Umat Buddha Desa Rejosari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Temanggung kini boleh berbesar hati. Pasalnya, umat Buddha yang berada di Lereng Gunung Sindoro kini kedatangan seorang bhikkhu yang menetap di sana.
Bhikkhu Jayaratano, seorang bhikkhu muda yang telah menjalankan 13 masa vassa ini telah tinggal dan menjalankan masa vassa mulai tahun kemarin di sana. Ia tinggal di Vihara Sasana Paramita Velusindoro Arama, Dusun Sigarut yang terletak di antara sungai dan ladang warga.
“Saya sudah sering ke Temanggung, tetapi hanya di daerah Candiroto, baru pada tahun 2012 ketika saya naik Gunung Sindoro berkunjung dan melihat tempat ini. Setelah itu saya tertarik dan mulai berkunjung ke sini, namun baru tahun kemarin saya memulai menetap dan menjalankan massa vassa di sini,” ujar Bhante Jayaratano.
Bhante Jayaratano paling kanan
Di vihara ini, Bhante Jaya mulai membangun tempat meditasi di belakang vihara. Sementara itu, bagian bawah vihara, tanah desa yang masih rimbun dengan pohon bambu dibangun sebuah saung sebagai tempat meditasi. “Di bawah vihara adalah tanah desa, tapi kami boleh menggunakannya asal dirawat dengan benar. Cita-cita saya ke depan ingin menjadikan tempat ini untuk melatih diri, saya merasa cocok di sini. Selain itu, saya juga dekat umat Buddha,” ungkapnya kepada BuddhaZine.
Baca juga: Anies Baswedan: Waisak Meresapi Hadirnya Cinta Kasih Mempererat Persaudaraan
Tahun ini, umat Buddha Desa Rejosari menggelar perayaan Waisak, Minggu (3/6) terbilang istimewa meskipun dikemas dengan sederhana. Umat Buddha dari seluruh Kabupaten Temanggung, Semarang, Wonosobo, Salatiga, Surabaya hingga Jakarta turut hadir, dan yang menjadi istimewa adalah kedatangan tiga bhikkhu muda dan dua athasilani.
“Umat Buddha Kecamatan Bansari ini sangat beruntung karena Bhante Jayaratano bisa tinggal dan menetap di sini. Pada perayaan Waisak kali ini misalnya, tidak ada di tempat lain yang kedatangan tamu-tamu istimewa, apalagi ada athasilani yang membacakan kitab suci Dhammapada,” ucap Nuryadi, Ketua Vihara Sasana Paramita Velusindoro Arama.
Bhante Athadiro
Bhante Athadiro, dalam pesan Waisaknya menekankan pentingnya hidup sesuai dengan Dhamma. “Sebelum parinibbana, Buddha menyampaikan pesan ‘segala yang terbentuk tidak kekal, maka berjuanglah dengan sungguh-sungguh. Kita semua selalu berubah, semakin bertambah hari, bulan, tahun usia kita bertambah tetapi kematian kita semakin dekat,” tutur bhante mengawali ceramahnya.
“Kenapa Buddha mengingatkan itu?” tanya bhante. “Supaya kita tidak lupa bahwa hidup ini bersama dengan usia, dan di dalam usia ini kita tidak menyia-nyiakan hidup. Orang Jawa pernah berkata, ben uripmu makmur, ojo ngawur, ngawur itu artinya jangan sembarangan. Karena hidup ini mengharapkan keluhuran. Supaya kita tidak ngawur, tetap ingat Buddha mengajarkan tentang kesadaran, melatih kesadaran, sadar setiap saat,” imbuhnya.
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara