• Wednesday, 20 June 2018
  • Ngasiran
  • 0

Ada kejadian menarik satu hari sebelum acara Konferensi Borobudur Internasional yang digelar oleh Taman Wisata Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko, (4/5). Pertemuan dua guru besar agama Buddha berbeda tradisi, yaitu Ajahn Sumedho dari tradisi Theravada dan Dagri Rinpoche, salah satu guru besar tradisi Tantrayana Tibet.

Ajahn Sumedho saat itu sedang berkunjung ke Indonesia dan menghabiskan waktu beberapa hari di Candi Borobudur. Sedangkan Dagri Rinpoche menghadiri dan menjadi salah satu pembicara kunci dalam perhelatan ke-3 Konferensi Borobudur Internasional, sekaligus mengajar Dharma selama beberapa hari kepada umat Buddha Indonesia.

Baca juga: Agama Buddha, Satu Guru Beragam Tradisi

Saat itu, Ajahn Sumedho tengah menikmati makan pagi bersama beberapa muridnya di ruang makan Hotel Manohara. Sedangkan Dagri Rinpoche baru selesai melakukan puja di empat sisi Candi Borobudur dan makan pagi. Usai makan pagi, keduanya bertemu di ruang makan dan melakukan percakapan dengan hangat, (3/5). Dagri Rinpoche didampingi oleh Venereble Steve yang juga bertindak sebagai penerjemah. Begini isi percakapan dua master yang terekam oleh BuddhaZine.

Dagri Rinpoche: Nama saya Dagri Rinpoche, banyak yang menyebut Pari Rinpoche. Saya datang ke sini untuk mengikuti dan menjadi pembicara dalam acara Konferensi Internasional Borobudur.

Ajahn Sumedho: Tema apa yang diangkat?

Venereble Steve: Borobudur sebagai inspirasi kemanusiaan dan peradaban bhante.

Dagri Rinpoche: Nampaknya ajaran Buddha sedang menyebar ke seluruh dunia. Walaupun kami mengikuti tradisi Tibet, sudah tentu kita seharusnya sama. Saya sudah beberapa kali mengunjungi Thailand, ke beberapa vihara, dan berbicara dengan para bhikkhu di sana.

Saya bertemu beberapa kepala vihara di sana dan berbincang hal-hal yang bermanfaat. Kebanyakan mereka ada pertanyaan tentang vinaya yang kami ikuti dan kesimpulannya terpisah dari perbedaan yang ada, beda angka tapi pada dasarnya sama. Ya, memang berbeda dalam jumlah seperti peraturan yang berbeda, contohnya: cara menggunting jubah sampai tradisi yang berbeda.

Penyebaran agama Buddha ke seluruh penjuru dunia, memang bermanfaat dan tidak harus dalam konteks pendapat agama Buddha yang baik.

Ajahn Sumedho: Kalian dari tradisi Geluk?

Venereble Steve: Ya

Ajahn Sumedho: Saya bertemu His Holiness Dalai Lama (HHDL) di Inggris, bukankah Dalai Lama tinggal di India?

Venereble Steve: Ya

Ajahn Sumedho: Saya tinggal di Inggris hampir selama 40 tahun.

Venereble Steve: Saya bertemu Ajahn Chah di Pusat Manjushri saat Ajahn Sumedho di sana juga.

Ajahn Sumedho: Ya, Geshe Gyaltsen ada di sana saat itu juga.

Dagri Rinpoche: Saya lahir dan sepanjang hidupnya di Tibet sampai tahun 1958. Seperti yang Saudara ketahui tentang Tiongkok, Tiongkok tidak menyukai agama apa pun di Tibet. Mereka benar-benar bekerja keras untuk menyiarkan pendapat bahwa Dharma itu racun, Dharma menipu orang, namun demikian tak seorang pun dari kami yang memercayainya.

Ajahn Sumedho: Pasti kami pun tidak memercayai berita itu.

Dagri Rinpoche: Kami mendambakan tempat yang diizinkan untuk belajar, masih banyak guru-guru besar di Tibet. Jadi kami harus pergi untuk mengadakan kelas untuk belajar di gunung-gunung. Saat itu saya masih muda dan merasa sangat terpukul hati saya.

Saat Mao Zedong meninggal, hanya dapat belajar sekitar semalaman saja, kemudian Deng Xiaoping tambah parah sampai saya hampir merasa seperti tidak mampu bertahan, mereka menghentikan pemikiran Dharma karena Dharma penyebab racun demikian pemikiran yang ada, karena itu kami belum bisa belajar secara sungguh-sungguh.

Pokoknya saya tidak memercayai apa yang mereka sebutkan bahwa Dharma meracuni dan sebagainya. Saya ingin belajar lebih, secara menyeluruh jadi saya memutuskan pergi ke India pada tahun 1982, di sana akhirnya saya dapat melakukannya. Perlu waktu satu tahun untuk sampai ke India yang akhirnya sampai di sana tahun 1983. Di sana saya melewatkan 18 tahun di Sera perguruan monastik, memulai dengan program keseluruhan di India Selatan tidak jauh dari Mysore.

Ajahn Sumedho: Saya pernah berkunjung ke Sera.

Dagri Rinpoche: Kalau demikian saudara tahu bahwa ada kurang lebih 7.000 bhikkhu di sana.

Ajahn Sumedho: Benar ya? Saya tidak tahu pasti jumlahnya tetapi saya diberitahu bahwa Sera sangat terkenal.

Venereble Steve: Di selatan dari India, sedikit agak jauh dari Sera ada yang namanya Ganden di sana ada yang serupa.

Dagri Rinpoche: Jadi saya mampu mengerjakan dan menerima pendidikan yang secara menyeluruh dan lengkap di Sera dan mampu mendapatkan gelar Geshe Lharampa. (Geshe Lharampa artinya seorang profesor yang bergelar beasiswa Geshe tertinggi yang diberikan dalam sistem monastik tradisional Tibet di sekolah Gelug. Kurikulum membutuhkan lebih dari lima belas tahun belajar intensif). Dan kapan pun ada liburan kami semua menghadiri para “Tulku” (guru-guru titisan) yang mengajar dan pergi ke Utara ke Dharamsala untuk menerima instruksi yang sebenarnya. Siapa pun yang mengajar di sana dan di mana pun untuk menerima instruksi dan nasihat dari HHDL, makanya sangat sulit, sangat membosankan.

Ajahn Sumedho: Saya pergi ke Tibet kira-kira 10 tahun lalu, ke Gunung Kailash.

Dagri Rinpoche: Tapi tidak ada kebebasan untuk belajar.

Ajahn Sumedho: Tidak, tidak ada.

Dagri Rinpoche: Di mana-mana sulit, sangat dijaga ketat. Sekarang saya selesai dengan sebagian hidup saya, pembelajaran untuk gelar Geshe. Sudah tentu jika kami belajar, kami meditasi juga. HHDL mengajarkan saya bermeditasi, maka itu saya melewatkan waktu di Dharamsala bermeditasi, mengajar, dan berkelana ke sana sini, ke seluruh dunia.

Ajahn Sumedho: Saya merasa sangat hormat berjumpa dengan Saudara.

Dagri Rinpoche: Saya mendengar bahwa Saudara berada di sini, seperti yang saya sebutkan terdahulu bahwa saya pernah di Thailand, saya bahagia di sana sangat menakjubkan seluruh negaranya. Saya yakin Saudara pasti bahagia berada di sana,

Ajahn Sumedho: Sudah pasti saya bahagia berada di sana juga. Ada 5% umat Muslim dan berbagai umat agama lainnya, pokoknya negara memeluk agama Buddha, bukan? Jadi sudah tentu sangat memesona, terasa sekali sesampai tiba di airport. Karena itu saya meninggalkan Inggris dan tinggal di Thailand karena mereka memperlakukan para bhikkhu dengan sangat baik.

Dagri Rinpoche: Maka dari itu, meski banyak perusakan vihara di Tibet tetapi keyakinan dan hati orang-orangnya tidak terhapuskan.

Ajahn Sumedho: Di Thailand juga sama, tidak akan terhapus. Di Kamboja dulu agama dihancurkan saat perang, tetapi sekarang juga kembali lagi.

Dagri Rinpoche: Saya rasa begitu juga di China walaupun benar-benar terpecah, tetapi kebanyakan mereka tidak sesungguhnya.

Ajahn Sumedho: Ya, ada pertumbuhan secara bukti nyata dan secara lingkungan hidup.

Dagri Rinpoche: Saya belum sempat pergi ke Tiongkok, tetapi saya sering ke Malaysia, beberapa orang Tiongkok datang ke Malaysia untuk belajar. Terima kasih banyak, saya sangat bahagia bertemu Saudara hari ini. Dan di masa depan jika saya datang ke Thailand, saya akan berkunjung ke Vihara Saudara.

Ajahn Sumedho: Saya tinggal di vihara di provinsi di Korat, sebuah vihara meditasi yang ada di hutan. Silakan datang jika Saudara berkunjung.

Dagri Rinpoche: Suatu tempat yang pantas dan menyenangkan jika khusus untuk meditasi.

Ajahn Sumedho: Ooo Ya

Dagri Rinpoche: Jadi tempat yang demikian, jika kita pergi ke sana benar-benar selaras untuk pikiran.

Ajahn Sumedho tertawa dan bertanya kepada Venereble Steve “Saudara sudah menetap memakai jubah?”

Venereble Steve: Ya, sejak 1979 demikian saya mampu menyelesaikannya 10-11 tahun di Vihara Nalanda di Perancis, 11 tahun di Sera, perguruan monastik yang sama di India, dan sejak 2012 sudah ada di Amerika, di Pantai Barat, di USA

Ajahn Sumedho: Saya dari Seattle.

Pertemuan pagi itu berjalan sekitar tiga puluh menit. Di akhir pertemuan Dagri Rimpoche memberikan kenang-kenangan berupa rupang Buddha kepada Ajahn Sumedho.

=================

Ayo Bantu Buddhazine

Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *