Foto : Dok. Vihara
Perkembangan Agama Buddha di Indonesia menghampiri setiap sudut, menampilkan megahnya bangunan vihara hingga ke pelosok desa, terutama di Pulau Jawa. Namun, di balik sorotan megah tersebut, cerita unik di luar Jawa telah merajut kisah menarik tersendiri. Di tengah gemerlap pembangunan vihara di berbagai daerah, terdapat sebuah titik yang mungkin belum banyak disorot: Desa Terentang, Kalimantan Barat (Kalbar).
Di sana, tepatnya di Vihara Dhammasakkacca, Dusun Karya Jaya, Desa Terentang, Kecamatan Terentang, Kabupaten Kubu Raya, semangat umat Buddha terus berkobar meski dihadapkan pada keterbatasan fasilitas, termasuk bangunan vihara dan akses jalannya.
Wiharti, bendahara Vihara Dhammasakkacca, menjelaskan bahwa Terentang merupakan salah satu dari sepuluh desa di Kecamatan Terentang. Desa Terentang sendiri masuk dalam daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar), dan baru bisa menikmati infrastruktur listrik pada 2021.
“Nama Terentang berasal dari sebuah pohon yang subur di pinggiran sungai, menggambarkan keindahan dan keasrian desa ini. Sejak dulu, mayoritas penduduk Terentang Hulu hidup dengan sederhana, rukun dan damai. Dari dulu kami menggunakan lampu pelita, baru pada November 2021 kami dapat melihat adanya tiang PLN dan terangnya rumah warga, serta stabilitas sinyal yang membaik,” terang Wiharti kepada BuddhaZine pada Jumat (8/3/2024).
Menurut Wiharti, keberadaan umat Buddha di wilayah ini sudah berlangsung lama. Akan tetapi baru pada tahun 2014 atas perhatian dari Kemenag Kalbar waktu itu Pak Rakiman dan salah satu tokoh yaitu Pak Saryono serta dukungan dari masyarakat, mereka mulai merintis pembangunan vihara. Hingga impian untuk mempunyai vihara sendiri terwujud pada tahun 2015.
“Sebelum adanya Vihara Dhammasakkacca ini, anak-anak saya ajak belajar agama Buddha di rumah saya walaupun hanya berdoa, meditasi dan bernyanyi tetapi kami tetap bangga dan semangat,” sambung Wiharti.
Vihara Dhammasakkacca, bangunan seluas 5,5M x 12 meter, menjadi pusat kegiatan umat Buddha di wilayah Desa Terentang Hulu. Di desa ini, keberadaan umat Buddha tersebar di tiga dusun yaitu Dusun Karya Jaya, Dusun Dungun, dan Dusun Karya Makmur dengan jumlah mencapai 115 KK. Jumlah umat terbesar berada di Dusun Karya Jaya yaitu 328 jiwa. Meskipun umat menganut berbagai tradisi seperti Pai-pai, Maitreya, dan Theravada, namun tetap bersatu dalam keyakinan kepada Triratna.
Berdirinya vihara baru, memberikan perubahan besar pada pola aktifitas umat di Terentang. Berbagai kegiatan mulai digelar oleh umat, hingga lebih sering mendapat kunjungan para bhikkhu untuk pembinaan.
“Umat Buddha Tetentang Hulu dulunya belum pernah lihat bhante, athasilani, romo dan juga merayakan Waisak bersama, begitu setelah adanya Vihara Dhammasakkacca mulailah kami mempelajari cara membaca paritta, berdana, merayakan Imlek bersama, pembacaan paritta dari rumah ke rumah, dan mulai membantu juga adminstrasi kependudukan umat,” lanjut Wiharti.
Dari keterangan Wiharti, kendala utama yang dihadapi oleh umat Buddha di Terentang Hulu adalah akses transportasi, terutama karena sebagian besar infrastruktur masih mengandalkan transportasi air. Meskipun pembangunan jalan telah mempermudah transportasi darat, masih banyak umat yang tidak memiliki kendaraan sendiri. Inisiatif Wiharti untuk menjemput dan mengantar umat ke vihara setiap Minggu menjadi solusi yang sangat diapresiasi. Selain itu, untuk menjaga semangat umat, Wiharti bahkan menyediakan menu makan siang di setiap hari Minggu.
Meskipun menghadapi keterbatasan, nampaknya semangat umat dan upaya Wiharti dalam memfasilitasi kegiatan umat tidaklah sia-sia. Ia melihat adanya perkembangan signifikan yang dialami umat Buddha di Terentang Hulu saat ini.
“Perkembangan umat saat ini sangat kami rasakan, yang dulunya tidak tahu membaca paritta kini mulai mengerti, yang dulunya kurang bisa mengerti Dhammapada kini sedikit mulai bisa,” Wiharti menambahkan.
Di samping itu, keaktifan umat juga semakin meningkat dengan adanya kegiatan rutin setiap Jumat sore yaitu pembacaan paritta di rumah umat secara bergilir. Sementara hari Minggu mereka mengadakan pembacaan paritta dan kegiatan untuk anak-anak Sekolah Minggu Buddha (SMB) di vihara.
Perkembangan agama Buddha di Desa Terentang, Kalimantan Barat, merupakan cermin dari kesungguhan dan semangat dalam menjaga keyakinan, meskipun dihadapkan pada berbagai keterbatasan. Semangat untuk meningkatkan pemahaman agama menjadi pendorong utama bagi kemajuan umat Buddha di wilayah tersebut.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara