“Hari ini adalah pesta kebajikan bagi kita semua,” seru Romo Wartono melalui pengeras suara.
“Di depan kita ada 30 bhikkhu yang berasal dari berbagai penjuru di nusantara akan memberi kita kesempatan untuk berbuat kebajikan,” Romo Wartono melanjutkan. Dari atas sebuah mobil bak terbuka, berkali-kali ia mengulang kata-kata itu. Sementara itu, sekitar dua puluh ribu orang berjejer di pinggir jalan menanti giliran untuk memberikan dana kepada para bhikkhu. Cuaca yang cerah semakin menambah semangat semua orang pada pagi itu.
Tua muda, laki-laki perempuan, orang tua, anak muda, anak-anak semua tak mau ketinggalan melewatkan kesempatan langka untuk berdana langsung kepada para anggota Sangha. Berbagai macam jenis keperluan bhikkhu didanakan oleh umat, mulai dari makanan, obat-obatan, perawatan tubuh, hingga angpau. Mangkuk patha para bhikkhu cepat sekali terisi penuh karena umat begitu antusias. Meskipun terlihat kewalahan menerima dana umat yang seperti tanpa henti, namun senyuman tak pernah lepas dari wajah para bhikkhu.
Setelah mangkuk penuh, panitia dengan cekatan memindahkan pemberian umat tersebut ke dalam karung yang kemudian diangkut oleh truk TNI. Khusus untuk angpau tidak diterima langsung oleh para bhikkhu, melainkan diterima melalui perantara panitia yang mendampingi barisan para bhikkhu. Begitu banyak panitia yang terlibat. Mereka memakai baju bermotif bendera Buddhis. Begitu banyak juga anggota TNI yang terlibat, yang tidak hanya menjaga keamanan namun juga ikut terjun langsung bahu-membahu bersama panitia.
Pindapata Gema Waisak 2558 BE/2014 pada Minggu, 27 April 2014 kali ini merupakan yang ketujuh kalinya diselenggarakan oleh Sangha Theravada Indonesia (STI) untuk menyambut Waisak yang tahun ini jatuh pada tanggal 15 Mei 2014.
Pindapata dimulai pukul 6 pagi dan selesai pukul 10. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini para bhikkhu yang lebih yunior berada di depan, sedangkan para bhikkhu senior berada di barisan belakang. Ini untuk menyiasati agar para bhikkhu senior tidak terlalu capek, karena bhikkhu di barisan paling depan biasanya kewalahan karena paling banyak menerima pemberian umat.
Rute yang dilewati adalah Museum Fatahillah – Stasiun Jakarta Kota – Pintu Besar Selatan – Hayam Wuruk – Lindeteves – putar balik – Gajah Mada – Pintu Besar Utara – kembali ke Museum Fatahillah.
Para bhikkhu yang hadir berasal dari berbagai penjuru di Indonesia. Dan umat yang berdana pun berasal dari berbagai penjuru di Indonesia. Mereka tidak hanya berasal dari Jabotabek, namun juga dari Lampung, Medan, Banjarmasin, hingga Manado.
“Kita mengajak umat menyambut Waisak dengan berbuat kebajikan dengan berdana kepada para bhikkhu,” kata Ketua Umum STI Bhikkhu Jotidhammo menjelaskan tujuan pindapata massal ini.
Menurutnya, dana yang terkumpul akan didanakan kembali kepada pihak-pihak yang lebih membutuhkan, yaitu penghuni panti asuhan, panti jompo, dan pihak-pihak lain yang membutuhkan. “Berbuat kebajikan akan membuat kita bahagia. Jadi, dalam Waisak ini bukan hanya umat Buddha yang bahagia, tapi juga orang lain,” tambah Bhikkhu Jotidhammo.
Bhikkhu Jotidhammo juga menambahkan, tema Waisak Sangha Theravada Indonesia kali ini adalah “Kerukunan Dasar Keutuhan”. Tema ini dipilih dengan harapan kita semua akan tetap rukun walaupun sedang memasuki tahun pemilu yang kadang membuat tensi menjadi panas.
Selain pindapata, Gema Waisak dilanjutkan dengan bakti sosial yang akan diadakan pada Minggu depan, 4 Mei 2014 di Waduk Pluit, Jakarta Utara. Kegiatan yang diadakan adalah penghijauan, donor darah, pengobatan gratis, dan fangshen (pelepasan satwa).
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara