Foto : Ngasiran dan Surahman Ana
Genap 10 hari para samanera merasakan kehidupan sebagai seorang pabbajita yang dimulai sejak pentahbisan pada tanggal 18 Desember lalu. Hari ini, Kamis (28/12/2023), tiba saatnya 500 samanera melepas jubah sebagai tanda kembali menjadi umat awam dan menjalankan kehidupan perumah tangga. Pelepasan dilakukan dalam acara Penutupan Pabbajja Samanera Sementara Majelis Agama Buddha Mahanikaya Indonesia (MBMI) di Borobudur, Magelang.
Rangkaian acara dimulai dengan puja bakti, kemudian pemberian penghargaan kepada 14 samanera terbaik selama pelatihan. Tiga samanera terbaik di antaranya mendapatkan tiket gratis ke Thailand untuk mengikuti acara Magha Puja, sementara terbaik lainnya mendapatkan beasiswa. Seluruh samanera juga mendapatkan sertifikat pelatihan.
Bhante Phraphromvajirapanyajarn (Thongdee Suratecho), Kepala Vihara Wat Rajjaorasaram Woramahavihara, Thailand memberikan wejangan Dhamma kepada para samanera. Ia menghimbau para samanera untuk tetap melatih kebiasaan baik yang telah terbangun selama mengikuti pelatihan pabbajja.
“Samanera yang duduk di sini adalah orang yang memiliki jasa kebajikan. Kita semua di sini, juga para samanera, setelah mengikuti pelatihan ini akan tetap samangat mempraktekkan Dhamma dan meditasi setiap hari. Kita akan menjadi pemeluk Agama Buddha yang baik, dan kita akan terus berjuang untuk perkembangan Agama Buddha. Akhirnya hari ini, samanera akan kembali kepada orang tua, semoga orang tua senantiasa sehat, dan sejahtera. Mari kita pancarkan cinta kasih kepada semua makhluk hidup di dunia, semoga semua makhluk hidup terbebas dari penderitaan,” kata bhante.
Ketua MBMI, Agus Jaya, menyampaikan bahwa kegiatan ini sebagai upaya untuk melestarikan Buddha Dhamma di Indonesia. Ia menutup kegiatan ini dan berharap bisa melaksanakan kegiatan serupa dengan lebih baik lagi di tahun-tahun mendatang.
“Upaya pelestarian Buddha Dhamma harus dikembangkan dalam berbagai kegiatan, salah satunya adalah Pabbajja Samanera Sementara ini. Semoga kegiatan ini memunculkan generasi penerus berwawasan dan berpenghayatan Buddha Dhamma yang bermanfaat bagi diri sendiri, keluarga, agama, bangsa dan perdamaian dunia. Kegiatan ini secara resmi saya tutup, dan semoga bisa dilaksanakan di tahun-tahun mendatang dengan peserta yang lebih banyak, dan fasilitas lebih lengkap,” terang Agus Jaya.
Direktur Urusan dan Pendidikan (Dirurpendik) Agama Buddha Nyoman Suriadarma, memberi apresiasi kepada para samanera atas keteguhan melaksanakan latihan. Ia juga mengucapkan terima kasih kepada pihak MBMI atas penyelenggaraan kegiatan spiritual ini.
“Saya apresiasi atas usaha para samanera berani merubah kebiasaan sehari-harinya menjadi lebih baik, dan patut berbangga dengan latihan ini. Juga kepada MBMI yang sudah memprakarsai pelaksanaan pabbajja ini setiap tahun, kami dari pemerintah sangat apresiasi dan berterima kasih,” ujar Nyoman.
Fatmawati, Ketua Panitia ucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah mendukung dalam kesuksesan Pabbajja Samanera ini. Ia melanjutkan dengan laporan berita acara selama pelaksanaan kegiatan.
“Terima kasih kepada segenap pihak, baik dari MBMI, panitia, para bhante, para peserta dan semua pihak yang telah andil dalam pelaksanaan kegiatan Pabbajja Samanera tahun ini,” ujar Fatmawati.
Dalam acara ini juga dilangsungkan pemutaran video kilas balik pelatihan sejak kedatangan peserta hingga selesai. Di akhir acara, dilaksanakan pembagian hadiah kepada para pemenang lomba foto dan video Pabbajja Samanera.
Kesan mendalam diungkapkan oleh para peserta Pabbajja, mulai dari kesan spiritual juga kesan karena bisa berkunjung ke Candi Borobudur. Seperti yang diungkapkan Leo Dipankara (14), peserta Pabbajja dari Lombok yang merasa sangat senang ikut dalam pelatihan ini, terlebih dia belum pernah mengunjungi Borobudur.
“Sangat senang, di sini mengajarkan kita Dhamma dan meditasi. Saya juga senang karena ini untuk pertama kali saya ke Candi Borobudur. Sesi yang paling berkesan adalah ketika pindapatta, karena ini memberi kesempatan umat untuk melakukan karma baik. Dan kalau ada kesempatan lagi di tahun depan, saya pengin ikut lagi,” ujar peserta yang masih duduk di bangku SMP tersebut.
Hal serupa juga diungkapkan oleh Aan Jaya, peserta dari Papua. Ia sangat terkesan ketika memakai jubah yang ia nilai menjadi pengingat untuk selalu menjaga moralitas di setiap saat.
“Terimakasih kepada segenap panitia dan para bhante telah melayani kami semua siang dan malam. Latihan ini sungguh luar biasa, untuk melatih kemoralan kita sampai akhir latihan. Jubah ini selalu menyadarkan kita untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar sila. Ketika keinginan untuk melakukan perbuatan buruk muncul, saya selalu diingatkan oleh jubah yang saya kenakan,” kata Aan.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara