• Saturday, 16 November 2019
  • Sunyaloka
  • 0

Kali ini kita akan jalan-jalan ke Malang, bedanya adalah ini bukan jalan-jalan biasa. Kita akan sowan ke sesepuh desa, di Dukuh Gedangan, Desa Gondowangi, Kec Wagir, Malang. Transportasi ke dukuh ini kurang lebih dapat ditempuh dalam 45-60 menit dari stasiun kereta dengan menggunakan mobil.

Mbah Ngari sekarang berusia 75 tahun, ketika sedang sowan, beliaunya usai keluar dari rumah sakit karena perawatan kesehatan, meski demikian beliau tetap menyediakan waktu untuk berbagai pengalaman hidup.

Sebelum sesi tanya jawab dengan Mbah Ngari, apa itu Buda Jawi Wisnu? Buda Jawi Wisnu mulai berdiri pada tanggal 25 November 1925, dengan pemimpinnya Resi Kasumodewo berasal dari Solo, menurut penjelasan Mbah Ngari. Sebaran dari Buda Jawi Wisnu secara garis besar ada di Jawa Tengah maupun Jawa Timur

Berikut sesi tanya jawab bersama Mbah Ngari pada Kamis (7/11) di kediamannya.

Ada berapa penganut Buda Jawi Wisnu di sini Mbah?

Ya tinggal saya saja, karena sudah tidak ada temannya lagi. Secara administrasi ya di KTP kolom agamanya Hindu.

Buda Jawi Wisnu itu apa?

Mohon maaf karena tidak bisa menerangkan secara terang, pada intinya adalah ajaran yang ada di tanah Jawa, kawruh tentang sangkan paraning dumadi.

Mantramnya bagaimana?

Mantram itu kalau dalam bahasa Islam ya doa, kurang lebih begini, “Hong wilaheng awignam astu nama sidham, luputta sarik lan sandi, luputta dendaning tawang towang jagat dewa bathara yang jagat  pramu dhita buwana langgeng.”

Maknanya, lha ya agar supaya semua mendapat berkah kebaikan, dijauhkan dari keburukan.

Apakah di mantram tertentu menyebut Buddha Gautama?

Tidak ada.

Menyebut Avalokiteshvara ada?

Tidak ada.

Bagaimana dengan sesajinya?

Kalau Jawa Buda, itu mempersembahkan pisang satu tangkep. Daksina, bumbu masak, kelapa wungkul. Untuk pisangnya, pisang raja. Bunga, sari, dupa, telur ayam.

Apakah setiap bulan purnama atau bulan mati, ada menghaturkan sesaji?

Ya, ada.

Resi Kasumodewo dari mana?

Beliau dari Solo dan yang menyebarkan Buda Jawi Wisnu ini.

Kalau sembahyang objek sucinya apa atau bagaimana?

Kalau saya, sembahyang Buda Jawi objeknya ya napas. Kemudian ya doa itu tadi.

Di Buda Jawi Wisnu apakah menyembahyangi sumber-sumber mata air?

Kalau setau saya kok tidak, lebih menekankan pada aspek mengolah batin. Lebih banyak mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih pada Tuhan.

Di altar ada patung?

Di altar ya tidak ada apa-apa, hanya membawa sesaji saja. Malam Rabu (Buda) biasanya. Di meja ya tidak ada foto siapa-siapa, untuk taplak mejanya pun tidak ada ketentuan warna apa pun.

Ada persyaratan saat sembahyang?

Ya, bersuci dulu dengan air agar bersih. Kalau pakai sarung, sarungnya sidomukti. Kalau pakai atasan, atasannya surjan. Menggunakan iket atau blangkon.

Kalau ada Waisak, ikut?

Tidak, itu kan Buddha.

Jadi hari rayanya kapan?

Setiap Rabu Wage, bulannya Suro. 1 Muharram, Rabu Wage.

Ada acara apa ketika hari raya?

Ya, saling silaturahmi. Syukuran.

Sebelum jatuh hari raya, ada laku khusus?

Puasa sebulan penuh. Kalau Buda, berbuka dan sahurnya hanya sekali saja setiap jam lima sore misalnya. Selama satu bulan pun tidak boleh berhubungan suami istri. Kalau melanggar, ya mandi besar atau mandi keramas.

Kok bisa penganut Buda Jawi Wisnu hanya tinggal Mbah Ngari saja di sini?

Ya bagaimana, administrasi negara juga. Anak muda ya ada, tapi itu dulu, sekarang sudah pada tua-tua, dan juga sudah banyak yang meninggal juga.

Ada acuan kitab sucinya?

Nah, itu masalahnya, bukunya itu sudah dimakan rayap. Kitab sucinya ya laku hidup, kalau saya. Kalau untuk bukunya secara intisari ya tentang berbagai macam pelajaran hidup. Ditulis dalam aksara Jawa.

Di rumah ini ada foto Semar, apa maknanya?

Samaran. Sem peteng, mar padang. Manusia itu bisa gelap, bisa juga terang. Manusia itu ada dua pilihan, pilihan menjadi terang atau gelap, tergantung pada manusianya.

Bagaimana laku Buda Jawi Wisnu?

Sabar lan narima, sabar dan menerima, tidak mudah terpancing emosi. Karena kawruh itu, artinya mekar sebelum melihat. Contoh, kalau perbuatan kita itu akan menghasilkan hasil yang tidak baik, ya tidak perlu dilakukan. Susah menjalankannya kalau tidak sering diterapkan.

 Agar menjadi Buda Jawi Wisnu tahapannya bagaimana?

Ya itu, yang penting lakunya. Kalau saya dulu jadi penganut Buda itu karena almarhum bapak juga penganut Buda. Lakunya sabar lan narima. Karena apa pun penganut agamanya, kalau sudah menjalankan laku ini, ya kebenaran itu kan bisa untuk semua.

Rela kalau Buda Jawi Wisnu akan lenyap?

Ya mau bagaimana, saya legowo. Hanya sayang saja. Ajaran Buda ini tidak ada jeleknya.

Ada saran Mbah, agar ajaran ini tidak lenyap dari tanah Jawa?

Laku itu tadi. Kalau secara administrasi negara kan sudah tidak bisa. Orang hidup itu kan yang penting lakunya.

Meditasinya bagaimana?

Ya, biasanya setiap jam dua belas malam, setiap malam Rabu (Buda). Meditasinya ya semampunya saja.

Ada pesan lagi Mbah?

Saya hanya mau menyampaikan, ke depan yang bakal dirindukan oleh orang Jawa di tanah Jawa itu…

(*Untuk yang terakhir tadi mohon jangan ditulis, silakan buka sastra Sabda Palon Nayagenggong, pungkas Mbah Ngari mengakhiri pembicaraan kami.)

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *