Komunitas Buddhis selama ini memang dikenal masyarakat luas sering memberikan bantuan sosial, tak terkecuali pada saat banjir Jakarta kali ini. Tak lama setelah banjir merendam Jakarta sejak Kamis, 17 Januari 2013, berbagai vihara dan organisasi Buddhis langsung berinisiatif memberikan bantuan kepada korban banjir.
Bentuk bantuan bermacam-macam, dari nasi bungkus, air minum, sembako, pakaian, evakuasi, hingga pengobatan gratis. Tercatat ada Vihara Dhammacakka Jaya, Vihara Dharmasagara, Mudita Center, Wihara Satrya Dharma, Prasadha Jinarakkhita, Anggrek Dhamma Saraniya, Ehipassiko Foundation, Hikmahbudhi, hingga Tzu Chi. Belum lagi yang memberikan bantuan secara perorangan.
Vihara Dharmasagara misalnya. Vihara yang terletak di Taman Sari, Jakarta Barat ini mengirim sejumlah anak mudanya pada hari Sabtu dan Minggu, 19-20 Januari menembus banjir untuk memberikan bantuan secara langsung kepada para korban banjir. Mereka membagikan 1000 nasi bungkus, air minum, dan sembako (Citra Garden), 500 nasi bungkus dan air minum (Grogol), 500 nasi bungkus dan air minum (Apartemen Laguna Pluit), 300 nasi bungkus dan air minum (Pasar Grogol), 700 nasi bungkus dan air minum (Duta Mas), dan 1000 nasi bungkus dan air minum (Tangerang).
Acungan jempol rasanya perlu diberikan untuk Tzu Chi yang langsung mendirikan posko bantuan sejak hari pertama banjir dan masih bertahan hingga kini, memasuki hari keenam. Tzu Chi mendirikan posko bantuan di Mal Pluit Junction, Jakarta Utara dan membuka kantor mereka Tzu Chi Center di Pantai Indah Kapuk sebagai tempat penampungan pengungsi.
Di posko Pluit Junction, Tzu Chi memberikan bantuan evakuasi, paket bantuan kepada perwakilan warga yang mengajukan bantuan, distribusi langsung ke lokasi banjir, hingga pengobatan gratis bekerjasama dengan TNI dan Basarnas. Mereka juga menerima bantuan dari masyarakat luas untuk kemudian disalurkan kembali kepada para korban banjir. Salah satu yang memberi bantuan melalui posko Tzu Chi adalah seorang kyai dari Masjid Al Muzakin, Jakarta Timur. Ia memberikan bantuan berupa 30 dus mi instan dan 20 dus air minum. Bantuan diberikan ketika posko Tzu Chi masih di Muara Karang.
Keberadaan posko dan bantuan Tzu Chi ini tersebar luas karena banyaknya pesan berantai melalui Blackberry Messenger (BBM). Salah satunya adalah keluarga Wiryanto dan Willy di Pluit Permai yang mengetahui adanya bantuan Tzu Chi melalui BBM. Mereka terjebak banjir setinggi 170 cm dan tidak bisa keluar, beruntung akhirnya mereka mendapat bantuan evakuasi dari relawan Tzu Chi.
Ketika banjir melanda, semua serba susah. Bahkan untuk berbuat baik menolong orang pun tidak mudah. Bahkan ketika proses evakuasi pun, banyak korban banjir yang lebih memilih menjaga harta bendanya daripada mengutamakan keselamatan nyawanya dengan mengungsi ke tempat yang aman. Tim evakuasi baik dari Tzu Chi, TNI, Tim SAR, atau relawan lain sering serba salah menghadapi situasi seperti ini.
Salah satunya dilihat langsung BuddhaZine. Pada hari Senin, 21 Januari, BuddhaZine ikut dalam tim bantuan Tzu Chi ke Muara Baru. Kawasan nelayan yang terbilang kumuh ini adalah salah satu yang terparah karena letaknya tepat di sebelah Waduk Pluit, sumber utama banjir parah di Pluit dan sekitarnya karena tak mampu lagi menampung limpahan air. Bantuan diangkut dengan 2 truk peleton dan 1 kendaraan amfibi milik TNI AL.
BuddhaZine ikut dalam tim yang menaiki kendaraan amfibi. Sekitar 15 tentara mengawal kami. Amfibi harus berjalan dengan pelan dan sangat berhati-hati karena warga Muara Baru langsung menyemut mengerubuti amfibi ketika mulai masuk kawasan Muara Baru. Roda amfibi yang berupa rantai besi raksasa masih menginjak aspal karena air mulai surut, bunyinya gemeretak memekakkan telinga sehingga makin mengundang banyak orang mengerumini. Persinggungan roda amfibi dengan aspal sering membuat amfibi agak oleng tak terkendali, padahal kerumunan massa sangat dekat dengan amfibi. Tentara harus berjaga ekstra ketat mencegah agar tidak ada warga yang mendekat. Karena bisa dibayangkan, kalau saja ada warga yang sampai terlindas roda amfibi, mungkin kami bisa diamuk massa.
Tujuan tim bantuan Tzu Chi sebenarnya adalah rumah susun yang terletak di ujung Muara Baru. Namun massa yang makin menyemut dan sangat berpotensi ricuh, baru separuh perjalanan akhirnya kami memutuskan berhenti dan membagikan bantuan. Tzu Chi sebenarnya memiliki standar operasional pemberian bantuan yang menjunjung tinggi budaya humanis. Biasanya pemberian bantuan dilakukan dengan berbaris rapi dan sangat memanusiakan penerima bantuan. Namun untuk kali ini prosedur tersebut mustahil dijalankan.
Kerumunan massa mulai terlihat tidak sabar dan mulai menyirami kami dengan air banjir. Akhirnya bantuan terpaksa diberikan dengan cara dilemparkan dari atas amfibi. Massa pun saling berebut. Para relawan tampak menyesal karena terpaksa harus memberikan bantuan dengan cara yang tidak semestinya ini, tapi ancaman kericuhan warga begitu nyata. Bahkan ada empat warga yang berhasil menerobos naik ke atas amfibi mengambil bantuan. Mereka saling berebut, saling tarik, dan saling dorong dengan emosi yang menyalak. Tentara sempat kebingungan melerainya sebelum akhirnya dipaksa turun dari amfibi.
“Dari dulu kalau bagi beras, bantuan kebakaran, atau bantuan lain di Muara Baru selalu kacau,” jelas Adi Prasetio. Warga Muara Baru sebagian besar adalah nelayan yang memang terkenal keras. “Bagi (bantuan) di posko susah, bagi di lokasi juga susah,” kata Lo Hok Lay, relawan Tzu Chi yang lain.
Adi Prasetio yang telah memiliki banyak pengalaman dalam tim tanggap darurat bencana Tzu Chi, dari tsunami Aceh, gempa Jogja, hingga gempa Padang, tetap merasa perlu banyak belajar menghadapi situasi-situasi tak terduga seperti di Muara Baru ini. Terlebih para relawan Tzu Chi seperti dirinya dan juga yang lain, sebenarnya adalah orang rumahan biasa, bukan tenaga profesional seperti anggota Tim SAR atau TNI.
Namun kepedulian untuk meringankan penderitaan sesama memutus semua kekurangan tersebut. Dan yang terlihat di lokasi bencana, para relawan tersebut tak kalah hebatnya dengan tenaga tanggap darurat profesional.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara