• Sunday, 22 May 2022
  • Deny Hermawan
  • 0

Pada tahun 1940-an, ketika nasib orang-orang Tionghoa dan martabat agama Buddha di Tiongkok jatuh ke titik nadir, seorang lelaki berusia 14 tahun ditahbiskan menjadi biksu di Nantong, Provinsi Jiangsu, Tiongkok. Sejak itu ia telah memulai perjalanan belajar dan menyebarkan Dharma selama hampir tujuh puluh tahun. 

Master Sheng Yen adalah sosok yang dimaksud. Ini adalah juga sebuah judul film yang menggambarkan kehidupan dan masa-masa penuh gejolak Master Sheng Yen dalam bentuk film faktual. Dirilis tahun 2020, film dokumenter drama ini terbilang unik, karena turut menghadirkan adegan retrospektif kehidupan sangat master, dalam wujud animasi. 

Film ini dibuka di jalanan New York pada tahun 1979, ketika Sheng Yen menjumpai murid barat pertamanya. Film berdurasi 1 jam 55 menit ini mengungkapkan perjalanan hidup Master Sheng Yen dalam beberapa bab, yakni: Sekaratnya Keyakinan (1949), Penahbisan Kedua (1959), Menuju Jepang (1969), Latihan Chan dan Menyebarkan Dharma (1979), Mendirikan Gunung Drum Dharma (1989), Peduli Hidup dan Mati (1999), dan Wafatnya Master Sheng Yen (2009). 

Untuk menutupi kurangnya stok video wawancara personal dengan Sang Master, produser merekonstruksi kepribadian dan laku Master Sheng Yen melalui animasi, foto arsip, rekaman audio dan video, serta kutipan dari surat dan publikasi.

Wawancara dengan murid dan kenalan Master Sheng Yen membantu penonton melihat beliau sebagai guru yang rendah hati dan berjuang menjadi monastik yang tulus dan pekerja keras hingga akhir hayatnya.

Salah satu adegan yang cukup menyentuh adalah ketika Master Sheng Yen menolak transplantasi ginjal untuk kesehatannya. Ia menganggap hal itu bukan aksi yang didasari welas asih, sebab ia sudah cukup sepuh, dan merasa akhir hidupnya sudah dekat. 

Dengan latar belakang gejolak sosial-politik dan modernisasi, film dokumenter ini menceritakan narasi yang boleh dibilang sempurna tentang kehidupan Master Sheng Yen. 

Penonton diajak menelusuri kekuatan sejarah yang membentuk pandangan belas kasih Master Sheng Yen dan kekecewaannya terhadap dunia. Ini akhirnya membentuk Sheng Yen menjadi legenda Ch’an/Zen di era modern. 

[youtube url=”https://www.youtube.com/watch?v=oIjCjGszu64″ width=”560″ height=”315″]


=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *