• Friday, 4 September 2015
  • Sutar Soemitro
  • 0

Buddha mengajarkan kita untuk sebanyak mungkin berbuat kebajikan. Tapi bagaimana caranya kalau tinggal di penjara?

“Di sini pun bisa berbuat kebajikan, dengan meditasi,” ujar Wenny Lo di hadapan 14 narapidana penghuni Rumah Tahanan Perempuan Kelas 2A Pondok Bambu, Jakarta Timur pada Senin (31/8).

Wenny Lo mengajak para napi tidak tersandera oleh masa lalunya yang hitam yang menyeretnya menjadi penghuni rutan. “Masa lalu sudah berlalu, tak usah disesali. Masa lalu jadi pembelajaran,” ia menambahkan. “Saat ini lakukankanlah perbuatan baik sebanyak mungkin, itu pesan Buddha. Setiap hari kalau bisa meditasi, daripada bergosip, daripada menyesali masa lalu.”

Untuk itu, Wenny Lo bersama enam orang dari Bali Usada Meditation mengajarkan teknik bermeditasi bagi para penghuni rutan. Latihan meditasi dilakukan di tempat ibadah Buddha yang ada di rutan tersebut. Ukurannya tidak besar, seluas 5×10 meter dan mampu menampung 25 orang.

Menurut catatan Sri Kuncokoweni, staf Pembimas Buddha Kementerian Agama DKI Jakarta yang memfasilitasi pembinaan agama Buddha ini, di Rutan Pondok Bambu ada sekitar 35 napi yang beragama Buddha. Namun jumlahnya tidak tetap karena ada yang keluar masuk atau pindah ke rutan lain.

Latihan meditasi akan dilakukan sebanyak delapan kali pertemuan setiap hari Senin siang oleh tim Bali Usada. Pembinaan agama Buddha selama ini memang rutin diberikan bagi para napi yang beragama Buddha dua kali dalam sehari, setiap pukul sepuluh pagi dan dua siang.

Pelatihan meditasi dimulai dengan menonton video pengenalan meditasi oleh Merta Ada, pendiri Bali Usada Meditation. Merta Ada menjelaskan bahwa meditasi yang dikembangkan oleh Bali Usada adalah meditasi universal, tidak hanya untuk umat Buddha. Ini makin dipertegas saat meditasi dimulai, setiap peserta diminta berdoa menurut agama dan kepercayaan masing-masing.

Merta Ada menjelaskan ada tiga tujuan meditasi: (1) Menyehatkan badan, (2) Melepaskan reaksi buruk memori, dan (3) Agar pikiran lebih harmonis. Dari ketiga tujuan tersebut, tujuan paling utama adalah yang ketiga. Karena ketika pikiran harmonis, maka badan akan menjadi sehat dan reaksi buruk memori pun akan hilang. Jika pikiran harmonis, maka akan sehat jasmani dan rohani.

Memori tidak bisa dihilangkan, begitu juga pengalaman buruk. Yang bisa diubah adalah reaksi kita terhadap pengalaman buruk tersebut. Dengan bermeditasi, kita bisa mengurangi atau bahkan menghilangkan reaksi buruk terhadap pengalaman buruk.

Merta Ada juga menjelaskan meditasi tidak mengenal tabu sehingga bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, serta tidak ada kontradiksi dengan metode pengobatan apa pun yang mungkin sedang dijalani seseorang.

Penjelasan dasar meditasi dilanjutkan instruksi meditasi. Instruksi dimulai dengan posisi duduk senyaman mungkin di atas bantal meditasi. Kaki bersila dengan posisi setengah teratai atau teratai penuh. Kedua telapak tangan diletakkan di sela-sela lipatan kaki. Telapak tangan kiri berada di bawah, jempol saling bertemu. Badan tegap, namun rileks. Wajah dan pandangan lurus ke depan. Lidah dikatupkan ke langit-langit mulut dan bernapas melalui hidung.

Setelah rileks, mata dipejamkan. Pancarkan cinta kasih di dada ke seluruh tubuh, ke lingkungan tempat berlatih meditasi, dan kepada seluruh dunia dengan ucapan dalam hati “Semoga semua hidup berbahagia”.

Setelah itu, perhatikan keluar masuknya napas di hidung. Hanya memperhatikan, bukan mengatur napas. Jika masih susah memperhatikan napas, disarankan untuk menandai napas dan keluar dengan menghitung. Napas masuk, hitung satu; napas keluar, hitung dua; napas masuk, hitung tiga; napas keluar, hitung empat, dan seterusnya sampai sepuluh. Kemudian diulang lagi sampai konsentrasi kuat dan lanjutkan meditasi. Meditasi berlangsung selama 10 menit. Di pertemuan berikutnya, durasi meditasi akan terus ditambah.

Usai berlatih, sesi tanya jawab dipandu oleh Farida Nursanti, salah satu instruktur meditasi Bali Usada. Salah seorang napi bertanya, bagaimana cara berkonsentrasi jika ada suara-suara? Farida menjelaskan, meditasi tidak harus dilakukan dalam kondisi sepi dan tenang. Meditasi bisa dilakukan di mana pun dan kapan pun, termasuk di lingkungan yang berisik.

“Yang salah bukan suara-suara itu, tapi indera telinga kita yang mau mengikuti suara itu,” jelas Farida.

Farida juga berpesan, setelah belajar cara bermeditasi, para napi diharapkan sering mempraktekkan meditasi. Awalnya memang cuma kuat sebentar, tapi lama-lama bisa bertahan lebih lama jika sering dilatih.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *