Anak-anak peserta Wisata Kebhinnekaan saat mengunjungi Vihara Vimala Dharma Bandung.
Mata Fabianus Felix Novelino (11), siswa SD Ignatius Slamet Riyadi, berbinar-binar setelah keluar Vihara Vimala Dharma di Jalan IR Juanda Bandung, Jumat (26/5). Tempat ini adalah salah satu tempat favoritnya selama mengikuti tur Wisata Kebhinnekaan hari itu. Felix suka karena di dalam vihara dia melihat ornamen-ornamen yang unik dan suasana asri untuk umat Buddha beribadah.
“Tempatnya bagus dan enak dilihat,” tuturnya.
Simbol-simbol di dalam vihara pun memancing penasaran mereka, terutama patung Buddha berwarna emas yang berada di atas altar. Mereka pun mendengarkan dengan saksama ketika salah satu pemandu menjelaskannya. “Bagi umat Buddha, Buddha adalah guru kami. Buddha adalah orang yang mendapat pencerahan,” kata sang pemandu.
Felix dan anak-anak lainnya semakin antusias ketika diajak mencoba menu vegetarian untuk makan siang karena agama Buddha mengajarkan welas asih.
Felix adalah salah satu peserta tur Wisata Kebhinnekaan yang digelar di Bandung, kemarin. Dia dan teman-temannya memulai tur dengan mengunjungi Pura Satya Dharma Ujung Berung, lalu ke Masjid Ukhuwah Jalan Wastukencana, lanjut ke Vihara Vimala Dharma, Gereja Kristen Indonesia (GKI) Taman Cibunut hingga Gereja Katedral di Jalan Merdeka.
Antusias!
Felix mengaku sangat senang karena bisa melihat lebih dekat tempat beribadah umat agama lainnya. Dia pun mengaku mendapatkan pelajaran penting dari perjalanan itu. “Senang ikut ini, bisa mengunjungi tempat ibadah lainnya. Saya jadi bisa belajar bagaimana cara berdoa agama lain dan lebih menghormatinya,” ungkap Felix.
Sebanyak 30 siswa kelas IV hingga kelas VI dari sekolah yang berbeda-beda diajak untuk mengikuti tur mengunjungi setiap rumah ibadah dari lima agama yang ada di Indonesia. “Jumlah anak yang ikut mencapai 30 orang, undangan 20 orang dan panitia 20 orang,” ujar Ketua Panitia Wisata Kebhinnekaan, Ali Abdullah.
Ali gembira karena anak-anak yang ikut terlihat antusias. Beberapa dari mereka, lanjutnya, tak hentinya bertanya ihwal rumah ibadah hingga tata cara ibadah. Rata-rata, yang bertanya berasal dari agama berbeda dari rumah ibadah yang sedang dikunjungi.
Dia dan rekan-rekannya lalu menginisiasi tur ini dengan harapan anak-anak ini pulang dan bisa menularkan rasa toleransi dan saling menyayangi teman dan sahabatnya meski berbeda agama.
“Perbedaan itu kalau kita bisa saling menghargai, saling toleransi, saling menyayangi, enggak ada masalah. Mudah-mudahan secara berkala kita adakan tur ini agar anak-anak semakin banyak mengalami wisata melihat keberagaman menjadi suatu yang menyenangkan bukan menakutkan,” ungkapnya.
Ya, bersatu dalam indahnya keberagaman… (Kompas.com)
=================
Ayo Bantu Buddhazine
Buddhazine adalah media komunitas Buddhis di Indonesia. Kami bekerja dengan prinsip dan standar jurnalisme. Kami tidak dibiayai oleh iklan. Oleh sebab itu, kami membuka donasi untuk kegiatan operasional kami. Jika anda merasa berita-berita kami penting. Mari bordonasi melalui Bank Mandiri KCP. Temanggung 1850001602363 Yayasan Cahaya Bodhi Nusantara