• Friday, 30 August 2024
  • Surahman Ana
  • 0

Foto     : Ngasiran

Salah satu rangkaian kegiatan bermakna pada Yobana Dhamma Samaya yang dihelat beberapa minggu lalu adalah kunjungan ke Sangha Pamokkha Sangha Theravada Indonesia (STI), Bhante Sri Pannavaro Mahathera di Vihara Mendut, Magelang, pada Rabu (14/8/2024).

Dalam kunjungan ini juga didampingi oleh Dirjen Bimas Buddha Kementrian RI, Supriyadi, yang menyatakan bahwa langkah ini sebagai upaya mempersiapkan generasi muda Buddhis untuk turut serta dalam porses kemajuan bangsa. Ia berharap melalui kegiatan ini, dapat menjadi sarana membangun jaringan internasional dan menambah wawasan generasi muda Buddhis.

“Proses mempersiapkan diri tidak hanya dalam kapasitas lokal, nasional, tetapi juga berkewajiban untuk membangun jejaring secara regional dan internasional. Kita berharap dengan kegiatan Yobana Dhamma Samaya, akan membangkitkan dan membuka wawasan bagi para wadah-wadah pemuda Buddhis Indonesia agar dapat berinteraksi, berkolabrasi dengan jejaringnya di tingkat regional maupun di internasional,” papar Supriyadi.

Kunjungan ke Bhante Pannavaro adalah bagian penting sesuai dengan tema kegiatan yaitu “Spiritual Enterpreneurship”.  Ke depan, Supriyadi berharap kegiatan serupa dapat digelar kembali dengan jangkauan yang lebih luas.

“Hari ini, setelah teman-teman selesai mengikuti kegiatan yang sifatnya entrepreneur, maka kali ini kita akan memasuki dalam tahapan spiritual yang akan disampaikan oleh Bhante Sri Pannavaro Mahathera,” terangya.

Bhante Pannavaro: Sebagai Pemuda Buddhis, Utamakan Perilaku Baik

Kedatangan ratusan pemuda mendapat sambutan hangat dan apresiasi dari Bhante Pannavaro. “Umat Buddha umumnya tidak banyak di banyak negara, kecuali Thailan, Kamboja, Laos, Myanmar, Srilanka, Bhutan dan sebagainya. Pemuda Buddha khususnya itu hanya sedikit, alangkah berharganya kalau umat Buddha yang hanya sedikit itu bisa menginfluence masyarakat,” terang bhante mengawali pesannya.

Bhante menekankan bahwa menginspirasi masyarakat bukan dengan wacana atau harus menjadi pengkotbah Dhamma. Hal paling penting dalam bermasyarakat adalah berperilaku baik yang akan membuat hubungan sosial yang sehat dan saling menghargai.

“Kalau anda-anda mempunyai sikap yang baik, utamanya adalah jujur, disiplin, tanggung jawab, dan rendah hati. Dan kalau anda mempertahankan sikap itu, tidak luntur, itu  akan manjadi integritas anda. Dan siapa pun yang akan berhubungan dengan anda, agama apa pun, kelompok apa pun, mereka akan kenal, akan menghargai anda,” lanjut bhante.

Sebagai penganut ajaran Buddha, bhante melanjutkan, seseorang tidak perlu memperkenalkan bahwa dirinya Buddhis. Dengan perilaku yang baik, orang lain akan menilai dan mengenal ajaran yang dianutnya. Namun demikian, bhante juga menekankan bahwa berperilaku baik bukan bertujuan agar mempesona orang lain.

“Kalau umat Buddha ini mungkin hanya satu persen, dua juta tujuh ratus ribu, kalau setiap umat Buddha mempunyai perilaku yang baik, dan perilakunya itu mengesankan bagi yang lain, menimbulkan rasa hormat dan banyak orang ingin meniru anda dalam perilaku baik, aduh alangkah baiknya.”

Selain itu, bhante mendorong agar para pemuda mempunyai ketahanan mental, keuletan dan tidak mudah menyerah, serta mengembangkan kebijaksanaan dengan cara melatih meditasi. Mengingat usia muda adalah identik dengan emosi yang mudah meledak, dengan melatih meditasi akan mempunyai kemampuan untuk mengendalikan diri.

“Kalau anda sekalian bisa mengendalikan emosi, anda akan bisa mempunyai ketahanan mental dan maju menjadi semakin dewasa, semakin bijaksana. Emosi tidak pernah memberikan keuntungan, emosi selalu menghancurkan, menghancurkan diri sendiri dan juga orang lain, keluarga anda, teman anda, sekeliling anda dan banyak hal.”

Di sisi lain, bhante cukup menyayangkan antusias pemuda Buddhis justru masih kurang dalam latihan meditasi. Bhante menyampaikan, bahkan dalam pelatihan meditasi di Vihara Mendut yang rutin dilakukan tiga kali dalam setahun, peserta latihan terbanyak justru dari umat non Buddhis.

“Setiap ada latihan meditasi di Vihara Mendut, paling banyak peserta yang pertama dari Muslim, kemudian Katholik, dan Buddhis. Terkadang juga yang paling banyak dari Katholik, Muslim kemudian baru Buddhis. Yang Buddha selalu nomor tiga,” ungkap bhante.

Melalui Yobana Dhamma Samaya ini, bhante berharap menjadi wahana untuk saling belajar bagi pemuda Buddhis lintas negara. Menutup pesanya, bhante mengajak semua pemuda yang ikut dalam kegiatan ini untuk lebih giat dalam praktek Dhamma.

“Prakteklah Dhamma dengan sebaik-baiknya, maka manfaat praktek Dhamma itu untuk anda sendiri dan juga untuk keluarga, untuk masyarakat. Kalau anda praktek Dhamma dengan sungguh-sungguh, mencintai pekerjaan anda yang baik, maka anda akan berkembang dan maju,” tutup bhante.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *