1 Desember 2019 menjadi momentum bersejarah bagi keluarga BuddhaZine. Hari itu, media buddhis online yang didirikan oleh Sutar Soemitro bersama Jo Priastana telah genap sewindu. Karena itu, sebagai bentuk syukur dan rasa cinta kepada mendiang Sutar, BuddhaZine menggelar saresehan dan gendurian peringatan 8 tahun BuddhaZine.
Sarasehan dan gendurian peringatan 8 tahun BuddhaZine dihelat pada Minggu (1/12), di Dusun Krecek, Temanggung. Acara ini menjadi salah satu rangkaian dari gelaran Festival Dusun Krecek 2019, dusun yang sekaligus menjadi lokasi kantor BuddhaZine sejak tahun 2019.
“Sebagai pendiri BuddhaZine, Sutar juga mempunyai perhatian khusus terhadap budaya dan kesenian Nusantara. Saya ingat betul, pada tahun lalu (2018) ketika peringatan 7 tahun BuddhaZine di Gombong, Sutar mempunyai cita-cita untuk menyelenggarakan festival kesenian, kalau bisa yang bercirikan buddhis. Karena itu, kegiatan malam ini kita dedikasikan kepada Sutar,” tutur Ngasiran dalam sambutannya sebagai perwakilan redaksi BuddhaZine.
Ngasiran kembali menegaskan bahwa BuddhaZine bukanlah aliran atau sekte dalam agama Buddha. BuddhaZine adalah media buddhis yang menyebarkan informasi Buddhadharma di Indonesia. “Kadang masih ada orang yang salah paham soal BuddhaZine, menganggap bahwa BuddhaZine adalah aliran baru dalam agama Buddha, itu tidak benar Bapak/Ibu. BuddhaZine adalah media berita, kami tidak terkait pada organisasi atau lembaga tertentu. Dan tujuan kami hanya satu, yaitu untuk menyebarkan Buddhadharma.”
Memaknai Urip iku Urup
Sarasehan 8 tahun BuddhaZine mengangkat tema Urip iku Urup dengan menghadirkan dua narasumber yaitu; Bhikkhu Dhammasubho (seorang budayawan serta anggota Sangha) dan Supriyadi (Direktur Urusan Pendidikan Agama Buddha Kementerian Agama RI) dipandu oleh Luna Kharisma sebagai moderator (Pengajar di Institut Seni Surakarta). Dalam acara tersebut, turut hadir Bhikkhu Sujano dan Bhikkhu Khemadiro, serta ratusan umat Buddha dari beberapa dusun sekitar.
Sarasehan dimulai dengan penampilan musik Mantram Nyawiji yang dinyanyikan oleh Anda Wardhana, pemimpin Sanggar Omah Wulanggreh, Jakarta. Dengan iringan gitar akustik, Anda Wardhana melantunkan syair-syair Jawa yang kaya makna, lagu itu sekaligus menuntun hadirin ke pokok bahasan yaitu memaknai Urip iku Urup.
Bhante Dhammasubho yang menjadi narasumber pertama memaknai kalimat urip iku urup sebagai sebuah bentuk penghargaan terhadap kehidupan itu sendiri. Sebagai umat Buddha, menurut bhante, menghargai segala bentuk kehidupan seperti yang diajarkan oleh Buddha adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh umat manusia.
”Buddha pun pernah menyatakan bahwa kesehatan adalah keuntungan yang terbesar. Makanya Buddha adalah manusia yang tidak pernah setuju dengan penghinaan, dengan penyiksaan apalagi tentang pembunuhan makhluk hidup. Setahu saya manusia pertama dan satu-satunya manusia yang tidak pernah memberi setuju tentang pembunuhan. Boleh dibuktikan, boleh buka sejarah dunia. Karena itulah kemuliaaan bahwa urip itu urup tanda-tandanya adalah kalau bisa menempatkan harga hidup di atas harga diri, harga diri di atas harga materi. Harga materi berada pada tingkat yang paling bawah,” terang Bhante.
Tapi kebanyakan yang terjadi adalah sebaliknya. Banyak yang karena harga diri tega melenyapkan hidup orang lain, kalau seperti ini artinya menempatkan harga hidup di tataran rendah. Kalau sudah seperti ini akibatnya di mana-mana banyak terjadi kasus pembunuhan.
”Inilah bedanya Buddha yang menempatkan harga hidup di atas harga diri, menempatkan harga diri di atas harga materi. Orang kalau mengerti ajaran Buddha, meski hidupnya miskin sekalipun tidak akan melakukan kejahatan, lapar sekalipun tidak akan melakukan pencurian karena harga diri. Itulah artinya urip iku urup, orang yang hidup dia akan menyala, nampak sumringah berada di mana-mana,” tegasnya.
Sementara Supriyadi melihat dari sudut pandang perubahan sikap anak-anak muda saat ini yang seakan sudah melupakan petuah-petuah yang merupakan warisan para leluhur. Pak Supriyadi mencoba mengingatkan kembali makna urip iku urup bagi kalangan anak muda.
“Urip iku urup. Saya beranjak dari fenomena saat ini di mana banyak anak muda yang sudah tidak lagi mengenal wewaler atau petuah warisan dari para leluhur terdahulu. Makna yang bisa saya ambil dari urip iku urup ini adalah walaupun kita sebagai anak muda, kita tidak boleh menganggap apa yang telah diajarkan oleh para leluhur dahulu adalah kuno dan tidak berguna lagi.
“Nah berkaitan dengan acara yang diadakan oleh umat dan anak-anak muda di Dusun Krecek ini menurut saya adalah suatu upaya untuk membangun kembali, melestarikan kembali nilai-nilai luhur yang telah diwariskan oleh para pendahulu dan menjadi tradisi warga dusun, sehingga bisa kembali menyinari kehidupan umat di Krecek ini. Karena itulah maka saya berharap dengan ulang tahun yang kedelapan ini BuddhaZine menjadi sebuah sumber nyala yang bisa menerangi umat yang ada di Krecek.
“Pesan lain ketika saya menghadiri acara ini adalah hal apa pun yang harus kita kerjakan entah karena jabatan, entah karena amanah, kita harus melakukannya dengan sepenuh hati. Bahwa apa pun yang kita kerjakan hendaknya melakukan atas dasar kesadaran, cinta kasih (metta), kasih sayang (karuna), keikhlasan, dan kesabaran. Dengan dasar inilah ketika kita melakukan suatu yang baik kita tidak merasa ada yang hilang dari diri kita, tapi kita sedang menanam perbuatan baik sehingga apa yang kita lakukan tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri namun juga bermanfaat juga bagi orang lain. Itulah makna kata urip iku urup,” pungkasnya.
Seusai acara ceramah dan diskusi budaya, acara dilanjutkan dengan genduri bersama sebagai wujud syukur bahwa sampai saat ini BuddhaZine masih tetap bertahan untuk mengabarkan Buddhadharma. Gendurian diawali doa oleh Bhante Dhammasubho untuk kemudian para umat dipersilahkan menyantap makanan yang tersaji. Sebagai penutup acara, umat disuguhi hiburan yaitu penampilan kesenian tradisional Soreng Mataram.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara