengenakan pakaian adat dari berbagai pelosok Indonesia.

Acara yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI ini dihadiri oleh sekitar 5 ribu umat Buddha dan ratusan biksu sangha dari berbagai mazhab, organisasi, dan tradisi. Beberapa bhikkhu senior yang hadir antara lain Bhikkhu Sri Pannyavaro, Bhikkhu Nyanasuryanadi, Bhikkhu Dharmawimala, dan Bhikkhu Sri Subhapannyo.

Dirjen Bimas Buddha, Supriyadi, menyampaikan bahwa acara Sanntipata Nusantara Waisak 2024 mengusung tema “Kesadaran Keberagaman Jalan Hidup Luhur, Harmonis dan Bahagia”. “Tema ini harus terus digelorakan. Kita menyadari betul bahwa dengan keberagaman umat Buddha, terbentuk lembaga keagamaan yang berbeda-beda,” ujar Supriyadi.

Lebih lanjut, Supriyadi menjelaskan bahwa Sanntipata adalah pertemuan agung yang dilaksanakan untuk mendengarkan dharma. “Oleh karena itu, Sannipata Waisak dapat dimaknai sebagai pertemuan agung umat Buddha Indonesia pada bulan Waisak,” tutur Supriyadi.

Supriyadi menekankan bahwa Sanntipata ini adalah pertemuan agung umat Buddha Indonesia di bulan Waisak, dengan harapan menjadi sarana untuk meningkatkan pengertian, pemahaman, dan pengamalan nilai-nilai luhur ajaran Buddha. Hal ini bertujuan untuk memperteguh sikap, perilaku, dan cara pandang kehidupan beragama yang lebih moderat.

Saiful Rahmat Dasuki, mewakili Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas, mengapresiasi umat Buddha Indonesia yang telah melaksanakan Sannipata Nusantara Waisak 2024.  Menurutnya, egiatan ini sangat bermanfaat untuk menggugah kembali semangat persatuan dan kesatuan bangsa melalui kesadaran akan keberagaman.

Dalam kesmepatan itu, Saiful Rahmat Dasuki menyampaikan bahwa Kementerian Agama telah menyusun Grand Desain Pemanfaatan Candi Borobudur untuk kepentingan agama terkait dengan kunjungan Dharmayatra atau kunjungan ziarah ke Candi Borobudur. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan kembali aura Candi Borobudur sebagai pusat spiritual untuk kepentingan pendidikan, penelitian, pariwisata, dan budaya.

“Umat Buddha Indonesia melalui Kementerian Agama memprakarsai pemasangan Chatra stupa induk Candi Borobudur. Inisiatif pemasangan Chatra Borobudur telah mendapat persetujuan pada Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengembangan Lima Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) semester I Tahun 2023. Pemasangan Chatra ini diharapkan dapat menjadi energi positif dan menambah kesakralan Candi Borobudur serta meningkatkan motivasi bukan hanya bagi umat Buddha Indonesia dan dunia tetapi juga bagi semua pihak yang memiliki keyakinan kuat akan nilai spiritual Candi Borobudur, untuk berkunjung dan berziarah,” jelas Saiful Rahmat Dasuki.

Saiful Rahmat Dasuki juga menyampaikan kabar baik dengan memberikan SK perubahan Sekolah Tinggi Agama Buddha menjadi Institut Agama Buddha Nalanda di Jakarta. Peningkatan status lembaga pendidikan ini diharapkan dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh umat Buddha untuk mengkaji ajaran agama Buddha dan ilmu-ilmu lainnya secara lebih luas dan mendalam.

“Ke depan, kami juga ingin merevitalisasi Kantor Urusan Agama (KUA) sebagai tempat layanan semua agama, terutama dalam hal pencatatan perkawinan. Revitalisasi Kantor Urusan Agama merupakan amanat UU No 1 Tahun 1974 tentang perkawinan yang akan dilakukan dengan hati-hati dan cermat agar sesuai dengan tugas dan fungsinya serta tidak mengurangi peran lembaga dan majelis keagamaan dalam memberikan layanan kepada umat masing-masing,” tegas Saiful Rahmat Dasuki.

Sementara itu, Bhante Pannyavaro Mahathera yang hadir untuk menyampaikan pesan-pesan perdamaian kepada umat Buddha menjelaskan bahwa keragaman dan perbedaan yang dimiliki bangsa Indonesia adalah sebuah kenyataan dan kewajaran.

“Kita tidak mungkin memungkiri dan menghindar dari perbedaan. Untuk itu, keberagaman ini harus dijaga dengan baik. Jika tidak, maka akan menyebabkan kehancuran. Dan yang lebih penting, untuk menjaga persatuan bangsa itu butuh ketulusan hati untuk menerima perbedaan dan keberagaman,” kata Bhante Pannyavaro.

Bhante Pannavaro juga menekankan pentingnya semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang dimiliki bangsa Indonesia. Semboyan ini, menurutnya, terbukti mampu mengikat kuat persatuan bangsa hingga kini. Bahkan semboyan yang ditulis oleh Mpu Tantular dalam Kitab Sutasoma ini diapresiasi dunia seperti yang pernah disampaikan oleh Sekjen PBB Antonio Guterres.

“Untuk itu perbedaan harus dijaga karena bisa menciptakan keharmonisan dan kekuatan yang dahsyat untuk kebangsaan,” tegas Bhante Pannavaro.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *