• Tuesday, 24 May 2022
  • Surahman
  • 0

“Setelah ritual ini tentunya harapan kedepannya bersama-sama melestarikan dan menjaga menjaga kesakralan dan keagungan candi Borobudur. Mendukung program pemerintah berkaitan dengan wacana Borobudur sebagai pusat peribadatan agama Buddha Dunia, serta menjalankan kebajikan bersama sama. Momentum ini kita jadikan sebagai wadah untuk dapat introspeksi diri, mengembangkan cinta kasih dan tentunya yang paling utama adalah kita mampu memberikan sumbangsih nyata dan kontribusi nyata dalam menjaga harmonisasi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan Bernegara Indonesia.”

Sepenggal harapan yang disampaikan oleh Suhu Duta Arya saat memimpin San Bu I Bai di Zona 1 pelataran Candi Bodoburur, Senin (16/5). San Bu I Bai merupakan ritual Pradaksina dari tradisi Mahayana dimana tahun ini merupakan yang ke 11 kalinya dilaksanakan di Cadi Borobudur oleh Pusdiklat Bodhidharma Jakarta. Sejak dimulainya pada tahun 2010 hingga sekarang, panitia selalu mengadakan di Candi Borobudur bertepatan dengan hari Rya Tri Suci Waisak. Kali ini ritual dipimpin oleh Sangha Mahayana Indonesia yaitu Bhiksu Duta Ariya dan Bhiksu Vidya Sasana serta anggota Sangha dari Sangha Plum Village Perancis, yiatu Bhiksuni Trang Phuong Nam.

Di tahun ini kegiatan diikuti oleh kurang lebih 270 peserta umat Buddha Mahayana dari berbagai daerah maupun komunitas seperti dari Jakarta, Semarang, Solo, Yogyakarta, Temanggung, STABN Raden Wijaya Wonogiri dan DPP Gemabudhi. Eka Bekti, ketua panitia, bahkan mengaku harus menutup pendaftaran demi mejaga lonjakan peserta yang akan mengikuti San Bu I Bai.

“Kami tidak begitu kesusahan untuk mencari peserta karena banyak dari umat Pusdiklat Bodhidharma Jakarta yang ingin bergabung dan mengikuti ritual. Kemudian umat dari Desa Buddhis Temanggung yang setiap tahun ikut dalam kegiatan kami. Yang baru di tahun ini adalah kami mengundang DPP Gemabudhi dan BEM STABN Raden Wijaya Wonogiri. 10 Hari sebelum acara dimulai, peserta yang terdata sudah 200 orang, sehingga kami menutup undangan untuk menghindari peledakan peserta, “ katanya.

Eka Bekti menambahkan bahwa sejak awal bulan Maret panitia sudah muali persiapan dengan mengurus perizinan Kemendikbud. “Setelah kami mendapatkan ijin, kami segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, terutama Balai Konservasi dan Taman Wisata Candi Borobudur. Koordinasinya meliputi rundown acara, ketepatan waktu,  teknis acara, tempat-tempat yg dilalui, akses jalan, dan tempat parkir,” imbuhnya.

Candi Borobudur yang merupakan candi Buddha terbesar di dunia dan merupakan bukti nyata kejayaan Agama Buddha di Indonesia, menjadi alasan kuat diadakannya Ritual San Bu Yi Bai sebagai wujud penghormatan. San Bu Yi Bai berarti 3 langkah 1 kali bersujud, bertujuan untuk meneguhkan keyakinan di jalan Bodhisatva. “San Bu Yi Bai memiliki makna mendalam yaitu pertama menumbuhkan keyakinan, membina kegigihan dan melatih keberanian. Makna kedua yaitu mematahkan kesombongan dan menaklukkan kebencian dan makna ketiga yaitu mengasah keyakinan yang tulus.”

Demikian juga dengan penjelasan Suhu Duta Ariya, bahwa ritual San Bu I Bai berarti memberikan penghormatan Kepada Para Buddha dan Pada Bodhisattva, serta memberikan penghormatan kepada tempat-tempat suci yang berkaitan dengan terjadinya proses pembabaran Dharma atau tempat yang dijadikan central atau tanda adanya sejarah peninggalan Dharma atau ajaran Buddha. 

“Sejarah ritual inin tentunya berkaitan dengan masa kehidupan Buddha terdahulu. Dimana Buddha memberikan penghormatan kepada pohon Bodhi dengan mengelilingi Pohon Bodhi sebanyak 7 Kali sebagai wujud terima kasih karena pohon Bodhi yang mendukung tercapainya pencerahan Buddha Gautama. Makna penghormatan inilah yang menjadi awal mula San Bu I Bai,” jelas suhu.

Ritual ini sekaligus sebagai wujud dukungan atas ditetapkannya Borobudur sebagi rumah ibadah dunia pada bulan Maret lalu. Menurut Suhu Duta, hal ini menjadikan berkah yang luar biasa untuk Umat Buddha tidak hanya di Indonesia bahkan Dunia. Mengembalikan fungsi utama Candi Borobudur sebagai pusat peribadatan Agama Buddha, tidak hanya sebagai pusat pariwisata namun kembali kepada fungsi utama candi.

“Dimana  hal ini telah dengan jelas tertulis pada literatur dan sejarah Candi Borobudur dan juga relief pada Candi Borobudur yang menggambarkan dan bagaimana fungsi yang sebenarnya dari Candi Borobudur itu sendiri,” imbuhnya.

Mengingat keagungan Borobudur, Suhu pun mengajak segenap umat Buddha untuk menjaga keberadaan monumen Agama Buddha terbesar tersebut. “Sebagai Umat Buddha yang ada di Indonesia kita wajib bangga dan siap menjadi tuan rumah yang baik untuk menyambut saudara se-Dharma kita dari seluruh duniar yang akan melaksanakan penghormatan dan Ritual di Candi Borobudur. Mari bersama menjaga keberadaan dan kesakaralan Candi Borobudur sebagai simbol perkembangan dan kejayaan Agama Buddha di Indonesia,” ajaknya. 

Kesakralan ritual yang dimulai pada pukul 05.00 WIB bertepatan dengan perayaan Tri Suci Waisak ini pun menghadirkan kesan spiritual yang mendalam bagi para peserta yang mengikuti San Bu I Bai.  Beragam makna kebajikan terserap dalam sanubari dari setiap langkah yang mereka jejakkan di lantai Candi Agung. Sentuhan udara dingin yang tertimpa hangatnya mentari pagi serta kicauan nakal burung-burung di sekitar candi menjadi kondisi yang mendukung batin untuk lebih meresapi arti sebuah ritual.

Hal itulah yang dirasakan oleh Agan, peserta dari Jambi. “Sangat berkesan karena diajarkan cara meditasi jalan yang benar (diajarkan cara berkonsentrasi di setiap langkah kami). Juga vibe Waisak sangat dirasakan. Belum pernah saya mengikuti di tempat lain,” katanya sambil berharap bisa naik ke puncak Candi Borobudur.

Hal senada pun disampaikan salah satu peserta dari DPD Gemabudhi Jawa Tengah. “Ritual ini sangat sakral. Apalagi ini di Borobudur, karena menurut saya secara pribadi Borobudur sangat istimewa. Dimana Borobudur  merupakan pangejowantahan dari bentuk ajaran Buddha dan kitab suci yang terwujud dalam bentuk relief-relief. Saya berharap ini menjadi agenda khusus di setiap hari besar Agama Buddha,” jelas Ari Mariyono, Dewan Pembina DPD Gemabudhi Jateng sekaligus Dosen Pendamping dari STABN RADEN WIJAYA Wonogiri. [MM]

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *