Asosiasi Dosen Agama Buddha Indonesia (ADABI) menggelar kongres perdana pada Rabu (29/12). Kongres digeler secara virtual dan dihadiri oleh jajaran Ditjen Bimas Buddha, antaranya PLT. Ditjen Bimas Buddha, Nyoman Suriya Dharma, Subdit Pendidikan agama Buddha, serta dosen-dosen beragama Buddha dari Kampus Perguruan TInggi Keagamaan Buddha (PTKB) dan Perguruan Tinggi Keagamaan Umum (PTKU) se-Indonesia.
Sutrisno, ketua Tim Formatur kongres ADABI dalam sambutannya menyampaikan agenda dalam kongres perdana ini antara lain mengesahan AD/ART dan Pemilihan Ketua/Wakil Ketua.
“Arti Penting Kongres ini ada beberapa: (1) kita belum memiliki wadah yang secara khusus untuk meningkatkan profesionalisme dosen, beragama Buddha di PTKB dan PTKU. (2) dalam hakekat dosen tersirat kata profesional,” kata Sutris.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat (UU No. 14/2005 & PP No. 37/2009). Dosen adalah Profesi atau disebut suatu moral community (masyarakat moral) yang memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Di antara beberapa ciri profesional adalah memiliki kode etik dan asosiasi profesional. Posisi Asosiasi adalah memperteguh status professional dosen.
Pilihan tema kongres kali ini dilakukan berdasarkan pertimbangan kontekstual. Memasuki abad 21, atau era disrupsi, atau disebut juga era revolusi Industri 4.0, dunia pendidikan mengalami pergeseran, terutama terkait sumber belajar. Dosen tidak lagi menjadi sumber tunggal, tetapi menjadi penggerak atau inspirasi kaum milenial. Peserta didik, sudah terbiasa dan memanfaatkan tren abad ini, yaitu kolaborasi, kreativitas, berpikir kritis dan komunikatif.
“Dalam konteks ini dosen perlu memiliki wadah kolaborasi untuk meningkatkan kompetensi, memperluas layanan publik dan meninggikan martabat profesi dosen di masyakat,” lanjut Sutrisno.
Mengutip Maha Parinibanna Sutta, Sutrisno menyampaikan pentingnya berhimpun dalam rangka berkolaborasi demi kemajuan bersama. “Pentingnya asosiasi secara spirit adalah menciptakan kemajuan bersama berdasarkan prinsip keahlian, kesetaraan dan kolaborasi. Seperti dalam Maha Parinibanna Sutta (D, ii, 74), yang diambil dari inspirasi kehidupan suku Vajji, bahwa berhimpun dalam kebajikan adalah sumber kemajuan bersama.”
Sementara itu, Bhante Dittisampanno, Ketua Asosiasi Perguruan Tinggi Agama Buddha Indonesia (ABTABI) memberi apresiasi atas terbentuknya ADABI. Menurut Bhante, keberadaan organiasai dosen dapat mendorong perkembangan pendidikan Buddhis di Indonesia dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. “Peran asosiasi dosen ini nanti bisa menjadi berkumpul, tempat untuk mengasah, memberikan pelatihan sehingga menghasilkan dosen-dosen yang profesional,” kata Bhante.
Nyoman Suriadarma, PLT. Ditjen Bimas Buddha berharap ADABI menjadi mitra setrategis ditjen bimas Buddha dalam mengembangkan Buddha Dharma di Indonesia. Dengan itu, Ditjen Bimas Buddha akan mendukung, memfasilitasi berbagai gerakan kinerja yang dilakukan oleh organiasai.
“Kapal, kalau hanya dipelabuhan itu aman, tapi bukan itu tujuan kapal dibuat. Artinya organiasai dibuat bukan untuk diam di rumah, tapi ketika organiasai bergerak akan mendapatkan banyak tantangan. Tantangan ini adalah seni, bagaimana adanya asosiasi ini membangun branding. Tentu yang kita inginkan membangun branding itu tidak hanya cuap-cuap di media sosial, tapi juga mengisi dengan visi yang sudah ditetapkan,” sambut Nyoman penuh harap. [MM]
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara