• Tuesday, 25 February 2020
  • Wulandari
  • 0

Biksu Buddhis dari Vietnam yang sangat dihormati, Thich Quang Do, seorang aktivis sosial yang blak-blakan dan pejuang hak asasi manusia serta kebebasan beragama, meninggal pada Sabtu (22/2/2020) malam pada usia 91 tahun di Kuil Tu Hieu di Kota Ho Chi Minh.

Sebagai salah satu dari dua patriark Gereja Buddha Bersatu Vietnam (UBCV), Quang Do telah dinominasikan di beberapa kesempatan untuk Hadiah Nobel Perdamaian karena pembelaannya untuk hak asasi manusia dan demokrasi. Pada tahun 2001, Quang Do menulis “Seruan untuk Demokrasi,” menyerukan pembangkang di Vietnam utara dan selatan untuk mengesampingkan perbedaan kebudayaan dan membentuk satu kesatuan pada tahun 2005. Pada tahun 2006, beliau adalah penerima Hadiah Peringatan Thorolf Rafto Norwegia “Atas keberanian dan ketekunan beliau selama tiga dekade sebagai oposisi damai melawan rezim komunis di Vietnam.” (Yayasan Rafto)

Dalam pernyataan secara terbuka pada hari Minggu, UBCV mengumumkan permintaan Quang Do atas kehendaknya sendiri, yang ditandatangani pada April 2019, untuk “pemakaman secara sederhana, tidak lebih dari tiga hari.” Pernyataan itu kemudian ditambahkan lebih lanjut oleh Quang Do bahwa: “Setelah kremasi, abuku akan disebarkan di laut.” (The Japan Times)

UBCV juga meminta para pengikut dan pelayat untuk tidak mengikuti kebiasaan umum membawa persembahan uang tunai ke pemakaman: “Tidak akan ada kata-kata terakhir, tidak ada biografi, tidak ada pertunjukan emosional. . . Hanya berdoa. ” (The Japan Times)

UBCV didirikan pada tahun 1964 dengan tujuan menyatukan berbagai aliran sekolah Buddhisme di Vietnam, sebagai tanggapan terhadap permusuhan pemerintah terhadap orde Buddhis selama Perang Vietnam. Sebelas dari 14 orde Buddhis di Vietnam disatukan di bawah UBCV. Dua patriark UBCV — Thich Quang Do dan Thich Huyen Quang — ditempatkan sebagai tahanan rumah oleh pihak berwenang atas penentangan mereka terhadap pembatasan negara terhadap agama yang didirikan oleh pemerintah komunis pada tahun 1975. Pada tahun 1981, pemerintah baru mengonsolidasikan semua organisasi Buddhis di bawah Sangha Buddha Vietnam, melarang Gereja Buddha Bersatu Vietnam dan organisasi lain yang tidak disetujui oleh negara.

Thich Quang Do* lahir pada November 1928 dari keluarga pedesaan di provinsi Thai Binh di Vietnam Utara, dan ditahbiskan sebagai samanera pada usia 14 tahun. Ketika ia berusia 17 tahun, Quang Do melihat gurunya, Biksu Thich Duc Hai dieksekusi oleh pengadilan komunis, yang kemudian menjadi titik balik kehidupannya. Dalam sebuah surat terbuka kepada sekretaris Partai Komunis pada tahun 1994, Quang Do menyatakan: “Mulai saat ini, saya bertekad untuk melakukan semua yang dapat saya lakukan untuk memerangi fanatisme dan intoleransi serta mencurahkan hidup saya untuk mengejar keadilan melalui ajaran Buddhis, tiada kekerasan.” (Straits Times).

Quang Do melanjutkan pendidikan Buddhisnya selama tahun 1950-an dengan melakukan perjalanan keliling Asia, termasuk India dan Sri Lanka, selama periode tujuh tahun beliau juga terlihat mengajar sebagai akademisi di universitas. Beliau akhirnya kembali ke Saigon untuk mengajar agama Buddha, menulis beberapa buku teks Buddhis dan menerjemahkan sejumlah teks Buddha ke dalam bahasa Vietnam.

Pembangkang Vietnam yang diasingkan, Dieu Cay, menjelaskan, meninggalnya Quang Do sebagai “kerugian besar bagi UBCV serta gerakan untuk kebebasan dan demokrasi di Vietnam.” (Berita BBC)

* Nama keluarga Thich dapat diterjemahkan sebagai “dari klan Shakya,” dan diadopsi oleh semua biarawan Buddha dari tradisi Mahayana di Vietnam, menekankan afiliasi mereka dengan komunitas Buddha atau sangha dari Buddha Shakyamuni.

Sumber : https://www.buddhistdoor.net

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *