Masyarakat Dusun Krecek, Desa Getas, Kec. Kaloran kini boleh berbangga diri. Kerja keras masyarakat dalam menjaga kebersihan dan menata lingkungan selama ini menorehkan prestasi yaitu, mendapatkan kepercayaan mewakili Kecamatan Kaloran dalam ajang Lomba Kampung Siaga Candi, Polres Temanggung.
Menurut Wakil Kepala Polsek Kaloran, Iptu M. Marzuki, SH., Desa Getas, khususnya Dusun Krecek memang layak ditetapkan sebagai Kampung Siaga Candi. Bahkan ia optimis Dusun Krecek akan juara, dan layak mewakili Kabupaten Temanggung ke ajang perlombaan tingkat provinsi.
“Meskipun Krecek ini dusun tapi semua ada di sini. Semangat masyarakat dalam hal gotong royong juga sangat tinggi. Bapak ibu bisa melihat, betapa asrinya dusun ini, sejuk dengan taman-taman bunga,” kata Ipda M. Marzuki.
Dalam menerapkan protokol kesehatan menurut Ipda Marzuki, masyarakat Desa Getas juga layak mendapat apresiasi dalam hal kedisiplinan. “Di dusun ini, semua sudah tertata rapi. Tempat cuci tangan misalnya, sudah ada jauh sebelum virus Corona melanda dunia. Artinya masyarakat sini memang layak menyandang juara dan mewakili Temanggung ke tingkat provinsi,” tuturnya disambut tepuk tangan riuh hadirin.
Dwi Yanto, Kepala Desa Getas menyampaikan bahwa sejak pertama kali diumumkan virus Corona mewabah di Indonesia, pemerintah desa langsung membentuk posko dan merekrut relawan pencegahan Covid-19. Bahkan Ia juga menggelontorkan dana desa guna melengkapi fasilitas posko.
“Di Desa Getas ini ada 19 dusun, masing-masing dusun ada posko pencegahan Covid. Di posko ini juga ada ruang karantina yang dilengkapi dapur umum. Kami juga merekrut relawan sebanyak 50 orang. Mereka bertugas mendata dan melakukan pengecekan setiap orang yang keluar masuk dusun,” tutur Dwi Yanto.
Lomba Kampung Siaga Candi merupakan program yang diinsiasi oleh Polres Temanggung. Lomba yang diikuti oleh 14 kecamatan di Temanggung itu bertujuan untuk meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan guna mencegah, dan memutus rantai penyebaran virus Corona.
Khusus untuk Dusun Krecek, Desa Getas penilaian lomba dilakukan pada hari Selasa (22/9), kemarin. Itu adalah penilaian ke-10 dari 14 perwakilan kecamatan yang ada di Temanggung. Penilaian itu dihadiri oleh tim dewanjuri dari Polres Temanggung, Camat Kaloran, petugas kesehatan, perangkat Desa Getas, 9 dusun yang menjajakan produk UMKM masing-masing dusun, dan warga setempat.
Penampakan lingkungan Dusun Krecek, dan sambutan warga dalam acara penilaian sepertinya mampu meluluhkan hati tim dewan juri. Seperti yang diungkapkan oleh Kasat Binmas Polres Temanggung, KBO Ipda Muhamad Taufiq, setelah melakukan penilaian dengan memeriksa dokumen atministrasi desa, keliling lingkungan Dusun Krecek, mengunjungi dapur umum, dan ruang isolasi.
“Kami benar-benar terkesan dengan dusun ini. Tadi tim kami sudah memeriksa semua data, dan keliling lingkungan. Hebat betul dusun ini, kampungnya benar-benar asri, dusun yang indah meskipun berada di pegunungan,” kata M. Taufiq memberi kesan.
Lebih lanjut ia juga menuturkan bahwa dari 10 peserta lomba Kampung Siaga Candi, Dusun Krecek adalah yang terbaik. “Tinggal empat kecamatan yang tersisa yang belum dinilai. Semoga dusun ini bisa mewakili Kabupaten Temanggung ke tingkat yang lebih tinggi,” pungkasnya.
Proses Panjang
Menjadi tempat nyaman bagi para pengunjung hingga mendapat kepercayaan mewakili lomba tingkat kabupaten, tidak diraih dengan instan. Memerlukan proses panjang dan kerja keras seluruh warga dusun. Hingga di titik ini, paling tidak sudah 2 tahun masyarakat Dusun Krecek, terutama anak-anak muda melakukan kerja bakti menata lingkungan dusun.
Ide awalnya sederhana, yaitu melalui lomba penataan lingkungan yang digagas oleh anak-anam muda Dusun Krecek. “Pas mau Nyadran tahun 2019, anak-anak muda membuat lomba penataan lingkungan. Lomba itu ternyata direspon dengan antusias warga dusun. Mereka semua tak segan mengeluarkan uang dari kantong pribadi demi keindahan dusun,” kata Sukoyo, Kepala Dusun Krecek.
Lomba penataan lingkungan itu menurut Sukoyo yang menjadi mula anak-anak muda bergerak memperbaiki dusun. “Setelah lomba itu, Krecek makin sering mendapat pengunjung dari luar kota. Bahkan pada upacara-upacara adat seperti Nyadra, Sedekah Dusun, Waisak, dan lain-lain banyak orang yang live in di sini. Jadi, makin hari kami makin belajar dan berkembang.”
Terkait dengan Lomba Kampung Siaga Candi, Sukoyo masih ingat pertama kali diumumkan virus Corona melanda Indonesia. Saat itu persis setelah Dusun Krecek selesai melakukan upacara Nyadran, yang selama dua tahun berturut-turut Krecek mendapat tamu live in peserta Nyadran Perdamaian. Mereka adalah orang-orang dari berbagai daerah yang ingin belajar nilai-nilai perdamaian dari upacara Nyadran.
“Selesai Nyadran di sini, satu hari setelah acara itu selesai virus Corona diumumkan. Saat itu juga kami menutup diri, tidak menerima kunjungan dari luar. Sampai hari ini.” Imbuhnya.
Tidak mendapat kungjungan tak berarti masyarakat berpangku tangan. Justru saat tidak ada tamu berkunjung, masyarakat Dusun Krecek mempunyai kesempatan untuk berbenah. Kerja bakti setiap hari di Curug Pertapan, dan tetap memperhatikan keasrian lingkungan adalah aktivitas sehari-hari bagi masyarakat.
Dukungan dari Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Nalanda, Jakarta melalui program Desa Binaan menjadi stimulus yang menggugah semangat warga untuk selalu berbenah. “STAB Nalanda dari Jakarta, dan banyak masyarakat kota yang terus mendukung kami. Tak hanya di pembangunan, tapi juga dalam menanggulangi bahaya virus Corona, seperti yang Nalanda bantukan,” pungkas Sukoyo.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara