• Friday, 25 January 2013
  • Sutar Soemitro
  • 0

Sudah lewat dari seminggu, banjir yang merendam Jakarta mulai surut, termasuk di wilayah yang terparah di Pluit dan sekitarnya. Namun pusat posko bantuan banjir di perempatan Pluit Junction – Emporium Pluit masih tetap riuh oleh para relawan dan korban banjir. Di sana ada posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), TNI, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, Dompet Dhuafa Republika, dan beberapa organisasi sosial lain.

Yang menarik, diantara semua posko tersebut, posko Tzu Chi paling banyak dikerumuni orang dan juga paling banyak mendapat bantuan tenaga aparat TNI. Pun begitu dengan jumlah relawannya yang juga begitu banyak, mungkin mencapai 100 orang, terlebih pada hari Kamis, 25 Januari 2013 lalu yang kebetulan merupakan hari libur nasional. Sesekali juga datang mobil simpatisan yang membawa bantuan diserahkan kepada posko Tzu Chi untuk didistribusikan kepada para korban banjir.

Tak henti-hentinya aparat TNI yang bertugas harus membubarkan kerumunan warga yang berharap mendapat bantuan. Kerumunan warga tersebut –yang sebenarnya belum tentu semuanya korban banjir– berkali-kali bertanya kepada relawan Tzu Chi kapan lagi diadakan pembagian bantuan.

Harapan mereka terkabul, karena menjelang tengah hari, Tzu Chi membagikan paket bantuan kepada para korban banjir. Kebetulan hari itu cuaca mendung. Aparat TNI mengatur antrian barisan menjadi dua baris, sedangkan relawan Tzu Chi membagikan bantuan. Di belakang tenda, relawan lain ngebut membungkus bantuan yang terdiri dari air mineral botol, kue kering, susu cair, dan pampers. Setiap penerima bantuan harus mencelupkan jarinya ke dalam tinta sebagai penanda agar tidak dobel. Selain itu dibagikan juga bantuan nasi bungkus dan air minum.

Jumlah penerima bantuan yang membludak yang tidak sebanding dengan paket yang tersedia membuat pembagian bantuan dihentikan ketika belum semua pengantri mendapat bantuan. Mereka yang terlanjur mengantri tetap bertahan walaupun relawan dan tentara telah mengumumkan pemberian bantuan sudah selesai. Lagi-lagi tentara harus berkali-kali membujuk warga agar bubar.

20130125 Saya Merasa Bahagia Karena Bisa Bermanfaat Buat Orang Lain_2

Pola pemberian bantuan oleh Tzu Chi pada hari Kamis itu, atau hari kedelapan banjir memang telah berubah. Ketika banyak wilayah masih tergenang banjir cukup dalam, pemberian bantuan dilakukan dengen mendistribusikan secara langsung ke wilayah-wilayah yang terkena banjir dengan perahu atau truk, atau melalui perwakilan RT-RW setempat dengan membawa bukti surat pengantar yang distempel. Namun setelah banjir berangsur surut, pemberian bantuan dilakukan di posko secara massal.

Relawan Tzu Chi secara maraton sejak hari pertama banjir telah turun langsung memberikan bantuan. Kadang sampai malam hari baru selesai. Seperti ketika mereka membagikan nasi bungkus di Teluk Gong selama tiga hari berturut-turut dari hari Senin sampai Rabu, selesai hingga pukul 8 malam. Begitu pulang selesai pun, kadang relawan masih harus mempersiapkan bantuan untuk keesokan harinya.

20130125 Saya Merasa Bahagia Karena Bisa Bermanfaat Buat Orang Lain_3

Tidakkah mereka lelah? “Saya bersyukur masih memiliki kesehatan yang cukup untuk saya bekerja berhari-hari di sini. Saya juga bersyukur bisa bermanfaat buat orang lain,” kata Lo Hok Lay, salah seorang relawan Tzu Chi. Ketika banjir datang, rumahnya di Pluit Mas memang tidak terendam terlalu parah, namun ia sebenarnya telah membeli tiket pesawat ke Penang, Malaysia hendak menemani rekannya berobat. Hok Lay akhirnya membatalkannya, dan tiketnya pun hangus.

Relawan Tzu Chi yang lain, Tjoeng Hasanudin, juga selalu memberikan senyuman terindah kepada para pengungsi di Tzu Chi Center, padahal ia sendiri juga mengungsi di tempat itu karena rumahnya yang berada di Jembatan Lima terendam hingga sedalam 2 meter. Bahkan ia belum sempat menyelamatkan barang-barangnya. “Meskipun saya kena banjir, tapi saya bersyukur bahwa saya bisa sehat, sehingga ada ketenangan, kebahagiaan, dan tidur nyenyak,” ujar Tjoeng Hasanudin tersenyum lebar.

Hok Lay banyak mendapat pelajaran dari bencana banjir ini. “Di bencana ini kita bisa pelajari banyak hal, dari keserakahan, kesombongan, kemarahan, kebencian. Itu banyak terlihat dan saya rasakan. Sifat asli seseorang bisa kelihatan, baik pada penerima bantuan ataupun pemberi bantuan,” jelasnya. Hok Lay menjadi juga bisa merasakan bahwa ketidakkekalan bisa datang setiap saat. Milik kita bisa lenyap begitu saja kapan saja.

20130125 Saya Merasa Bahagia Karena Bisa Bermanfaat Buat Orang Lain_4

“Saya sebetulnya bukan Buddhis,” aku Hok Lay, “Tapi setelah masuk Tzu Chi saya belajar ajaran Buddha.”

“Saya sebagai murid Master Cheng Yen, kita selalu diajarkan untuk selalu bersyukur, mau berbagi. Pada saat berbagi itu, saya merasa bahagia karena bisa bermanfaat buat orang lain. Master Cheng Yen mengajarkan kita, kalau mau menyalakan pelita di hati orang, nyalakan pelita di hati kita juga,” ucap Hok Lay.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *