Foto: Ngasiran
Selasa, 8 Juli 2025, fajar baru saja menyingsing ketika Vihara Dhamma Sikki sudah ramai oleh kesibukan persiapan. Sejak pagi buta, umat Buddha bahu-membahu menghias altar dengan rangkaian bunga segar dan persembahan puja. Menjelang pukul 10 siang, segala sesuatunya telah tertata sempurna – Buddha rupang bersinar keemasan, tumpeng berbalut daun pisang, dan gunungan hasil bumi yang berlimpah ruah telah siap di atas tandu, menanti untuk diarak dalam prosesi sakral.
Sekitar pukul 12 siang, vihara semakin ramai oleh kedatangan umat yang berpakaian tradisional. Para ibu bersolek anggun dengan kebaya berwarna-warni, sementara yang lain memilih kesederhanaan baju putih polos. Kaum bapak tampak gagah dalam balutan surjan lengkap dengan blangkon, menampakkan perpaduan harmonis antara spiritualitas dan budaya Jawa yang kental.
Hari yang bersejarah itu memadukan tiga peristiwa penting dalam satu kemeriahan: Pujayatra sebagai prosesi budaya memperingati Suro, Abhiseka Buddha Rupang yang penuh khidmat, dan Perayaan Asadha yang suci. Lima bhikkhu terkemuka dari Sangha Theravada Indonesia – Bhante Dhammakaro, Bhante Guttaadhammo, Bhante Sujano, dan Bhante Khemadiro – hadir memimpin acara. Kehadiran mereka bersama ratusan umat dari berbagai kota serta umat dari 18 vihara binaan Lembaga Bina Manggala menciptakan atmosfer persaudaraan yang hangat.
Pukul 1 siang, gemuruh suara paritta mengawali puja bakti di dharmasala vihara. Usai puja, prosesi Pujayatra pun dimulai dengan khidmat. Di barisan terdepan, Sang Saka Merah Putih berkibar megah, diikuti oleh panji-panji Buddhis yang berwarna-warni. Buddha rupang diusung penuh hormat, dikelilingi oleh sarana puja, gunungan hasil bumi yang melambangkan kemakmuran, dan tumpeng sebagai wujud syukur.
Para bhikkhu berjalan tenang di tengah barisan, sementara umat dari segala usia – mulai anak-anak hingga sesepuh – mengikuti dengan langkah penuh khidmat. Suasana pun terasa magis, ketika denting lonceng kecil, gemerisik kain tradisional, dan lantunan paritta menyatu dalam harmoni, membentuk mozaik indah tentang kekayaan spiritual yang berpadu dengan kearifan budaya lokal.
Perpaduan sempurna antara nilai-nilai Dharma dan tradisi Jawa ini bukan sekadar ritual, melainkan bukti nyata bahwa spiritualitas bisa tumbuh subur sekaligus melestarikan akar budaya yang telah mengakar kuat di tanah Jawa. Di bawah langit biru yang cerah, Vihara Dhamma Sikki menjadi saksi bisu tentang bagaimana agama dan budaya bisa bersinergi menciptakan keindahan yang memesona.




































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































































