Foto: Ana Surahman dan Ngasiran
Ribuan umat Buddha memadati Vihara Giri Santi Loka di Dukuh Guwo, Desa Blingoh, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, untuk merayakan Asadha Puja dan upacara Abhiseka altar baru pada Sabtu (30/8/2025). Acara yang berlangsung khidmat dan lancar ini dihadiri oleh termasuk Bhante Sri Pannavaro Mahathera dan sejumlah Bhikkhu Sangha lainnya.
Umat yang hadir tidak hanya berasal dari eks-Karesidenan Pati, tetapi juga dari beberapa kabupaten lain di Jawa Tengah. Kehadiran Pembimas Buddha Provinsi Jawa Tengah, Karbono, serta pengurus Keluarga Buddha Theravada Indonesia (KBTI) Kabupaten Jepara turut menyemarakkan acara.
Perayaan diawali dengan kirab puja yang start dari Goa Meditasi, berjarak sekitar satu kilometer dari vihara, pukul 16.30 WIB. Kirab mengusung tandu rupang Buddha, gunungan hasil bumi, tumpeng, serta berbagai sarana persembahan puja. Cuaca cerah mendukung kelancaran prosesi.
Sekitar pukul 17.30 WIB, kirab tiba di vihara dan disambut oleh ribuan umat yang telah menunggu dengan mengenakan pakaian serba putih. Rangkaian acara dilanjutkan dengan persembahan sarana puja di altar baru yang diapit dua relief Dhammacarika, diikuti puja bakti Asadha Puja yang dipimpin oleh Sangha.
Pada sesi Dhammadesana, Bhante Sri Pannavaro menyampaikan uraian mendalam tentang ajaran inti Buddha. Ia menekankan universalitas ajaran tentang penderitaan dan jalan mengakhirinya.
“Lenyapnya penderitaan atau kebahagiaan, dalam kalimat yang lebih sederhana, adalah keinginan, obsesi semua orang apa pun agamanya, siapa pun mereka, apa pun yang diyakini. Semua orang tidak ingin menderita, itu adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri. Dan Guru Agung kita mengajarkan penderitaan dan lenyapnya penderitaan,” tegas Bhante Pannavaro di hadapan umat yang menyimak dalam keheningan.
Sementara itu, Pembimas Buddha Provinsi Jawa Tengah, Karbono, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas semangat umat Buddha Dukuh Guwo yang merupakan dusun dengan populasi umat Buddha terbanyak di Jawa Tengah, yakni 266 Kepala Keluarga (KK) atau sekitar 700 jiwa. Ia mendorong vihara untuk aktif mendukung program pemerintah.
“Sesuai anjuran Menteri Agama tentang Astacitta, tempat ibadah mempunyai beberapa fungsi, di antaranya bahwa vihara diharapkan dapat meningkatkan kerukunan dan cinta manusia. Yang kedua, bahwa rumah ibadah dapat meningkatkan eko-teologi, bisa dengan melakukan penanaman pohon di lingkungan sekitar,” jelas Karbono.
Lebih lanjut, Karbono menambahkan bahwa vihara diharapkan dapat memberikan layanan keagamaan yang berdampak luas. “Selain itu, (vihara) juga diharapkan menjadi tempat untuk bimbingan perkawinan untuk menghindari terjadinya perceraian, menjadi tempat layanan pendidikan, dan juga menjadi tempat pemberdayaan ekonomi,” tambahnya.
Acara ditutup dengan pelimpahan jasa dan pemercikan tirta paritta oleh para bhikkhu, mengiringi ribuan umat yang pulang dengan penuh pesan Dhamma dan semangat kebersamaan.
