Kurang lebih seribu umat Buddha mengikuti acara peresmian purna pugar sekaligus perayaan Waisak di Vihara Dhamma Sambhava, Dusun Geblok, Desa Tlogowungu, Kec. Kaloran, Temanggung, Jawa Tengah, Kamis (8/6). Acara dihadiri oleh Sembilan anggota Sangha dan perangkat desa setempat.
Sembilan anggota Sangha yang hadir di antaranya Bhante Dhammasubho, Bhante Dhammakaro, Bhante Sujanno, Bhante Khemadhiro, Bhante Jayaratano, Bhante Upasanto, Bhante Chandadhammo, Bhante Jayadhammo, dan Atthasilani Vera.
Ketua panitia, Pujo Leksono mengatakan bahwa umat yang datang berasal dari wilayah Temanggung dan Semarang.
“Kami mengundang sekitar 30 vihara yang ada di Kecamatan Kaloran, Temanggung dan dari Kecamatan Sumowono, Semarang. Jumlah undangan sekitar seribu umat,” kata Pujo.
Pujo menambahkan bahwa kepanitiaan juga melibatkan umat lintas agama. “Kepanitiaan dibantu umat semua agama yang ada di Dusun Geblok ini. Ini supaya pirukunan antar umat beragama di sini tetap terjaga,” tambah Pujo.
Prosesi dimulai pukul 13.00 WIB, start dari Vihara Dhamma Surya Dusun Jenggleng, Desa Tlogowungu yang berjarak sekitar 1 km. Umat berjalan kaki menuju Vihara Dusun Geblok dengan membawa Bendera Merah Putih dan Bendera Panji Buddhis di barisan terdepan, disambung barisan pembawa tandu rupang Buddha, amisa puja, tumpeng robyong, gunungan hasil tani, anggota Sangha dan umat Buddha. Prosesi tiba di lokasi acara pada pukul 13.40 WIB.
Setibanya di lokasi acara, rombongan prosesi dan segenap umat disambut dengan penampilan seni tari dari SMB Vihara Dhamma Surya Janggleng (Beksan Tari Semut, Seni Warok, Tari Alawika) dan Tari Gambyong dari PATRIA Temanggung.
Mengingat waktu yang terbatas, acara tidak diadakan puja bakti. Seusai sesi pesan Dhamma, umat mengikuti upacara pemotongan pita oleh anggota Sangha sebagai tanda Vihara Dhamma Sambhava telah resmi selesai dipugar dan siap digunakan.
Bhante Dhammasubho; Jangan Melupakan Kebudayaan Sendiri
Mengisi pesan Dhamma, Bhante Dhammasubho menguatkan paham-paham nasionalisme umat Buddha dengan menjelaskan lima hal yang ia nilai menjadikan Indonesia kuat. Bhante menamakan lima hal tersebut sebagai Jimat Nasionalisme.
“Bapak, Ibu, sebagai orang Indonesia harus tahu apa yang menguatkan Indonesia. Ada lima hal yang kalau dalam pewayangan sering dikenal Jamus Kalimasada. Jamus atau Jamas artinya keramas, dalam terjemahan Buddhis adalah penjaga kesucian Kelima Saddha (keyakinan). Dalam kebangsaan saya namakan Jimat Nasionalisme,” kata bhante.
Menjelaskan hal pertama, menurut bhante Indonesia bisa menjadi kuat karena mempunyai Kebangsaan Nasional yaitu Bangsa Indonesia. “Sekalipun kita berbeda-beda suku, ratusan suku di Indonesia, tetapi kita bisa bersatu dalam satu wadah Bangsa Indonesia. Ketika ke luar negeri kita akan mengatakan orang Indonesia, bukan orang Jawa, orang Medan, orang Papua dan sebagainya,” papar bhante.
Bahasa Nasional, menurut bhante menjadi hal kedua yang menjadikan Indonesia kuat. Bhante melanjutkan penjelasan bahwa di manapun tempatnya selama masih di wilayah Indonesia, berbeda bahasa daerah tetapi tetap bisa menjalin komunikasi dengan daerah-daerah lain dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Tanpa bahasa nasional, menurut bhante akan sulit rakyat Indonesia bersatu karena terkendala dalam berkomunikasi.
“Lalu yang ketiga adalah Kebudayaan Nasional, yaitu Budaya Kearifan Lokal. Budaya gotong-royong dengan sebutannya berbeda-beda setiap daerah, budaya toleransi, budaya rukun atau pirukunan atau sambatan. Banyak generasi sekarang ini sudah melupakan budaya kearifan lokal ini,” lanjut bhante.
Selain itu, bhante menambahkan bahwa budaya nasional juga termasuk sastra dan seni lokal. Bhante menegaskan agar generasi penerus tidak meninggalkan budaya lokal sekalipun diterpa dengan berbagai kemajuan teknologi. Menurut bhante, budaya kearifan lokal akan menjadi jati diri bangsa yang bisa mengangkat derajat bangsa di mata dunia.
“Sekarang budaya ini sengaja digerus agar generasi bangsa ini kehilangan kebudayaan leluhurnya, kehilangan jati diri. Maka kita harus berjuang melestarikan budaya kearifan lokal ini, misalnya di sini sebagai orang Jawa punya Budaya Jawa, mulai dari seni, bahasa, dan lainnya. Orang Jawa jangan sampai lupa ke-Jawa-annya.”
Bhante juga mendorong umat Buddha untuk menjaga dan melestarikan seni daerah setempat, utamanya dalam setiap perayaan hari besar agama. Di sisi lain, bhante juga mengajak umat untuk menghidupkan kembali tradisi puja.
“Gamelan juga dimanfaatkan, dipakai. Sekarang banyak gamelan di vihara, itu digunakan dalam upacara seperti ini, itu salah satu bagian dari kearifan lokal. Budaya puja juga dilestarikan, umat Buddha melaksanakan puja dengan berbagai hasil tani, bawa ke vihara ke acara perayaan untuk diblessing oleh para bhante. Setiap orang membawa hasil taninya sendiri, dipetik langsung dari ladangnya, untuk puja di vihara, itu bagus.”
“Jangan mau yang praktis saja, setiap acara besar bukannya puja dengan hasil tani tapi malah sibuk membuat proposal. Jadi membuat acara mengandalkan proposal, ujung-ujungnya nanti cari untung, ya tidak pas sebagai umat Buddha,” celetuk bhante disertai riuh tawa para umat.
Melanjutkan ceramah, bhante menerangkan hal kelima yang menguatkan Indonesia adalah Budaya Taat Spiritual. Dengan kata lain, bhante menyebutnya sebagai budaya tirakat atau prihatin.
“Dulu nenek moyang menyambut hari besar dengan tirakat, lek-lekan, heneng, hening, henung. Tradisi ini masih lestari di Bali namanya Nyepi. Dulu kalau menyambut Suro, tirakat, melekan, prihatin.”
“Prihatin artinya kuat menahan rasa sakit lahir dan batin. Bahasa lain, Poso (puasa), asalnya dari bahasa Buddhis, Uppavasa, Uposatha. Poso bukan hanya menunggu jam makan, tapi menahan diri dari rasa sakit lahir dan batin.”
Menutup pesan Dhammanya, bhante mengingatkan sekali lagi kepada generasi bangsa untuk tidak meninggalkan kebudayaan sendiri.
“Lima ini, Jamus Kalimasadanya Bangsa Indonesia. Ingat, boleh mengikuti kemajuan teknologi tapi jangan sampai meninggalkan kearifan lokal,” pungkas bhante. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara