Foto : Surahman Ana
Vihara Tanah Putih Semarang, Jawa Tengah selenggarakan Pabbajja Samanera Sementara yang diikuti oleh 21 orang dari berbagai daerah. Penahbisan dilaksanakan pada Jumat (14/7/2023) pukul 08.00 WIB, dan dihadiri oleh lima bhikkhu Sangha.
Bhikkhu Jothidhammo bertindak sebagai Upajjhaya, sementara empat bhikkhu lainnya sebagai Acariya adalah Bhante Subhapanno, Bhante Dhammasubho, Bante Guttadhammo, Bhante Cattamano dan Bhante Dhammamitto.
Ketua Panitia Bhante Jayaseno, menyampaikan bahwa jumlah peserta didominasi dari Lombok, Nusa Tenggara Barat.
“Jumlah peserta yang ditahbiskan menjadi samanera tahun ini sebanyak 21 orang; dari Lombok 11 orang, Jawa Tengah 7 orang, Yogyakarta 1 orang, Tangerang 1 orang, Jakarta 1 orang, dan Bangka 1 orang. Peserta tertua adalah Samanera Jeffrey Raymond Brando Senkey dari Tangerang Selatan dengan usia 56 tahun, dan peserta termuda adalah Samanera Jovanka Deva Abhimanggala dari Kota Semarang dengan usia 10 tahun,” jelas bhante.
Upacara diawali dengan puja dan pradaksina mengelilingi pohon Bodhi yang terletak di bagian bawah area vihara. Setelahnya, para peserta berjalan menaiki tangga sepanjang kurang lebih 20 meter menuju Dhammasala. Para peserta kemudian mendaraskan permohonan penahbisan di hadapan Upajjhaya dan Acariya.
Bhante Jothidhammo, selaku Upajjhaya memberikan pesan Dhamma dengan menjelaskan dasar keyakinan yang harus dimiliki para peserta untuk menjadi samanera.
“Untuk menjadi pabbajita itu memerlukan perlindungan atau keyakinan terhadap Buddha, Dhamma dan Sangha. Keyakinan itu sebagai pondasi yang sangat diperlukan supaya anda memiliki keteguhan hati untuk meninggalkan hidup perumah tangga,” bhante mengawali.
Berkeyakinan terhadap Buddha, bhante menjelaskan, dengan perenungan bahwa Buddha adalah seorang Arahat, orang yang telah mengatasi penderitaan, mengatasi sebab-sebab penderitaan. Buddha adalah Sammasambuddha, artinya telah mencapai penerangan sempurna atas usaha-Nya sendiri. Sehingga keyakinan kepada Guru Agung Buddha sering dinyatakan dengan pujian Namo Tassa Bhagavato Arahato Samma Sambuddhassa, terpujilah Beliau orang yang telah mencapai kesucian Arahat dan mencapai penerangan sempurna atas usaha-Nya sendiri.
“Keyakian kepada Dhamma adalah keyakinan terhadap ajaran Guru Agung Buddha. Ajaran-Nya terdiri dari Pariyatti Dhamma, pelajaran-pelajaran, pengetahuan-pengetahuan yang perlu dipelajari, diketahui, dan dipahami. Kedua adalah Patipatti Dhamma adalah Dhamma yang perlu dipraktekkan, dilakukan, dan dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari. Ketiga adalah Pativedha Dhamma, pengalaman praktek Dhamma. Berkeyakinan kedapa Dhamma berarti kesukaan untuk belajar, praktek, dan mendapatkan pengalaman dari praktek Dhamma,” lanjut bhante.
“Keyakinan kepada Sangha. Sangha adalah siswa Sang Buddha yang sudah mempelajari Dhamma, mempraktekkan Dhamma dan sudah mendapatkan pengalaman dari praktek Dhamma. Mereka adalah orang-orang suci; Sotapati, Sakadagami, Anagami, dan Arahat. Keyakinan kepada Sangha adalah penghormatan, pengagungan kepada orang-orang suci tersebut.”
Bhante menegaskan bahwa tiga macam keyakinan tersebut perlu dimiliki sebagai dasar untuk melakukan Pabbajja, meninggalkan hidup berumah tangga. Yang dimaksud dengan meninggalkan hidup berumah tangga adalah meninggalkan ikatan-ikatan keduniawian yang perlu dilatih dengan cara melaksanakan Sila, peraturan-peraturan yang diberikan oleh Sang Buddha. Para samanera mendapatkan tuntunan sepuluh sila (Dasa sila). Selain Sila, dalam pelatihan juga dianjurkan untuk melaksanakan Samadhi dan Panna. Hal ini karena Sila, Samadhi, dan Panna tidak bisa berdiri sendiri-sendiri.
“Dengan melaksanakan Sila, Samadhi, dan Panna yang nanti akan dibimbing oleh para bhante, anda akan menjadi seorang samanera yang baik dan bermanfaat. Mendapatkan hasil dari pelaksanaan Sila, Samadhi, dan Panna yaitu perkembangan kualitas dari pikiran, ucapan, dan perbuatan anda,” pungkas bhante.
Usai pesan Dhamma, para peserta dibimbing meditasi perenungan terhadap badan jasmani. Kemudian diberikan kain kuning dan dipersilahkan berganti jubah. Setelah berganti jubah kuning, para samanera kembali ke Dhammasala untuk melakukan permohonan Sila kepada Bhikkhu Upajjhaya dan para Acariya. Upacara diakhiri dengan persembahan amisa puja dan pelimpahan jasa.
Bhante Subhapanno, Sanghanayaka Sangha Theravada Indonesia (STI) menyambut bahagia pelaksanaan penahbisan Pabbajja Samanera ini. Bhante juga menyampaikan bahwa di akhir latihan para samanera akan mengikuti perayaan Asadha Puja di Candi Borobudur pada 23 Juli mendatang.
“Saya menyambut bahagia pelaksanaan Pabbajja ini, karena para samanera akan berlatih selama dua minggu, mendapatkan banyak latihan dan pelajaran. Di ahkir latihan nanti, para samanera akan mengikuti Indonesia Tipitaka Chanting Asalha Puja di Candi Borobudur. Hendaknya selama latihan, para samanera dengan sungguh-sungguh dan disiplin untuk belajar, dan juga belajar selalu rapi menggunakan jubah,” ujar bhante.
Bhante berharap dalam pelatihan ini ada yang melanjutkan menjadi bhikkhu. Bhante juga memberikan apresiasi kepada segenap pihak yang mendukung pelaksanaan Pabbajja Samanera ini.
“Harapan kami nanti ada yang meneruskan latihan menjadi samanera dan melanjutkan menjadi bhikkhu. Saya menyampaikan apresiasi kepada Upajjhaya, kepada para Acariya dan terkhusus kepada Bhante Cattamano selaku kepala vihara dan kepada Ketua Panitia Bhante Jayaseno atas kerja kerasnya sehingga penahbisan pagi ini berjalan dengan lancar. Tidak lupa kepada segenap wali, orang tua, dan para sponsor yang telah mendukung pelatihan ini. Semoga ini bisa mendatangkan manfaat langsung kepada kita semua,” tutup bhante.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara