Oleh: Ngasiran
Foto: M.Nasai
Festival tahunan Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) memperingati setahun wafatnya Almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati, mantan Direktur Jenderal Kebudayaan. Acara ini akan berlangsung selama lima hari, Kamis – Senin (23-27/11) di Universitas Negeri Malang, dengan tujuan menghormati warisan pemikiran dan kontribusi besar beliau terhadap kebudayaan Indonesia.
Edi Sedyawati, seorang arkeolog, pengamat tari, dan birokrat kebudayaan, dikenal melalui pemikiran-pemikirannya yang multidimensional. BWCF kali ini mengangkat tema disertasi terakhirnya yang membahas “Pengarcaan Ganesa Masa Kadiri dan Singhasari: Sebuah Tinjauan Sejarah Kesenian.” Acara ini mencakup berbagai kegiatan, mulai dari pidato kebudayaan, peluncuran buku, pemutaran film, workshop, hingga pertunjukan seni dan sastra.
Salah satu sorotan BWCF adalah pemutaran film terbaru karya sutradara terkenal Nia Dinata, berjudul “Unearthing Muara Jambi,” yang mengangkat subjek situs arkeologi Buddhis terbesar di Muara Jambi. Acara utama pada malam pembukaan melibatkan Prof. Dr. Arlo Griffiths yang memberikan pidato mengenai Prasasti Minto, yang kini berada di Skotlandia.
Berkaitan dengan pemikiran Edi Sedyawati, BWCF juga menghadirkan diskusi dan pemutaran film arkeologi, serta workshop tari dan pertunjukan seni. Sejumlah pakar, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, akan berbicara mengenai Ganesa dan seni pertunjukan Indonesia, membahas pemikiran-pemikiran yang masih menyimpan misteri.
Tidak hanya fokus pada aspek arkeologi, festival ini juga membahas keterlibatan Edi Sedyawati dalam diskusi tentang sinkretisme Siwa-Buddha di zaman Majapahit. Para pakar terkemuka akan membahas perkembangan pemikiran terbaru mengenai topik ini.
BWCF 2023 juga menjadi panggung bagi pertunjukan seni, termasuk pertunjukan tari Kecak Teges yang diciptakan oleh Sardono W. Kusumo dan diteruskan oleh I Ketut Rina. Malam sastra akan diisi dengan pembacaan sajak oleh Sutardji Calzoum Bachri dan penyair terkemuka lainnya.
Festival ini juga menampilkan bazar buku, meditasi, dan konser musik, menciptakan ruang untuk berdiskusi dan merayakan kekayaan budaya Indonesia. BWCF mengundang partisipasi aktif masyarakat, terutama generasi muda, untuk ikut menyemarakkan dan menggali pemikiran-pemikiran yang telah ditinggalkan oleh almarhum Prof. Dr. Edi Sedyawati.
BWCF 2023, dengan lokasi di Malang, memiliki alasan yang kuat karena disertasi terakhir Edi Sedyawati berkaitan dengan arca-arca Ganesa yang ditemukan di sekitar Malang, Kediri, dan Singosari. Dengan demikian, perayaan ini menjadi sangat kontekstual sebagai bentuk penghormatan dan tribute kepada sosok luar biasa dalam dunia kebudayaan Indonesia, Prof. Dr. Edi Sedyawati.=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara