Asadha Gabungan dari empat kecamatan yaitu Kecamatan Candiroto, Wonoboyo, Bejen, dan Patean yang bertempat di Gunungpayung, Kec. Candiroto, Temanggung pada Minggu (12/8) disambut meriah oleh warga lingkungan vihara dan pejabat desa.
Bhante Santacito, Samanera, umat Buddha Kabupaten Temanggung, umat Wonosobo, umat Magelang, Muspika, Kepala Desa, dan camat hadir di acara ini. Anak Sekolah Minggu juga turut memeriahkan acara pembukaan dengan menampilkan tari.
Dengan adanya perayaan Asadha ini, selaku ketua Vihara, Tri Mulyono berharap agar keyakinan umat Buddha Gunungpayung semakin bertambah, “Harapan kami terutama untuk umat Buddha Gunungpayung menambah tingkat keyakinan, kepedulian terhadap masyarakat sekitar, toleransi antarumat beragama, dan tentunya mempersatukan nusa dan bangsa. Juga untuk merangkul semua, lingkungan kelompok banser juga. Yang kecil mau merangkul, tinggal yang besar mau merangkul atau tidak?”
“Tujuan khusus acara ini agar umat mengingat kembali keluhuran Buddha, Dhamma, dan Sangha. Serta tujuan umumnya untuk meningkatkan kerukunan umat beragama,” Winarto menambahkan.
Kepala Desa Gunungpayung berharap bahwa ke depannya terjalin kekeluargaan dan gotong royong yang lebih erat antarmasyarakat Gunungpayung.
Baca juga: Kidung Kuno “Badra Santi” Mengalun Indah di Alam Temanggung
Bhante Santacito yang sudah sering berkunjung ke Gunungpayung merasa senang karena meski umatnya sedikit tapi bisa mengadakan acara sebesar ini. Bhante berharap besar agar umat Buddha di Gunungpayung tetap bertahan, dapat mempraktikkan ajaran Buddha dalam kehidupan sehari-hari, berbuat kebajikan, dan juga menggunakan vihara sebagai tempat meditasi.
Ceramah Bhante Santacito
Ajaran Buddha menuntun kita dalam kehidupan sehari-hari agar dapat membersihkan batin. Tidak marah-marah, tidak membenci, tidak menyimpan dendam, tidak serakah, tidak memiliki kemelekatan, dan tidak kikir. Hal itu dapat dilakukan oleh siapa saja.
Supaya kita memiliki konsep perhatian benar, kita harus bermeditasi. Agar bahagia kita harus mempraktikkan delapan jalan mulia berunsur delapan, Agar hidup bahagia kita harus melakukan kebajikan, tidak melakukan kejahatan, senantiasa waspada agar tidak dikuasai oleh pikiran yang tidak bermanfaat, dan membersihkan kekotoran batin.
Menjaga ucapan, perbuatan, dan pikiran. Ucapan kasar dihindari, perbuatan yang merugikan dihindari, pikiran yang buruk dihindari. Ucapan, perbuatan, dan pikiran yang baik dikembangkan.
Pikiran adalah sebab penderitaan karena tidak eling dan waspada. Praktik yang benar adalah memahami penderitaan, sebab penderitaan, akhir penderitaan, dan jalan menuju akhir penderitaan. Mari kita sama-sama mempraktikan jalan mulia berunsur delapan. Serta menjaga ucapan, pikiran, dan perbuatan sehari-hari agar kebahagiaan meliputi kita semua.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara