Merebaknya bhiksu palsu yang meresahkan masyarakat ternyata bukan hanya terjadi di Indonesia. Permasalahan ini terjadi juga di sejumlah negara dan kini menjadi isu global. Salah satu ulasannya adalah di situs berita Buddhis berbasis di Amerika, Lion’s Roar.
Di kota-kota besar di seluruh dunia ditemui pria yang berpenampilan sebagai bhiksu dengan kepala yang dicukur dan jubah Bhiksu sedang meminta-minta, memaksa pejalan kaki yang lewat untuk memberikan uang, dan kadang marah jika menolak.
Bhiksu-bhiksu palsu saat ini dijuluki sebagai “teror suci (holy terror)”. The New York Times melaporkan mereka ada di mana-mana di penjuru kota. Masalah yang ditimbulkan sudah berkembang sedemikian jauh sampai-sampai masyarakat mem-posting artikel-artikel di halaman facebook seperti “Bhiksu Palsu di Kota New York” dan “Bhiksu Palsu di Hong Kong” untuk meningkatkan kesadaran publik akan masalah tersebut. Bahkan terdapat laporan tentang wanita yang meminta-minta berpenampilan sebagai bhiksuni.
Menurut beberapa laporan, para penipu tersebut mendatangi orang-orang untuk meminta mereka menandatangani petisi perdamaian sebelum menawarkan gelang dan memaksa untuk berdonasi.
Laporan tentang modus baru meminta-minta ini dimulai sejak sekitar tahun 2012, dan setelah dua tahun kemudian terdapat banyak sekali cerita baru tentang penipu-penipu tersebut bermunculan di kota-kota seperti Amerika Serikat, Kanada, Australia, Selandia Baru, Hong Kong, Jepang, Malaysia, Kambodia, termasuk Indonesia.
Januari 2015, The New Zealand Herald melaporkan adanya sebuah sindikat dari Tiongkok yang berada di balik penipuan ini, berdasarkan laporan seorang wanita yang dilatih untuk menjadi bhiksuni palsu. Ia membayar sejumlah uang sebesar US$ 1613 (hampir Rp 3 juta) untuk dilatih dan diberi perlengkapan sebagai pendeta Tao palsu. Ia juga mengatakan bahwa sejumlah uang yang dia dapatkan diserahkan ke ketua sindikat tersebut.
Aksi penipuan ini sangat tidak menghormati agama Buddha. Secara tradisi, seorang bhiksu hanya boleh meminta sedekah (pindapata) dengan membawa mangkuk besar dan menerima makanan apa pun yang diberikan sebagai donasi.
Terdapat cara yang mudah untuk mengenali seorang bhiksu palsu. Bhiksu asli tidak akan pernah meminta sejumlah uang, apalagi secara paksa.
Jika Anda melihat bhiksu palsu secara agresif meminta-minta, Anda dapat melaporkannya ke pihak berwajib atau polisi terdekat. Di banyak kota, polisi tidak dapat bertindak kecuali mereka menerima laporan dari masyarakat.
Di Indonesia sendiri, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI telah mengeluarkan surat edaran resmi sejak tanggal 22 April 2015 lalu yang menghimbau kepada Pembimas Buddha, pimpinan majelis, dan organisasi keagamaan Buddha lainnya untuk melakukan penertiban bhiksu palsu (gadungan). Surat tersebut juga ditembuskan ke Dirjen Imigrasi Kemenkum dan HAM.
Surat edaran tersebut menghimbau, apabila bertemu dengan bhiksu palsu, dihimbau untuk menangkapnya, kemudian diserahkan ke kepolisian atau kantor imigrasi setempat guna ditindak sesuai ketentuan yang berlaku.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara