Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian Agama RI, Caliadi secara resmi membuka International Buddhist Conference Indonesia (IBCI) 2019 di Auditorium Royal Orchid Garden, Batu, Malang, pada Selasa (5/11). Didampingi oleh Bhante Santacitto, Supriyadi, dan Kadek Yudi Murdana selaku ketua panitia penyelenggara, Caliadi membuka acara dengan dentang suara gong.
International Buddhist Conference Indonesia (IBCI) 2019 digelar oleh Sekolah Tinggi Agama Buddha (STAB) Kertarajasa bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Buddha Kementerian RI. Acara yang diikuti oleh ratusan mahasiswa, dosen, akademisi serta delegasi berbagai kampus Buddhis di Indonesia menghadirkan 22 pemateri dari negara-negara ASEAN; Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Myanmar.
“Konferensi Buddhis Internasional ini mengundang 22 pembicara dari Malaysia, Thailand, Myanmar, dan Indonesia. Tujuan konferensi ini adalah untuk mengekspolrasi upaya untuk mempererat hubungan Buddhis dan Muslim, mengetahui upaya media untuk merepresentasikan harmoni antara Buddhis dan Muslim; menemukan nilai moral antara Buddhis dan Muslim melalui histori, dan praktik, pengetahuan, dan ritual; dan upaya yang dapat dilakukan perempuan untuk menciptakan kedamaian,” jelas Bhante Santacitto memberi sambutan.
Sedangkan Caliadi berharap perhelatan akbar itu membawa banyak manfaat terutama bagi PTAB di Indonesia. “Upaya peningkatan Perguruan Tinggi Agama Buddha di Indonesia untuk menghasilkan karya ilmiah berkualitas dan dapat berperan di dunia internasional, untuk bertukar informasi, menjalin kerja sama antar PTAB dan secara internasional, dan membuka peluang untuk artikel ilmiah para panelis dapat terbit dalam jurnal internasional,” paparnya.
Konferensi berlangsung selama 3 hari, Selasa – Kamis, 5 – 7 November 2019. Berbagai pokok bahasan yang bertujuan untuk memperkuat relasi Buddhis-Islam di Asia Tenggara akan dibahas dalam empat panel besar.
Pertama, upaya institusi pendidikan, social work, dan welfare organisasi dalam memperkuat hubungan Buddhis dan Islam. Kedua, upaya media dan literasi media dalam memperkuat harmoni relasi Buddhis-Islam. Ketiga, menemukan nilai-nilai yang bermanfaat antara Buddhis dan Islam secara histori, teks, praktik, pengetahuan, dan ritual. Keempat, partisipasi dan promosi perdamaian dan harmoni religius.
Memperkuat relasi Buddhis Muslim di Asia Tenggara
Mantan Menteri Agama RI, Lukman Hakim dan Imtiyaz Yusuf menjadi pembicara utama mengawali konferensi. Mereka berdua masing-masing membawakan materi.
Lukman Hakim Syaifuddin, sebagai pembicara utama mengawali konferensi menyatakan bahwa dalam memaknai ajaran suatu agama yang beragam diperlukan kearifan, karena keberagaman is given. Kemajemukan dalam ajaran agama adalah apa adanya yang tidak bisa ditolak siapa pun. Untuk memahami ajaran agama secara tekstual ada dua jenis menurut mantan Menteri Agama itu, yakni konservatif dan liberalisasi.
“Cara kita mengikapi teks agama, masuk pada wilayah ekstrem. Yang dimaksud ekstrem di sini adalah berlebihan. Pertama, secara konservatif dengan pemahaman untuk memelihara kemurnian suatu agama tanpa melihat konteks. Sedangkan cara memahami agama secara liberalisasi adanya kebebasan untuk menerjemahkan suatu teks. Kalau liberalisasi, begitu bebasnya menerjemahkan teks, sehingga jadi terlalu bebas, diperlukan moderasi cara beragama, bukan agama yang dimoderasi,” katanya.
Setiap agama pada dasarnya memiliki ajaran yang sama untuk menghargai dan menghormati. “Jadi, melalui konferensi adalah untuk mengetahui titik temu antara dua agama, Islam dan Buddha. Tujuan konferensi ini adalah untuk mengetahui inti pokok ajaran Buddha dan Islam dapat dipahami dengan baik agar hidup lebih baik,” imbuhnya.
Untuk memoderasi cara beragama, dibutuhkan budaya dan pendidikan. Secara umum, ajaran agama agar bisa membumi harus membaur dengan budaya setiap daerah. Cara merawat budaya juga dengan menanamkan kebajikan yang bersumber dari nilai-nilai agama. Supaya nilai agama dapat dibudayakan, maka diperlukan sistem pendidikan yang baik agar memelajari agama tidak hanya secara teks melainkan sesuai konteks.
Imtiyaz Yusuf yang menjadi pembicara kedua membawakan materi Former Minister of Religion Affairs dan Stregthening Buddhist-Islam Relation in South East Asia. Dalam pemaparannya, DR. Imtiyaz mengatakan bahwa agama Buddha dan agama Islam adalah agama yang memiliki populasi hampir sebanding di Asia Tenggara. Penganut agama Buddha sekitar 40% sedangkan agama Islam 42%. Karena itu, menurut Imtiyaz kedua agama ini berperan penting dalam membentuk harmoni agama di Asia Tenggara.
“Kalau ditanya mengapa saya tertarik dengan agama Buddha? Jawabannya adalah ‘takdir’. Saya memelajari Buddha secara detail di Thailand. Saya suka ajaran belas kasih, kebaikan, dan toleransi yang merupakan ajaran dari Buddha,” kata Imtiyaz memulai pemaparannya.
“Pada abad 12-17, Buddhis dan Islam masuk ke Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Yang kemudian muncul namanya pondok pesantren (Buddhist Temple School) dari tradisi Buddhis,” Jelasnya.
“Ada pesan kebenaran yang sama antara Buddha dan Muhammad. Kalau Buddha tentang ajaran cinta kasih, belah kasih, perdamaian yang berujung pada Nibbana/Sunyata. Muhammad mengajarkan bebas dari penderitaan yang berujung pada Allah,” tegas Dr. Imtiyaz Yusuf.
Masih ada ketidakharmonisan di antara keduanya, “Sebenarnya masalah yang terjadi hingga saat ini adalah kesalahpahaman antara Buddhis dan Muslim,” tegas Dr. Imtiyaz Yusuf. Oleh karena itu, diperlukan dialog yang lebih mendalam dan praktik toleransi supaya tidak terjadi kesalahpahaman.
Pada ujung pemaparannya, Dr. Imtiyaz Yusuf menyimpulkan bahwa Buddha dan Islam memiliki persamaan budaya, dialog akan membantu menyelesaikan masalah, dan dari Islam bisa mengundang bhikkhu untuk mengajarkan tentang welas asih dan sebaliknya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara