Jumat (20/7) sejak pagi hari, Taman Lumbini, Kompleks Candi Borobudur, Magelang, Jawa Tengah telah ramai dipadati oleh ribuan manusia. Bukan wisatawan yang sedang berlibur ke Candi Borobudur, mereka adalah umat Buddha dari seluruh Indonesia dan beberapa negara tetangga.
Hari itu adalah pembukaan Indonesia Tipitaka Chanting ke-4 tahun 2018, sekaligus awal dimulainya pembacaan sutta, gatha, dan paritta yang akan berlangsung selama tiga hari. Tak hanya ribuan umat Buddha, pejabat negara dan puluhan bhikkhu sangha, pada pembukaan acara pengulangan ajaran Buddha ini juga dihadiri oleh tokoh lintas agama.
Bhikkhu Guttadhammo, ketua panitia acara ini menyampaikan bahwa penyelenggaraan Indonesia Tipitaka Chanting tahun ini lebih meriah daripada tahun-tahun sebelumnya. “Tahun ini, para peserta lebih banyak daripada tahun lalu. Bahkan banyak yang mendaftar karena sudah full tidak bisa diterima pada tahun ini, maka kami prioritaskan untuk jadi peserta tahun depan. Karena itu, para peserta mari kita manfaatkan dengan baik kesempatan ini,” tutur beliau.
Dengan menjalankan athasila (menjalankan delapan latihan moral), umat Buddha dan para bhikkhu akan membaca ulang Kitab Suci Tipitaka selama tiga hari penuh.
Tak hanya membaca ulang, sutta-sutta yang telah dibaca dari pagi hingga sore hari akan dibahas pada acara dhammasakacca yang akan dipandu oleh Bhikkhu Dhammadiro, seorang bhikkhu ahli Bahasa Pali. “Tidak semata hanya dibacakan sutta tetapi pada malam hari juga kita akan diskusi yang dibaca dari pagi hingga malam,” pungkas bhante asal Temanggung ini.
Sementara itu, Supriadi, Direktur Urusan Agama Buddha, Kementerian Agama RI, dalam sambutannya melemparkan apresiasi atas terselenggaranya Indonesia Tipitaka Chanting ini. “ITC yang telah membudaya bagi masyarakat Buddha semakin berkembang dan semakin berkualitas. ITC harus mampu membumikan Dharma yang mulia agar lebih bisa dipahami oleh masyarakat kita, sehingga kita akan mendengarkan Dharma secara terus-menerus, khususnya yang digaungkan di pelataran Candi Agung Borobudur,” ucapnya. Lebih lanjut Supriadi mengajak masyarakat Buddha untuk menggali kembali ajaran Buddha yang pernah berjaya pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit.
“Kebesaran agama Buddha pada masa Majapahit dan Sriwijaya merupakan tantangan tersendiri bagi umat Buddha Indonesia sebagai sumber pemikiran agama Buddha di dunia. Ini menjadi sumber pembelajaran agama Buddha di seluruh tanah air, dan negara-negara lain juga harus melihat dan belajar agama Buddha di Indonesia. Sebagaimana tadi dilaporkan tentang apresiasi Indonesia pada partisipasi pembacaan Tipitaka Internasional Chanting beberapa waktu yang lalu.”
Pembukaan acara ditandai dengan pemukulan gong oleh Supriadi dan pembacaan Ovadapatimokkhadipatha oleh para bhikkhu senior. Pembacaan Tipitaka akan berlangsung hingga Minggu, (22/7) siang dan dilanjut dengan prosesi puja dari Candi Mendut menuju Borobudur. Selanjutnya para umat dan Bhikkhu Sangha akan melakukan pujabhakti agung perayaan Asadha Puja di Pelataran Candi Borobudur.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara