• Monday, 6 February 2017
  • Ngasiran
  • 0

Banyak orang bertanya, kenapa ada orang yang mau repot ikut dalam organisasi? Kenapa ada orang yang mau andil mengembangkan agama Buddha? Apa untungnya?

Pertanyaan-pertanyaan ini selalu muncul ketika kita ingin bergerak untuk membangun sebuah komunitas berdasar agama tertentu. Di agama Buddha misalnya, ketika mau bergerak, membangun dan mendidik generasi muda di pedesaan, kadang menemui banyak tantangan. Dan ketika dihadapkan dengan masalah entah masalah pribadi (keluarga) maupun menghadapi lingkungan, kalau tidak memiliki landasan spiritual yang kuat akan membuat kendor.

Lalu apa landasan spiritual kita dalam pergerakan untuk melestarikan Buddha Dhamma?

“Masa muda adalah waktunya berjuang, masanya membangun karya. Tetapi bagaimana membuat karya supaya mempuyai manfaat bukan saja untuk diri sendiri tetapi untuk orang lain dan komunitas? Salah satunya adalah berjuang bersama melalui organisasi?” ujar Suranto, Ketua STAB Syailendra, Kopeng, Semarang kepada para Pemuda Buddhis Temanggung-Semarang-Kendal di PAUD Saddhapala Jaya, Desa Getas, Kaloran, Temanggung pada Minggu (29/1).

Menurutnya, memang benar bahwa perjuangan pasti memerlukan pengorbanan. Dan kalau tidak memiliki landasan spiritual yang kuat, pemahaman Dharma yang benar sebagai landasan perjuangan, ketika ada masalah akan mudah kendor.

“Kadang memang kita berpikir ngapain kita repot-repot ngurus organisasi, ngurusin orang banyak. Bukankan lebih baik bekerja, bertani di kebun sendiri dapat uang, hidup dengan keluarga. Wis nggogok nek omah anget (sudahlah duduk di rumah hangat), ngapain hujan-hujan begini tetap mau berkumpul di sini? Tetapi ingat, Saudara, bahwa perjuangan sekecil apa pun tidak ada yang sia-sia, pasti membawa manfaat,” suara Suranto beradu kencang dengan suara hujan.

Suranto memberi contoh, “Dulu setelah lulus dari kuliah, saya sempat bingung mau ke mana. Salah satu pilihan menjadi PNS ke Jakarta bersama teman saya, tapi akhirnya tidak kesampaian. Setelah itu saya ikut tes beasiswa S2 di CRCS UGM. Salah satu syaratnya adalah tes bahasa Inggris. Wong ndeso mangane telo kon ngomong bahasa Inggris (orang desa makannya singkong disuruh ngomong bahasa Inggris). Jadi saya ikut tes, sekali dua kali tidak lolos sampai tes ke-9 baru lolos. Bayangkan mengikuti tes sampai sembilan kali. Sebenarnya malu juga sama resepsionisnya bolak-balik tes, tapi karena kekuatan alam, akhirnya perjuangan saya berhasil, meskipun sampai sembilan kali.

“Inilah nilai perjuangan, dan setelah lulus ndilalahe (sukurnya) tidak usah mencari pekerjaan, tetapi pekerjaan yang mencari kita,” ujarnya.

“Begitu pula dengan Anda, pemuda Buddhis yang saat ini sedang bergerak. Tidak mungkin ujug-ujug mak bedunduk (tiba-tiba) langsung berkembang dengan baik begitu saja. Perlu proses panjang, baik secara komunitas maupun secara peribadi. Berorganisasi adalah tempaan bagi Anda, dan perjuangan yang saat ini Anda lakukan mungkin 5-10 tahun yang akan datang baru kelihatan hasilnya. Tapi yakinlah, tidak ada yang sia-sia.

“Anda tahu samurai? Untuk membuat samurai besi itu harus ditempa sedemikian rupa supaya bisa tajam, lentur, dan kuat. Begitu juga dengan anak muda, organisasi dan pergerakan dengan segala tantangan dan perjuangannya, itulah tempat menempa anak muda untuk menjadi samurai. Untuk menjadi seperti Mas Eko (mantan ketua umum Hikmahbudhi) ini tidak bisa mak bedunduk, tetapi memerlukan proses tempaan yang sangat panjang.”

Suranto sendiri sebagai umat Buddha Kaloran memberi penilaian yang positif terhadap pergerakan muda-mudi Buddhis saat ini yang sudah merambah ke pemberdayaan ekonomi. “Saya melihat pergerakan muda-mudi saat ini, yang pada awalnya berbicara membangkitkan dan sekarang sudah berbicara tentang ekonomi, sangat bagus. Yang masih menjadi pekerjaan rumah kita saat ini adalah politik, masih sangat jarang anak muda yang berbicara persoalan politik. Kadang kalau ada yang berbicara malah dimusuhi, padahal ini sangat penting,” ujarnya menyesalkan.

Kalau berbicara spiritualitas, salah satunya adalah melalui meditasi. Ini menurut Suranto yang masih belum dilakukan oleh anak muda, padahal salah satu ajaran mendasar agama Buddha adalah meditasi, untuk menumbuhkan kedamaian dalam diri pribadi.

“Pertanyaannya tadi kenapa kita harus mempertahankan eksistensi agama Buddha, ngapain kita berjuang untuk agama Buddha? Jawabanya kalau mau simpel, kalau bukan kita, lalu siapa yang akan mempertahankan agama Buddha? Kalau tidak ada anak muda yang berjuang, agama Buddha akan selesai. Tidak akan ada yang memperkenalkan ini adalah cinta kasih, ini adalah meditasi, ini adalah kasih sayang. Buddha ini lahir kan di antara komunitas, inilah yang membedakan Buddha dengan agama lain.

“Nah karakteristik Buddhisnya itu apa, damai tadi. Diwujudkan dalam hal apa? Meditasi, mindfulness, meditasi yang bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun. Damai dengan diri kita. Kalau sudah bisa damai dengan diri kita, kita akan bisa menerima pendapat dari orang lain,” Suranto menyimpulkan.

Sementara itu Eko Nugroho sebagai pembicara kedua menyampaikan, bahwa pemuda Buddhis yang saat ini bergerak adalah penyambung lidah para Dharmaduta. Menurutnya, usia muda kalau dilihat dari semangatnya mempunyai potensi yang sangat besar untuk merawat dan memajukan ajaran Buddha.

“Pemuda itu mempunyai potensi, tanggung jawab sosial, lalu punya hak untuk aktualisasi diri mencapai cita-cita. Apa cita-cita itu? Secara komunitas umat Buddha di Temanggung misalnya, mempunyai persatuan yang kuat, memberi manfaat yang sebesar-besarnya bagi masyarakat luas. Tidak hanya kumpul-kumpul grubyak-grubyuk, tapi tidak ada hasilnya. Menjadi pelestari Dharma. Seperti tadi diramalkan, kalau setiap tahun lima orang hijrah ke kota, dalam 10 tahun mungkin pemuda Buddhis di desa sudah hilang, dan ajaran Buddha tinggal kenangan. Tetapi kalau yang di desa sudah bisa berkarya dan persatuannya kuat, maka Dharma ini akan lestari,” jelasnya.

Kelas Dharma ini sendiri merupakan program baru bagi Pemuda Buddhis Temanggung-Semarang-Kendal untuk membekali pengetahuan Dharma kepada generasi muda Buddhis. Kegiatan ini dilaksanakan setiap bulan pada minggu terakhir dengan kurikulum yang disusun khusus bagi pemuda Buddhis pedesaan.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *