• Sunday, 26 November 2023
  • Surahman Ana
  • 0

Sumber Foto   : muhammadiyah.or.id

Rabu (22/11/2023), International Network of Engaged Buddhists (INEB) dan Muhammadiyah menyelenggarakan Interfaith Diapraxis di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, seperti dilansir MUHAMMADIYAH.OR.ID.

Acara ini mengusung tema “Moderasi Agama untuk Peradaban yang Adil dan Damai” dan dihadiri oleh dua pembicara utama, Yuli Mumpuni Widarso dan KV Soon Vidyananda.

Yuli Mumpuni Widarso, Dewan Penasihat Lembaga Hubungan Kerjasama dan Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah, menjadi pembicara pertama. Dalam paparannya, ia mengungkapkan keprihatinan terkait diskriminasi yang masih berlanjut dan pelanggaran hak beragama. Yuli menekankan perlunya Muhammadiyah untuk memenuhi kewajibannya dengan mengarahkan anggotanya dan masyarakat umum terhadap tantangan yang dihadapi dalam era digital, di mana informasi yang masif dan berita palsu menjadi ancaman serius.

Menyoroti bahwa diskriminasi dan pelanggaran hak tidak hanya melibatkan komunitas Muslim, Yuli menekankan pentingnya solidaritas dan kerjasama antara berbagai komunitas agama. Konferensi ini diharapkan menciptakan platform untuk dialog terbuka dan pemecahan masalah.

Yuli mengartikan istilah “moderasi” sebagai menemukan jalan tengah dan melawan ekstremisme, masalah yang dihadapi oleh berbagai agama. Sebagai solusi, beliau mengusulkan promosi gagasan bahwa Islam tidak identik dengan ekstremisme. Dengan menekankan konsep “wasathiyah” atau jalan tengah, Yuli meyakini bahwa komunitas Islam dapat mengatasi tantangan yang dihadapi oleh ekstremisme dengan efektif.

Pembicara kedua, KV Soon Vidyananda, Anggota Komite Eksekutif INEB dan Sekretaris International Forum on Buddhist Muslim Forum (BMF), menyampaikan pandangannya tentang agenda diapraxis. Vidyananda menyoroti kesamaan antara Muhammadiyah dan Buddhisme, khususnya dalam pandangan mereka terhadap peradaban yang damai. Dalam konteks agenda diapraxis, ia menekankan tiga hal pokok: dialog, moderasi, dan peradaban.

Vidyananda secara khusus menegaskan bahwa diapraxis bukan hanya forum untuk berbicara atau berbagi ide, melainkan sebuah dialog yang melibatkan tindakan. Oleh karena itu, perlu adanya diskusi, pembelajaran, dan saling mendukung untuk mencapai peradaban yang damai.

Sebagai penutup sesi, Vidyananda mengutip kata-kata Muhammad Abduh yang sangat fenomenal: “Aku pergi ke negara Barat, aku melihat Islam namun tidak melihat orang muslim; Dan aku pergi ke negara Arab, aku melihat orang muslim namun tidak melihat Islam.”

Dengan berakhirnya Konferensi Interfaith Diapraxis, harapan akan sebuah peradaban yang damai dan adil semakin terasa nyata. Yuli Mumpuni Widarso dan KV Soon Vidyananda telah menyajikan gagasan dan refleksi mendalam tentang pentingnya moderasi agama, dialog antarumat beragama, dan peran peradaban sebagai fondasi utama kesejahteraan bersama.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *