Komunitas Pemuda Buddhis Kecamatan Panggang bekerjasama dengan Sanggar Mustika Budaya menyelenggarakan pergelaran seni rakyat di Dukuh Nglaos, Dusun Wiloso, Desa Girikarto, Kecamatan Panggang, Gunung Kidul, Sabtu (27/8). Acara bertema “Lumbung Seni Rakyat” ini juga didukung oleh Bimas Buddha Kabupaten Gunung Kidul, Kementerian Agama DIY. Pentas seni diikuti oleh masyarakat umum dan dihadiri oleh para pejabat daerah serta tokoh lintas iman daerah setempat.
Tidak ingin kebudayaan seni rakyat dan tradisi di daerah Gunung Kidul meredup, para pemuda Buddhis Panggang berinisiatif menyelenggarakan acara pentas seni. Hal ini disampaikan oleh Sariyanto, salah satu panitia acara.
“Dalam acara ini kita menampilkan beragam seni rakyat yang saat ini sudah tidak begitu dikenal masyarakat. Kita juga menampilkan tari-tarian kreasi dan beberapa kesenian yang memang masih eksis sampai sekarang. Harapan kami semoga acara ini bisa membangkitkan semangat berkesenian dan menjaga tradisi warisan leluhur, terutama bagi generasi milenial,” paparnya.
Murtono, ketua panitia menyampaikan bahwa rangkaian acara dimulai sejak Minggu (21/8) dengan pengadaan lomba permainan tradisional. Perlombaan dibuka bagi seluruh masyarakat Kelurahan Girikarto, meliputi delapan pedukuhan yaitu Doplang, Karang, Pundung, Wiloso, Dawung, Bolang, Padem, dan Bedug.
“Perlombaannya kami laksanakan di Lapangan Jambe Wangi, Dukuh Doplang. Permainannya yaitu Gobak Sodor, Egrang Batok, dan Bas-basan. Sementara pentas seninya antara lain Beksan Manjusri Graha, Beksan Truno, Beksan Jaranan, Beksan Satriyo, Tek-tek, Karawitan, Beksan Sesembahan Dewi Sri, Gejog Lesung Bethari Sri Lestari, Gejok Lesung Surya Laras Manunggal, Gejog Lesung Taman Sari, dan Teater Tradisional dengan cerita Panandang,” jelas Murtono.
Kemeriahan acara pun mendapatkan dukungan dan apresiasi dari Ketua Pelestari Budaya Kelurahan Girikarto, H. Ahmad Hasan. “Pagelaran ini kalau untuk ukuran Panggang sudah hebat, luar biasa. Ini patut dicontoh dan ditiru, ini menjadi menjadi inspirasi bagi sanggar-sanggar atau kelompok seni yang lain di wilayah kelurahan Girikarto. Hal-hal seperti ini marilah kita lestarikan,” ungkapnya.
“Kalau warisan leluhur tidak kita lestarikan, termasuk budaya, nantinya juga akan punah. Dan kita lihat kegiatan ini juga menjadi wadah moderasi beragama, semua berbaur dalam kebudayaan,” imbuh Hasan.
Sementara itu Sumardiyono, Lurah Girikarto berharap kegiatan pentas seni menjadi sarana persatuan bagi segenap masyarakat khususnya Desa Girikarto. “Semoga dengan ini bisa semakin merekatkan segenap lapisan masyarakat yang terdiri dari berbagai kepercayaan. Kita lihat dari muda-mudi Buddhis dan karang taruna juga bisa bersatu dalam kebudayaan. Saya berharap kedepan bisa menggelar acara sejenis yang lebih besar dan lebih meriah,” jelasnya.
Suksesnya penyelenggaraan pentas seni tidak lepas dari bantuan pendanaan yang diberikan oleh Kementrian Agama DIY. Bondang Wijaya, Perwakilan Pembimas Buddha DIY menjelaskan bahwa anggaran untuk kebudayaan baru ada di tahun ini, dan kesempatan pertama diberikan kepada Sanggar Mustika Budaya. Bondan berharap di tahun-tahun depan bisa kembali menyelenggarakan pentas kebudayaan.
“Semoga di tahun-tahun depan akan ada kesempatan kembali mengadakan kegiatan ini, sehingga semua yang berkaitan dengan budaya di Gunung Kidul dapat dikembangkan lebih banyak lagi,” katanya.
Menjelang akan dimulainya pentas, Bhante Badrapalo memanjatkan doa keselamatan bagi segenap masyarakat yang turut hadir. Sebagai tanda dimulainya pentas seni, dilakukan penyalaan obor oleh segenap tamu undangan. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara