Aula Utama komplek Vihara Griya Vipassana Avalokitesvara Magelang tiga hari kemarin, Jumat-Minggu (16-18/12) dipadati oleh ratusan umat Buddha. Umat Buddha yang rata-rata menjadi guru Sekolah Minggu Buddhis di vihara-vihara perdesaan ini akan belajar bersama Buddha Dharma humanistik. Mereka datang dari berbagai daerah, diantaranya; Jawa Timur, Jakarta, Kalimantan, Bali, dan Jawa Tengah.
“Pesertanya lebih banyak kaum perempuan, karena yang laki-laki sedang ikut pabbajja di Candi Borobudur,” kata Tanto Harsono, Ketua Walubi Jawa Tengah dalam sambutannya saat pembukaan acara.
Pelatihan serupa sudah digelar secara rutin oleh Fo Guang Shan Malaysia, Walubi Jateng, dan IDZI. Keseriusan penyelenggaraan acara ini terlihat dari kerjasama yang kompak antara panitia dari Malaysia dan Indonesia yang berjumlah 50 orang. Panitia beserta relawan yang hadir khusus dari Malaysia untuk membantu kegiatan ini sekitar 30 orang.
Biksuni Jue Cheng dalam sambutan pembuka menyampaikan kesan mendalam bisa hadir di Indonesia. Menurutnya, umat Buddha Indonesia beruntung karena punya warisan Candi Borobudur. Karena itu, ia lebih memilih datang ke Indonesia untuk bertemu dengan generasi muda Buddhis Indonesia meskipun saat ini di Malaysia juga ada acara.
“Semua guru sekolah minggu, terutama yang hadir saat ini merupakan pewaris dari ajaran Buddha, sehingga memiliki kewajiban untuk mewariskan kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini salah satu sarana untuk membantu bagaimana Dhamma ajaran yang disampaikan oleh Buddha terus diwariskan,” tutur Biksuni Jue Cheng.
Lebih lanjut Bhiksuni Jue Cheng yang juga ketua Fo Guang Shan Malaysia menyampaikan empat hal yang harus diwarisi, yaitu; keyakinan, kebijaksanaan, harapan/masa depan, dan kesetaraan.
“Master Hsing Yun pendiri Fo Guang Shan menjelaskan 3 hal yang harus dipraktikkan dalam hidup ini, yaitu; berpikir baik, berucap baik, dan berbuat baik,” jelas Ven. Jue Cheng
Selama tiga hari ragam aktivitas diikuti dengan antusias oleh peserta dan panitia. Beberapa materi yang dipelajari adalah Kebijaksanaan Hyang Buddha, Diskusi Kelompok, Fun Game untuk sekolah minggu, Sejarah Agama Buddha, Meditasi, Chanting, dan Cerita Jataka.
Tanti, salah satu peserta dari Temanggung berharap kegiatan dapat digelar kembali, “Mengharapkan ada kesempatan lagi di waktu lain kegiatan yang seperti ini karena sangat menarik,” kata Tanti memberi kesan pada penutupan acara.
Sementara itu, Joti Kammatha mengatakan, selama mengikuti kegiatan ini mendapat banyak ilmu baru. Cara mengajar sekolah minggu yang selama ini belum dikuasai terasah selama tiga hari pelatihan.
“Saya berharap dapat mengikuti pelatihan seperti ini di masa depan,” kata Joti. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara