Sangha Theravada Indonesia (STI) menggelar pabbaja samanera dan atthasilani di Vihara Mendut, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Program rutin STI berlangsung selama dua minggu, dari tanggal 30 Juni hingga 15 Juli 2019.
Sebanyak 38 orang laki-laki (samanera) dan 29 orang perempuan (atthasilani) mengikuti latihan hidup samana. 67 orang tersebut adalah orang-orang pilihan yang telah lolos mengikuti beberapa tahap seleksi, seperti tes kesehatan dan beberapa syarat lainnya. Mereka ditahbiskan langsung oleh Bhante Sri Pannyavaro, Bhante Jothidhammo, Bhante Tithayanno, Bhante Cattamano, Bhante Guttadhammo, Bhante Piyadiro, dan beberapa bhikkhu menjadi upacarya.
“Total peserta yang mendaftar ada 82 orang, peserta yang diterima 76 orang, ada beberapa yang ditolak karena alasan umur belum 16 tahun, karena sudah berkali-kali pernah mengikuti pabbajja, dan kuota penuh. Pabbajja di Vihara Mendut mengutamakan peserta yang belum pernah mengikuti pabbajja, agar masyarakat dapat melatih bagaimana hidup sebagai seorang pabbajita melepaskan kemelekatan sedikit-sedikit,” terang Bhante Jayasilo, ketua panitia program kepada BuddhaZine.
Upacara penahbisan samanera dan athasilani terbagi menjadi dua tahap. Minggu (30/6) pukul lima dini hari dilakukan penahbisan atthasilani, sedangkan para samanera ditahbiskan setelah makan pagi.
Penahbisan Samanera
Pukul 08.00 WIB, 36 laki-laki dicukur bersih mengenakan jubah berwarna putih berbaris rapi di belakang ruang serbaguna Vihara Mendut. Dengan membawa amisa puja; rangkaian bunga, lilin dan dupa mereka berjalan rapi menuju stupa parinibbana, setelah menyalakan dupa dan melakukan penghormatan di hadapan rupang Buddha, para calon samanera ini melakukan pradaksina mengelilingi stupa sebanyak tiga kali.
Selesai melakukan pradaksina, mereka berjalan menuju ruang dharmasala Vihara Mendut. Di dalam ruang dhammasala, setelah ber-namaskara mereka mendapat persembahan jubah samanera dari para penyokong Dharma dan keluarga yang mendampingi. Usai menerima persembahan jubah, mereka berjalan menuju ruang serbaguna untuk memohon ditahbiskan menjadi samanera oleh bhikkhu Sangha.
Sebelum memulai penahbisan, Bhante Pannyavaro berpesan kepada para calon samanera. “Kehidupan sebagai samanera tidak banyak memberikan manfaat kalau tidak muncul dari keyakinan yang benar. Keyakinan itulah yang mendorong Anda sekalian dan kita semua untuk berlatih. Keyakinan kita adalah keyakinan kepada Triratna; Buddha ratana, Dhamma ratana dan Sangha ratana. Keyakinan kepada Permata Buddha, Permata Dhamma, dan Permata Sangha.
Baca juga: Pengalamanku Ikut Program Latih Diri Pabajja Samanera Sementara
“Menjadi samanera adalah saatnya untuk berlatih meminimalisir keinginan. Ada keinginan tapi kecil sekali, keinginan hanya sekadar untuk bertahan hidup, sekadar pakaian, sekadar makanan, obat-obatan ketika sakit, selain itu tidak! Menjadi samanera adalah belajar untuk berhenti, karena kita tidak pernah belajar untuk berhenti, hanya mau, mau, dan mau, ingin, ingin, dan ingin, menjadi, menjadi, dan menjadi.”
Sebagai bekal latihan, Bhante Pannyavaro memberikan lima objek meditasi sebagai bahan perenungan bagi samanera bila ada pikiran yang mengganggu. “Anda akan diberikan cara untuk mengatasi kotoran batin yang kasar, dengan diberikan objek meditasi yang disebut sebagai lima bagian dari tubuh: rambut, bulu yang berada di sekujur tubuh, kuku, gigi, dan kulit. Kalau tidak dibersihkan, kotor ini menjijikkan. Apa yang indah dari mulut, apa yang indah dari kulit, apa yang indah dari rambut, karena semua orang yang tampak adalah rambut, kuku, bulu, gigi, dan kulit.
“Apabila ini direnungkan berulang kali, maka kamaraga (nafsu indrawi) akan berkurang. Kita akan memahami bahwa tidak ada cantik yang sebenarnya, tidak ada gagah yang sebenarnya, tidak ada indah yang sebenarnya. Yang ada hanyalah perpaduan, dan kalau itu tidak dirawat, yang dikatakan indah itu pun akan lenyap.
Usai menerima wejangan dari upajaya, para bhikkhu memakaikan jubah asana kepada para samanera. Selanjutnya mereka mengganti jubah putih dengan jubah samanera dan menerima sila dari upajaya dan upcarya. Seluruh proses penahbisan samanera berjalan dengan rapi, hening, dan sakral. Selanjutnya mereka akan praktik dan belajar Dhamma dengan disiplin tinggi diasuh para bhikkhu senior.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara