Setelah banyak yang kecewa karena menutup suara terkait krisis Rohingya, akhirnya pemimpin oposisi Myanmar Aung San Suu Kyi, pada hari Kamis (8/11) memberikan pernyataannya.
Dalam pernyataannya, Suu Kyi mendesak agar pemerintah Myanmar mengirim lebih banyak tentara ke Rakhine untuk mengembalikan kondisi damai, stabilitas keamanan, dan upaya penegakan hukum di wilayah yang terjadi kerusuhan berdarah, yang pecah untuk kedua kali pada bulan lalu.
Peraih Nobel Perdamaian 1991 itu menegaskan hal tersebut seusai memimpin sidang Komite Penegakan Hukum dan Stabilitas Parlemen Myanmar. Suu Kyi dalam seruannya sama sekali tak menyebut etnis Rohingya. Akibat dua kali kerusuhan antara warga minoritas Rohingya dan etnis Rakhine sejak Juni lalu, sedikitnya 180 orang tewas dan 110.000 warga lain terpaksa mengungsi.
“Setiap orang bertanggung jawab menghormati hak asasi manusia tanpa membedakan mayoritas-minoritas, latar belakang etnis, dan agama,” ujar Suu Kyi dalam pesan tertulis, Rabu (9/11) sebagaimana dilaporkan Kompas. Adapun Presiden Amerika Serikat Barack Obama yang baru saja terpilih kembali direncanakan akan melawat ke Myanmar pada tanggal 19 November untuk menemui Presiden Thein Sein dan Suu Kyi. (kompas)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara