Foto: Ardy Ardyo
Perayaan Kathina 2024 di Padepokan Dhammadipa Arana, Mojorejo, Batu, Minggu, (20/10) menjadi momentum penting bagi umat Buddha untuk memperkuat kebajikan dan berbagi berkah. Acara ini dihadiri oleh sejumlah Bhikkhu senior, seperti Bhante Kanthidiro Mahathera, Bhante Dhammavijayo Mahathera, Bhante Jayamedho Thera, Bhante Santacitto Thera, Bhante Medhaviro Thera, Bhante Parattho, Bhante Karunasilo, serta para samanera dan atthasilani yang tengah menempuh pendidikan di padepokan tersebut. Kehadiran ribuan umat Buddha dari berbagai kota, termasuk Surabaya dan Jakarta, menambah semarak suasana perayaan ini.
Kathina, yang dirayakan setelah masa vassa (retret musim hujan), memiliki arti mendalam dalam kehidupan umat Buddha. Selain merupakan momen untuk mempersembahkan jubah kepada para Bhikkhu, Kathina juga mencerminkan nilai solidaritas dan dukungan bagi Sangha, yang merupakan komunitas monastik dalam agama Buddha. Umat Buddha percaya bahwa dengan mempersembahkan kebutuhan dasar kepada Sangha, mereka turut mendukung pelestarian Dhamma dan praktik spiritual para Bhikkhu.
Lebih dari sekadar ritual, Kathina mengajarkan tentang pentingnya kebajikan, kemurahan hati, dan rasa syukur. Melalui kebajikan inilah umat Buddha dapat mencapai kebahagiaan yang sejati dan keberuntungan dalam kehidupan. Makna Kathina yang mendalam adalah pengingat bahwa hidup yang bermakna bukanlah tentang mengumpulkan materi, melainkan tentang memberikan yang terbaik kepada orang lain dan menciptakan dunia yang lebih damai melalui tindakan baik.
Kegiatan dimulai dengan acara Pindapatta, sebuah prosesi di mana umat memberikan persembahan berupa makanan kepada para Bhikkhu. Ini diikuti dengan acara Fang Shen, yaitu pelepasan burung perkutut sebagai simbol pelepasan kehidupan dan pembebasan dari penderitaan. Puja bakti yang dilaksanakan pada pukul 13.00 WIB menjadi acara puncak, di mana umat Buddha berkumpul untuk mendengarkan Dhammadesana yang dibawakan oleh Bhante Santacitto Thera.
Dalam ceramahnya, Bhante Santacitto Thera, yang telah menyelesaikan 10 masa vassa, menekankan pentingnya perbuatan kebajikan sebagai kunci untuk menjalani kehidupan yang berbahagia. Ia mengutip sebuah pepatah Jawa yang penuh makna, “Orang bodoh kalah oleh orang pintar, orang pintar kalah oleh orang licik, orang licik kalah oleh orang ‘bedjo’ (beruntung).” Bhante menjelaskan bahwa cara terbaik untuk menjadi orang yang beruntung adalah dengan memperbanyak kebajikan. Dengan demikian, keberuntungan yang sejati datang dari hati yang penuh kebaikan dan tindakan yang bermanfaat bagi sesama.
Acara ditutup dengan penyerahan dana jubah dan perlengkapannya kepada Bhikkhu Sangha, sebuah tradisi yang menjadi inti dari perayaan Kathina. Dalam ajaran Buddha, Kathina merupakan waktu khusus untuk mempersembahkan jubah kepada Sangha setelah berakhirnya masa vassa. Perayaan ini mengingatkan umat pada pentingnya dukungan terhadap para Bhikkhu yang menjalani hidup sederhana demi kesejahteraan semua makhluk.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara