Belum terlihat ada hubungan tegas Dewi Durga dengan Kabajradharan atau agama Buddha esoterik Nusantara. Meski demikian, unsur-unsur Durga bisa dijumpai dalam beberapa teks atau prasasti di Jawa terkait itu.
Hal tersebut menjadi kesimpulan Dr. Hudaya Kandahjaya dalam seri ceramah umum Borobudur Writers and Cultural Festival (BWCF) 2022 yang bertajuk “Durgā dalam Kabajradharan” pada Jumat, 25 November 2022.
Di acara yang digelar secara daring tersebut, Hudaya menjelaskan bahwa Durga banyak dipuja di Jawa, terutama di era perkembangan Candi Prambanan, yang tentunya sezaman dengan Borobudur. Dan dari teks Sang Hyang Kamahayanikan versi Siwa, ditemukan kata Rodri (Raudri) yang merupakan nama lain dari Durga. Ia menegaskan bahwa ada tiga versi teks Sang Hyang Kamahayanikan yang ada, versi A dan B versi Buddha, dan yang C versi Siwa.
“Kita lihat bahwa nama Durga di situ [versi C] dikenal,” kata Hudaya.
Ia menjelaskan, di teks tersebut Rodri merupakan salah satu dari empat dewata yang dalam praktik spiritual ditempatkan pada salah satu dari lubang di tubuh manusia, yakni mulut. Meski merupakan teks Siwa, ia menegaskan bahwa banyak unsur Buddhis bisa ditemukan dalam teks ini.
“Sang Hyang Kamahayanikan versi Siwa dipengaruhi oleh agama Buddha,” ujar Hudaya.
Masih terkait hubungan Durga dan ajaran Buddha, Hudaya menambahkan, berdasarkan Prasasti Kañcana yang ditemukan di Jawa Timur dari tahun 860 Masehi, bisa dibaca tentang sosok Ksatria Boddhimimba yang seorang Buddhis. Ia adalah seorang pemuja Buddha Wairocana. Namun ia juga memberi penghormatan kepada berbagai dewata.
“Ia juga memberi sembah kepada para dewa, termasuk Durga,” jelas dia.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara
