• Tuesday, 25 May 2021
  • Surahman Ana
  • 0

Pada perayaan Waisak tahun ini Sangha Agung Indonesia (SAGIN) mengangkat tema “Eling dan Waspada Membangun Kepedulian Sosial”. Melalui temanya SAGIN mengajak umat Buddha memanfaatkan perayaan  Tri Suci Waisak sebagai momentum untuk mengingat dan merenungkan kembali tiga peristiwa agung sebagai teladan yang menjadi semangat umat Buddha untuk senantiasa teguh dalam Buddhadharma.

Ketua Umum SAGIN dalam sambutannya (press release bertanggal 26/05) menyampaikan pesan yang terkandung dalam tema Waisak tahun ini.

“Dengan “Eling” mari kita memahami pentingnya membangun kepedulian sosial, dengan “Waspada” mari kita tingkatkan perhatian membangun kepedulian sosial. Membangun kepedulian sosial, demi terwujudnya keharmonisan dalam berkehidupan dan bermasyarakat serta berbangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia,” jelas Bhante Khemacaro, Ketua Umum SAGIN.

Pandemi
Terkait kondisi pandemi Covid-19, SAGIN memberikan apresiasi kepada umat Buddha yang senantiasa patuh terhadap himbauan dan petunjuk pemerintah dalam menjaga kondisi. Selain daripada itu, Dewan Pimpinan Pusat Sangha Agung Indonesia juga menghaturkan ungkapan terima kasih kepada Sangha Agung Indonesia Wilayah DIY khususnya, SAGIN wilayah Jawa Tengah, segenap panitia, penyokong dan seluruh umat Buddha yang telah menyelenggarakan dan mensukseskan perayaan dan ritual Waisak baik secara virtual ataupun menghadiri langsung di Candi Sewu yang diselenggarakan oleh Keluarga Buddhayana Indonesia.

Bhante khemacaro yang menyampaikan pesan Dharma terkait denga tema yang telah diangkat  SAGIN menjelaskan bahwa “Eling dan Waspada” yang lebih dikenal dengan istilah sati sampajañña merupakan proses belajar, berlatih dan praktik dengan perhatian dan pemahaman sejati yang mengedepankan kebijaksanaan. Dengan “Eling dan Waspada”, sudah selayaknya umat Buddha di Indonesia menyadari dengan perhatian dan pemahaman sejati bahwa umat Buddha di Indonesia adalah bagian dari makhluk sosial yang tidak hidup sendiri.

Umat Buddha di Indonesia hidup dalam keberagaman, hidup berdampingan dengan beragam suku, agama, bahasa, adat, budaya, ras dan antar golongan lainnya, menjadikan bangsa Indonesia sebagai bangsa yang kaya akan keragaman dengan bersemboyankan “Bhinneka Tunggal Ika”.

Praktik Kepedulian
“Sebagai siswa Buddha yang hidup dalam ke-Bhinneka-an hendaklah mengembangkan perasaan cinta kasih yang tak terbatas kepada semua makhluk (Sn.149). Sebagai praktik kepedulian sosial, hendaklah cinta kasih dikembangkan kepada seluruh lapisan masyarakat di Indonesia tanpa memandang suku, agama, ras dan antar golongan.

Guru Agung junjungan para dewa dan manusia mengajarkan kepada para siswa-Nya untuk berdana kepada siapa saja, bukan hanya berdana kepada mereka yang merupakan penganut agama Buddha (A.I.161). Kepedulian sosial juga ditunjukkan oleh Buddha dengan mengibaratkan seekor lebah yang mengumpulkan madu dari bunga-bunga tanpa merusak warna dan baunya, demikianlah hendaknya siswa Buddha mengembara dari desa ke desa (Dh.49).

Hidup di masyarakat yang majemuk, hendaklah para siswa Buddha dapat bermanfaat bagi masyarakat dengan menghindari perselisihan dan perilaku yang dapat menimbulkan pertikaian serta mengganggu keharmonisan dalam hidup berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Mereka yang selalu memperhatikan dan mencari-cari kesalahan orang lain, maka kekotoran batin dalam dirinya akan bertambah, dan ia akan semakin jauh dari penghancuran kotoran-kotoran batin (Dh.253),” jelas Bhante.

“Siswa Buddha sebagai makhluk sosial hendaknya dapat hidup berdampingan dengan penuh cinta kasih dan saling peduli, baik di masa pandemi seperti saat sekarang ini dan di masa mendatang. Melakukan yang terbaik dalam kehidupan dan berlatih Dharma, siaga dan penuh konsentrasi, pada waktunya akan pergi melampaui kekuatan kematian (S.I.52). Oleh karena itu hendaklah para siswa Buddha memiliki kepedulian sosial dengan sesama umat Buddha, dengan umat beragama lain dan dengan pemerintah.

Dengan “Eling” mari kita memahami pentingnya membangun kepedulian sosial, dengan “Waspada” mari kita tingkatkan perhatian membangun kepedulian sosial. Membangun kepedulian sosial demi terwujudnya keharmonisan Bangsa dan Negara Republik Indonesia,” imbuhnya.

Menutup pesan Dhammanya Bhante memanjatkan doa berkah Tri Suci Waisak kepada semua maklhuk serta doa kmajuan agama Buddha di Indonesia.

“Semoga berkah Waisak Puja 2565 TB tahun 2021 senantisa melimpahkan berkah usia panjang, paras rupawan, kebahagiaan, kekuatan, kesehatan, kesejahteraan, kemasyuran dan kedamaian bagi kita dan semua makhluk untuk saat ini dan untuk selama-lamanya. Semoga berkat kekuatan perlindungan pada Buddha, Dharma, dan Sangha mampu menjadi penopang yang terbaik bagi perkembangan dan kemajuan agama Buddha di Indonesia,” pungkas Bhante.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *