Foto: Dok. Institut Nalanda
Delegasi International Buddhist Studies College (IBSC)–MCU Thailand bersama tim Institut Nalanda Indonesia melaksanakan penelitian kolaboratif di Candi Borobudur pada 20 November 2025. Penelitian ini membahas filosofi tiga dunia, aspek arsitektural dan spiritual, serta relevansi Borobudur bagi praktik Buddhis di era postmodern. Kolaborasi ini melibatkan akademisi dan praktisi dari dua negara yang memperkaya kajian lintas disiplin.
Kegiatan dimulai dengan pradaksina di level tujuh dan sepuluh yang dipadukan dengan meditasi di area stupa utama. Pendekatan ini membantu para peneliti memahami Borobudur sebagai ruang kontemplatif yang hidup. “Borobudur itu bukan hanya dilihat, tetapi dialami. Pradaksina membuka cara pandang baru terhadap struktur dan ajaran yang diwujudkan di dalamnya,” tutur Lauw Acep kepada BuddhaZine.
Setelah sesi spiritual, penelitian dilanjutkan dengan observasi detail terhadap relief Lalitavistara di level tiga. Relief ini dipandang sebagai gambaran perjalanan hidup Siddharta Gautama menuju pencerahan. Para peneliti kemudian meninjau relief Karmawibhangga yang menampilkan hukum sebab-akibat dalam kehidupan manusia.
Selain observasi, tim melakukan wawancara dengan pengunjung, pemandu lokal, dan pengelola candi. Wawancara ini bertujuan menggali bagaimana masyarakat modern memaknai Borobudur sebagai ruang edukasi maupun spiritual. “Kami ingin tahu bagaimana orang-orang hari ini membaca Borobudur—apakah sekadar objek wisata atau ruang perjumpaan batin,” ujar Lauw Acep lebih lanjut.
MCU Thailand memfokuskan kajiannya pada konsep tiga dunia berdasarkan kitab-kitab Buddhis. Mereka meneliti bagaimana konsep tersebut diterjemahkan ke dalam struktur Borobudur dan merancang model pembelajaran visual untuk pendidikan Buddhis internasional. Kajian ini diharapkan menjadi kontribusi signifikan bagi studi Buddhis global.
Sementara itu, Institut Nalanda Indonesia menyoroti reinterpretasi dharmayatra bagi umat Buddha di era postmodern. Mereka melihat adanya pergeseran pemaknaan spiritual yang perlu dijembatani melalui pembacaan baru atas Borobudur. “Dharmayatra hari ini membutuhkan pembacaan baru; kita perlu memulihkan dimensi spiritual Borobudur tanpa menutup aksesnya bagi semua orang.”
Kedua institusi berkomitmen menghasilkan dua artikel jurnal internasional sebagai keluaran penelitian. Artikel dari MCU akan membahas filosofi tiga dunia dan model pembelajaran visualnya, sementara artikel dari Nalanda akan mengulas dharmayatra sebagai praktik spiritual yang relevan di masa kini. Hasil penelitian ini diharapkan memperkuat peran Borobudur sebagai ruang edukasi dan spiritual lintas generasi dan negara.
